Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Tuesday 27 December 2011

Sepanjang 2011, Masjid Lautze Islamkan 70 Orang

Sepanjang 2011, Masjid Lautze Islamkan 70 Orang
Selasa, 27 Desember 2011 15:34 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Jelang pergantian tahun 2011, jumlah komunitas Tionghoa yang memutuskan memeluk Islam meningkat. Demikian diungkapkan pengurus Masjid Lautze, Jakarta, Yusman Alfian, kepada Republika.co.id, Selasa (27/12).

"Tahun ini saja, jumlah yang memeluk Islam mencapai 70 orang, 95 persennya komunitas Tionghoa, dan sisanya, warga Indonesia lainnya," ungkap dia.

Yusman mengungkap, tahun lalu saja, jumlah komunitas Tionghoa yang mengucapkan dua kalimat syahadat di Masjid Lautze mencapai 79 orang. "Bila, dihitung dari berdirinya Masjid Lautze jumlahnya sudah mencapai ribuan orang," kata dia.

Bagi Masjid Lautze sendiri, ungkap Yusman, pihaknya berusaha untuk terus konsisten menjadi pusat informasi bagi setiap kalangan, tidak sebatas komunitas Tionghoa saja. "Kami terbuka bagi berbagai kalangan untuk datang, mencari tahu informasi tentang Islam, berdiskusi dan berdialog tentang Islam," kata dia.
Redaktur: Djibril Muhammad
Reporter: Agung Sasongko

(Membaca tulisan diatas yang saya ambil dari media online http://www.republika.co.id sungguh hati ini semakin yakin bahwa Islam itu rahmat bagi seluruh manusia tanpa kecuali. Dengan semakin gencarnya pencitraan yang buruk terhadap Islam, tidak membuat Islam menjadi buruk. Allah lah yang melindungi agama ini. Sehebat apapun maker musuh Islam tidak akan pernah menang melawan maker Allah. Semoga semakin banyak lagi manusia yang mendapatkan hidayah berupa keislaman dan semoga umat muslim di seluruh dunia semakin meyakini bahwa Islam adalah agama yang benar dan hanya Islam yang akan mengantar ke kehidupan akhirat berupa surga. Dan semoga seluruh umat Muslim di seluruh dunia menjalankan Islam sesuai dengan apa yang telah diteladankan oleh Rasululloh SAW)

Selamat Tinggal 2011, Harapan Itu Masih Ada (Bersabar Tetap Menunggu)


Tak terasa dalam hitungan hari, kita akan meninggalkan tahun 2011 Masehi  dan memasuki tahun 2012 Masehi. Meninggalkan tahun 2011 dengan segala harapan dan impian yang tak terlaksana, berharap mewujudkannya di tahun 2012 mendatang.
Banyak sekali impian dan harapan yang ingin diwujudkan di tahun ini, tapi kehendak Allah berkata lain. Allah berkehendak agar saya terus bermimpi dan berjuang untuk mewujudkannya.
Salah sata dari keinginan saya yang tidak tercapai di tahun 2011 ini adalah menikah. Dengan usia 29 tahun mendekati 30 tahun, Allah masih memutuskan bahwa saya belum bertemu dengan jodoh saya. Ada rasa kekhwatiran dalam diri begitu juga rasa khawatir orangtua terhadap saya. Usia 29 adalah usia yang sungguh sudah waktunya untuk menikah jika mengikuti standar masyarakat Indonesia yang rata-rata perempuan idealnya menikah di usia 25-26 tahun. Tapi, tidak berlaku bagi saya. Dengan berlalunya usia 25 tahun maka usia saya diatas rata-rata.
Di tahun 2011 juga ada 3 pria yang Allah kirim untuk menguji keimanan saya. Pria pertama adalah pria yang direkomendasikan oleh sahabat saya. Dan ternyata saya sudah mengenal pria ini semasa kuliah dulu. Atas kehendak AlIah, proses taaruf pun tidak berlanjut, ternyata bukan dia jodoh saya.
Pria kedua adalah seorang polisi yang lansung meminta dikenalkan pada saya lewat ayah saya. Sungguh berani pria kedua ini meminta saya lansung dikenalkan lansung ke orangtua. Awalnya saya salut pada pria kedua ini. Setelah bertemu dan mengobrol, ternyata ada beberapa hal yang tidak cocok sampai akhirnya si pria kedua ini tidak pernah lagi menghubungi keluarga kami. Berani diawal saja pikir saya.
Pria ketiga adalah pria yang dikenalkan oleh sahabat terbaik saya. Sahabat saya ini bersikeras untuk menjodohkan saya dengan pria ini. Proses perkenalan pun dilakukan, dan ternyata proses yang ketiga ini pun tidak berlanjut.
Wow, itulah beberapa moment yang sungguh menguji keimanan saya, apakah saya yakin dengan jodoh terbaik yang akan Allah berikan pada saya. Setelah kejadian dengan 3 pria ini, sedikit hati ini agak terguncang. Bagaimana tidak, dengan proses ini harapan saya untuk menikah di tahun 2011 ini muncul, dan dengan kejadian gagalnya ketiga proses ini yah sedikitnya membuat asa saya agak meluncur ke titik terbawah. Tapi saya yakin, asa itu tetap ada karena saya punya Allah. Allah lah yang akan menyediakan jodoh terbaik untuk saya. Siapa pun dan kapan pun waktunya pasti Allah berikan yang terbaik buat saya. Wallahu'alam... 

Monday 26 December 2011

Tentang Do'a

Do’a tidak selalu mengubah keadaan, tapi mampu mengubah cara pandang kita... 
Ya memang do’a terkadang tidak bisa mengubanh keadaan. Contohnya, kita berdo’a mendapatkan suami dengan paras tampan tapi ternyata suami yang kita dapat tidak tampan menurut standar masyarakat sekarang. Do’a yang kita panjatkan terus menurus agar suami kita menjadi tampan mungkin sulit sekali terkabul, kecuali mau menentang ketetapan Allah dengan operasi plastik ala selebritis Korea. Tapi benar do’a akan mengubah cara pandang kita. cara pandang kita terhadap ketetapan Allah. Meyakini bahwa suami yang tampan belum tentu baik buat kita. Bisa saja dengan memilki suami tampan hidup kita tidak akan pernah tenang karena terus dihantui perasaan cemburu berlebihan.

Doa tidak selalu mengembalikan mereka yg kita cintai, tapi mampu memberikan kebahagiaan bagi mereka...
Mendo’akan orangtua yang sudah meninggal agar kembali hidup tentu saja mustahil. Tapi yakinlah do’a anak yang sholeh akan mengantarkan orangtua ke surge dan tentu saka akan bahagia selamanya di surga kelak.

Do’a tidak mampu mengulang waktu, tapi mampu membuat kesempatan datang kembali..
Waktu tidak akan pernah mundur, waktu akan terus melaju dengan cepat terkadang tanpa kita sadari. Ketika kita gagal menembus perguruan tinggi, tentu saja kita berdo’a agar diberi kesempatan untuk mencoba lagi di tahun berikutnya. Pun, ketika gagal untuk menjadi PNS tahun ini, masih ada tahun-tahun berikutnya untuk kita terus mencoba.

Do’a tidak selalu memperbaiki hati yang hancur, tapi doa mampu mengubahnya menjadi sumber kekuatan & penenang qalbu..
Ketika hati dilanda kegundahan dan kegalauan, hanya do’a kepada sang pemilik hati yang dapat menenangkan kegundahan dan kegalauan hati ini. Tidak akan pernah kecewa ketika kita curahkan kegalauan hati ini pada sang pemilik hati. Manusia seringkali memberikan kekecewaan yang amat dalam tapi Allah tidak akan pernah mengecewakan kita. Allah lah yang akan mengobati semua kegalauan dan kesedihan yang kita alami.
Maka jangan pernah ragu untuk berdoa, karena Allah tidak akan pernah lelah mendengar doa kita. Allah tidak tidur. 

Langkah-Langkah Mengajar Bahasa Inggris


1.         Opening (Pembukaan)
Dalam pembukaan melakukan teknik BSD, yaitu Bring something different, Say something different, and Do something different. (membawa sesuatu yang berbeda, mengatakan sesuatu yang berbeda dan melakukan sesuatu yang berbeda). Dengan melakukan teknik BSD, peserta didik akan disuguhan sesuatu yang berbeda dari yang biasanya dilakukan oleh guru di awal pertemuan. Bring something different, yaitu membawa suatu yang berbeda ke dalam kelas untuk menunjang pembelajaran. Misalnya untuk mengajar Bahasa Inggris dengan tema ‘Time’, guru membawa jam dinding ke dalam kelas, jika akan mengajar tentang sayuran dan buah-buahan, guru membawa sayuran dan buah-buahan yang masih segar ke dalam kelas. Say something different yaitu guru mengatakan sesuatu yang berbeda di awal pertemuan, bukan salam yang biasa seperti, good morning atau good afternoon. Mengatakan sesuatu yang berbeda, guru bisa mengatakan ‘are you ready for fun?’ atau ‘are you ready for more fun?’ sehingga peserta didik tidak bosan mendengar guru memberi salam good morning atau good afternoon saja. Do something different yaitu melakukan sesuatu yang berbeda. Jika setiap pertemuan guru melakukan sesuatu yang rutin saja, maka peserta didik pun akan bosan dengan ritual yang dilakukan guru di awal pertemuan. Dengan melakukan sesuatu yang berbeda di dalam kelas, maka peserta didik akan mendapatkan sesuatu yang menyegarkan. Misalnya dengan meminta peserta didik untuk bertepuk tangan, lari di tempat, melompat, dan lain-lain.

2.         Ice-breaking
Dalam langkah ini, guru melakukan review dan preview. Guru mengecek ulang pelajaran yang lalu atau memberikan pandangan pelajaran yang akan dilakukan. Dalam melaksanakan langkah ini, peserta didik dan guru bisa menggunakan teknik Total Physical Response (TPR), yaitu melibatkan fisik untuk melakukannya.

3.         Lead-in
Dalam tahap ini guru mengecek sejauh mana kemampuan peserta didik dalam pelajaran yang akan diajarkan. Dalam tahap ini guru mengecek kemampuan siswa dalam hal (1) sentence (kalimat), apakah peserta didik faham dalam tingkat pemilihan kalimat yang tepat, (2) understading (pemahaman), apakah peserta didik faham apa yang diminta guru, perintah dari guru, (3) vocabulary (kosakata), apakah peserta didik mampu untuk menggunakan kosakata yang tepat, (4) context (konteks), apakah peserta didik memahami konteks kalimatnya.

4.         Presentasi
Dalam tahap ini, guru memberikan konsep dari pejaran yang diberikan. Dalam memberikan presentasi, guru menyampaikan konsep dengan sederhana, singkat dan mudah dipahami. Dalam memberikan presentasi, guru lebih banyak memberikan contoh daripada penjelasan. Dalam menggunakan papan tulis, guru tidak hanya sekedar menuliskan materi tetapi melakukan Board Management, yaitu mengatur papan tulis sehingga memudahkan guru menyampaikan materi atau konsep.

5.         Controlled Practice
Dalam tahap ini, saatnya peserta didik untuk menerapkan konsep yang sudah diberikan oleh guru. Dalam kelompok kecil, peserta didik melakukan latihan seperti bertanya, menjawab atau menjelaskan. Dalam tahap ini, guru mengontrol kegiatan yang dilakukan peserta didik, mengkoreksi lansung kesalahan yang dilakukan peserta didik.

6.         Semi-controlled Practice
Dalam tahap ini, peserta didik tetap melakukan latihan. Di tahap ini guru tidak melakukan koreksi secara lansung tapi membiarkan peserta didik yang lain untuk melakukan koreksi.


7.         Real-life Practice
Di tahap ini, peserta didik menggunakan Bahasa Inggris seperti dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tahap ini, peserta didik dapat melakukan drama.

8.         Feed-back & Closing
Di tahap ini, peserta didik dan guru sama-sama memberikan kesimpulan tentang pelajaran yang telah dilakukan. Di tahap ini, guru mencari tahu apakah siswa senang dalam melaksanakan proses pelajaran dan apakah mereka akan menggunakan konsep pelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. 

Mengajar Bahasa Inggris Dengan Metode Belajar Kelompok


Collaborative learning atau group work adalah situasi dimana dua orang atau lebih belajar tentang sesuatu bersama-sama. (http://en.wikipedia.org/wiki/Collaborative_learning)
Collaborative Learning adalah proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. (Bagus Takwin)
Collaborative learning is an educational approach to teaching and learning that involves groups of learners working together to solve a problem, complete a task, or create a product. Collaborative learning is based on the idea that learning is a naturally social act in which the participants talk among themselves. It is through the talk that learning occurs. Collaborative learning adalah pendekatan belajar dimana anggotanya bekerja bersama untuk menyelesaikan masalah, memenuhi tugas atau mengasilkan produk. Collaborative learning didasarkan pada ide bahwa tindakan sosial menunjukkan bahwa partisipan saling berbicara pada masing-masing.
 2.        Keuntungan dari collaborative learning atau group work, adalah
1.    Memberikan kesempatan kepada peserta didik waktu untuk berbicara Bahasa Inggris.
2.    Mengelompokan peserta didik dengan berbagai macam level.
3.    Memberikan peserta didik rasa puas ketika mereka mencapai tujuan.
4.    Mengajarkan peserta didik bagaimana jadi pemimpin dan orang yang dipimpin.
5.    Memudahkan guru untuk mengontrol peserta didik.
6.    Memaksimalkan STT (Students Talk Time) dan meminimalkan TTT (Teacher Talk Time).

Sunday 25 December 2011

Miskin Karena Berjamaah…Betulkah?


Keadaan keuangan saya tidak menentu karena saya berkiprah di jamaah ini. Saya tidak mempunyai pekerjaan yang mapan karena saya terlalu sibuk mengurusi jamaah ini. Saya merasa tersinggung dan sakit hati ketika mendengar salah satu qiyadah jamaah ini mewajibkan kadernya untuk menjadi kaya. Pekerjaan saya jadi terbengkalai karena jamaah ini menuntut saya bekerja optimal bagi jamaah.
Itu mungkin adalah beberapa keluh kesah beberapa kader sebuah jamaah terhadap ‘beratnya’ amanah yang diberikan oleh jamaah. Dan mungkin juga sebuah pembenaran bagi dirinya untuk menyalahkan jamaah atas kekurangan dirinya sendiri.
Ekonomi menjadi salah satu penyebab yang ‘dibenarkan’ untuk menjadi alasan keluar dari jamaah ini. Ekonomi yang lemah dan tidak menentu dijadikan alasan yang tepat untuk meninggalkan jamaah.
Masih teringat jelas dalam memori saya begitu solidnya jamaah ini dalam membantu ekonomi, khususnya para kadernya. Bagaimana para kader jamaah ini mengumpulkan uang untuk membantu seorang akhwat yang akan dioprasi. Teringat juga kisah seorang ikhwan yang mengalami kecelakaan di tempat kerjanya sehingga harus menjalani oprasi yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jamaah ini dengan sigap bahu membahu membiayai pengobatan dan kehidupan sehari-sehari pasca oprasi.
Sehingga naïf sekali ketika mengatakan bergabungnya dengan jamaah ini membuat keadaan ekonomi morat marit. Menurut saya, morat-maritnya ekonomi bukanlah disebabkan oleh kesibukaan dia dengan amanah dakwah di jamaah ini tapi lebih kurangnya dia menerapakan manajemen waktu dalam kehidupan sehari-hari. Dia tidak bisa membuat skala prioritas dalam hidupnya dan dia lupa akan janji Allah, jika menolong agama Allah maka Allah akan menolongnya.
Menurut saya, jika ada seorang kader yang mengatakan bahwa dia tersinggung karena ada salah seorang pimpinan jamah ini mengaharuskan semua kadernya kaya, maka kader itu adalah kader yang bodoh dan naïf. Bukankah Rasul pernah bersabda bahwa umat Islam ini harus kaya. Dia lupa bahwa Rasul, keluarga dan para sahabat Rasululloh adalah orang-orang dengan harta yang banyak. Dia lupa bahwa dakwah ini membutuh dana yang tidak sedikit. Kita bayangkan saja, siapa yang akan membiayai dakwah Rasululloh saat itu jika Khadijah tidak memberikan kekayaannya untuk keberlansungan dakwah. Jadi menurut saya, suatu keharusan muslim itu memiliki harta yang banyak dengan catatan harta yang didapatkan halal dan dibelanjakan di jalan Islam untuk menopang dakwah Islam.
Juga ada beberapa kader jamaah ini yang menyatakan keluar dari jamaah dikarenakan pemikiran bahwa para pemimpin jamaah ini tidak lagi berpijak sesuai manhaj yang sudah ditetapkan. Bukankah Rasul selalu mengingatkan para umatnya agar senantiasa hidup saling nasehat menasehati, bukannya meninggalkan saudara-saudaranya dengan menjelekkan saudara-saudaranya sendiri di belakang. Wallahu’alam…

Yakinlah Akan Ketetapan Allah


Terinspirasi setelah membaca sebuah cerpen di sebuah media online yang mengisahkan cerita pilu yang dialami oleh seorang akhwat. Diceritakan, seorang akhwat muda, masih berusia 21 tahun, cantik, aktivis dan pandai pula. Dikala usianya masih 21 tahun, seorang ikhwan melamarnya. Ikhwan tersebut adalah kawannya sejak SMA, sama-sama aktif sebagai aktivis masjid sekolah, masuk universitas yang sama walaupun dengan jurusan yang berbeda tapi masih sama-sama sebagai aktivis masjid kampus. Singkat cerita, bimbanglah hati si akhwat hingga dengan segera dia berkonsultasi dengan guru ngajinya (murobbinya). Dikisahkan bahwa sang murobbi kurang menyetujui proses taaruf si akhwat dan ikhwan tersebut dan mengemukakan alasan bahwa si akhwat masih sangat muda untuk menikah, dakwah masih memerlukan tenaga dan pikirannya, dan dikhwatirkan jiga menikah kelak tidak bisa dengan optimal memberi kontribusi yang maksimal terhadap dakwah. Ketika si akhwat mengemukan bahwa dakwan akan terus dia lakukan setelah menikah, sang murobbi pun berargumen bahwa setelah menikah akan banyak sekali amanah yang dia pikul selain amanah sebag aktivis masjid dia pun memiliki amanah sebagai seorang istri. Sampai pada akhirnya proses taaruf akhwat dan ikhwan ini pun gagal. Tak lama kemudia datanglah sepucuk undangan pernikahan, ternyata undangan pernikahan dari ikhwan yang pernah melamarnya. Serasa disambar petir di siang bolong, begitu shocknya dia samapi tangispun tak terbendung lagi.
Lama setelah kejadian gagalnya proses taaruf di usia 21 tahun, sekarang usianya hampir menginjak 30 tahun. Penyesalan pun datang, dia berandai-andai jika saja dia menerima pinangan ikhwan tersebut tentu saja sekarang dia berbahagia karena telah memiliki suami dan anak-anak. Dia menyesal kenapa dulu dia mendengarkan nasehat dari murobbinya. Dia menyesal karena sekarang setelah berganti beberapa murobbi, dan murobbi yang dulu menasehatinya agar menolak lamaran ikhwan tersebut tidak bertanggung jawab atas ‘masih single’ nya dia sekarang. Dia menyesal mengapa tidak kepada Allah sajalah dia meminta keputusan, kenapa hanya kepada murobbinya saja dia percaya.
Di satu sisi memang akhwat tersebut benar karena dia menyadari kesalahannya dengan tidak berkonsultasi pada Allah. Tapi di sisi lain dia tidak menerima apa yang telah Allah kehendaki terhadap dirinya. Bukannya seharusnya si akhwat itu yakin, jika memang Allah berkehendak bahwa saat itu dia dan ikhwan tersebut berjodoh, maka apapun yang terjadi, bagaimana pun kerasnya sang murobbi menentang pernikahannya tetap saja dia akan menikah dengan si ikhwan. Dia lupa bahwa Allah berkehendak bahwa jodohnya tidak datang dikala usianya 21 tahun. Dia lupa bahwa Allah telah menetapkan waktu kapan dia akan menikah.
Allah lah yang mengetahui apa yang terbaik buat kita. Apa yang kita pikir yang terbaik buat diri kita belum tentu yang terbik di mata Allah. Tapi apa yang menurut Allah yang terbaik bagi kita maka pasti yang terbaik buat kita. hanya saja kita terlalu bodoh untuk menyadarinya. Wallahu’alam…

Ya Allah, Kapan Kau kabulkan Do’aku


Sudah tidak terhitung lagi do’a kupanjatkan, tidak teringat lagi berapa kali saya berdo’a dan memohon kepada Allah agar diberi jodoh dengan segera. Tiap kali bertemu dengan ibu, pasti tak lupa untuk meminta beliau untuk mendo’akan saya agar cepat menikah. Begitupun hampir tiap ibu menelfon diakhiri dengan do’a agar cepat berjodoh. Begitupun ketika bertemu dengan teman-teman semasa kuliah. Mereka yang sudah berkeluarga dan memiliki anak-anak, kerap mendoa’kan saya untuk cepat mendapatkan jodoh. Pun hari ini ketika saya bertemu dengan sahabat sejak masa kuliah, kami bertemu untuk makan siang di sebuah restoran. Sahabat saya ini datang bersama suami, anak, dan anaknya yang masih dalam kandungan. Diakhir pertemuan kami hari ini, tak lupa do’a cepat mendapatkan jodoh meluncur dari bibirnya. Dan hari ini juga mendapatkan telfon dari sahabat semasa kuliah yang lain. Sama, dia pun mendo’akan saya untuk mendapatkan jodoh dengan segera.
Jujur saja, dalam hati ini keinginan untuk menikah sangat kuat. Ikhtiar pun sudah beberapa kali dilakukan. Saya bukanlah orang dengan paras yang cantik berdasarkan ukuran standar masyarakat sehingga tidak seperti perempuan lain yang cantik menurut standar masyarakat sekarang yang mungkin mendapatkan lamaran dari beberapa lelaki. Saya juga bukanlah orang yang mempunyai kesempatan untuk menolak lamaran seorang lelaki. Karena, tidak pernah seorang pun mengajukan lamaran pada saya. Saya bukanlah perempuan pemilih. Jadi jika ada orang yang mengatakan bahwa saya belum menikah karena saya pemilih tidaklah benar, karena saya tidak mempunyai kesempatan untuk memilih.
Kekuatan do’a adalah sebuah keyakinan yang akan terus saya pegang. Do’a adalah senjatanya kaum muslim. Dan akan saya pegang teguh keyakinan itu. Saya yakin Allah akan mengabulkan do’a saya. Saya yakin Allah akan mengabulkan do’a saya diwaktu yang tepat karena Allah tahu yang terbaik buat hamba-Nya.
Terkadang, kita putus asa ketika do’a yang kita panjatkan terus menerus belum saja Allah wujudkan. Padahal Allah tahu yang terbaik buat kita. Bisa saja, sesuatu yang kita minta dalam do’a-do’a kita menjadi baik buat kita. Bisa jadi, hal yang kita inginkan adalah hal yang baik buat kita. teringat sebuah kisah dari zaman Rasulullah. Kala itu, seorang sahabat bernama Salabah meminta agar Rasululloh berdo’a untuknya. Salabah adalah sahabat yang sangat miskin. Dia meminta Rasululloh mendo’akan dia agar menjadi orang yang kaya raya. Saat itu Rasululloh tidak mengabulkan apa yang dia minta tapi Salabah ini terus saja mendesak Rasululloh untuk mendo’akannya agar menjadi orang yang kaya. Akhirnya Rasululloh mengabulkan permintaan Salabah. Tak lama kemudian, Salabah dengan cepat menjadi orang kaya. Peternakannya dimana-mana, dirinya disibukkan oleh peternakan-peternakannya sehingga dia lupa akan kewajibannya untuk berdakwah. Suatu ketika Rasululloh mengutus seseorang untuk meminta zakat dari Salabah. Yang terjadi adalah Salabah menolak memberikan zakat. Sampai akhirnya Rasululloh marah kepada Salabah. Setelah kemarahan Rasululloh, Salabah memberikan zakat tapi Rasul tidak mau menerimanya karena ketamakannya sendiri. Hingga zaman kekhalifahan Ustman, zakat dari Salabah tidak diterima.
Begitulah ternyata apa yang diterima Salabah tidak menjadikan dia menjadi orang yang bersyukur. Kekayaan yang dimilikinya tidak menjadi keberkahan untuk dirinya. Rasululloh sudah mengetahui dampak jika do’anya untuk Salabah dikabulkan maka dia akan menjadi orang yang lupa akan kewajibannya sebagai muslim. Itulah sebabnya Rasululloh menolak untuk mendo’akan Salabah jadi orang kaya. Karena belum tentu apa yang kita minta itu yang terbaik buat kita.
Ketika Allah belum saja mengabulkan do’a saya, ibu saya, sahabat-sahabat saya agar saya mendapatkan jodoh, saya yakin Allah akan mengabulkannya diwaktu yang tepat, saat terbaik buat saya yang menjadikan jodoh itu suatu keberkahan buat saya. Allah mengabulkan do’a hamba-hamba-Nya dalam tiga waktu yaitu mengabulkan dengan segera, menundanya hingga waktu yang tepat, dan menundanya untuk dikabulkan di akhirat kelak.
Jadi, saya yakin, sangat yakin sekali Allah akan mengabulkan do’a saya dalam menemukan jodoh di waktu yang tepat. Yang terpenting adalah terus berdo’a, tidak lupa juga mendo’akan saudara-saudara yang lain. Dan terus berpegang teguh pada keyakinan akan qada-Nya. Wallahu’alam…

Terima kasih buat ibu yang tak lelah memanjatkan do’a disetiap sholat-sholatnya. Juga kepada sahabat-sahabat yang tak hentinya mendo’akan saya agar cepat mendapatkan jodoh. 

Tuesday 20 December 2011

Bodohnya Perokok


Topik rokok sepertinya tidak akan pernah habis untuk dibahas. Selalu saja ada yang pro dan yang kontra terhadap kehadiran rokok.
Saat ini, orang paling kaya di Indonesia adalah bos perusahaan rokok, pun menyusul terkaya di tempat kedua adalah juga dan lagi-lagi bos perusahaan rokok. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi rokok di Indonesia sangat tinggi. Pemerintah pun ikut diuntungkan dengan hal ini, tentu saja dengan penghasilan pajak rokok yang nilainya sangat tinggi.
Sebenarnya sudah sangat jelas sekali akan dampak negatif dari konsumsi rokok, baik untuk kesehatan maupun isi dompet. Dari segi kesehatan sudah sangat jelas sekali akan bahaya dari rokok, baik untuk perokok aktif maupun perokok pasif, bahkan lebih bahaya bagi perokok pasif. Begitupun dampak bagi isi dompet. Dengan pajak yang tinggi, tentu saja harga rokok pun tidak murah. Tapi mahalnya harga rokok tidak menyurutkan orang untuk terus membelinya, muda atau tua, miskin atau kaya.
Dengan mata kepala sendiri, saya melihat seorang pengamen yang (maaf) tunanetra, sehabis mengamen di dalam bis lalu dengan segera membeli sebatang rokok dengan uang hasil mengamennya tersebut. Dan yang lebih dahsyatnya, pernah ada berita yang menayangkan balita yang busung lapar, diperlihatkan bagaimana kurusnya dan menderitanya si anak karena busung lapar. Tapi yang sangat membuat miris melihatnya adalah, si ayah dengan nikmatnya mengisap sebatang rokok sementara dia tidak mampu membeli makanan buat sang anak. Terlihat begitu teganya si ayah, hanya untuk sebatang rokok dia mampu membeli tapi tidak untuk makanan sang anak.
Sungguh rokok telah melemahkan jiwa kemanusian. Apakah sebatang rokok lebih penting daripada makanan untuk anak. Apakah sebatang rokok mampu melemahkan rasa tanggung jawab ayah kepada anak.
Saya jadi bertanya-tanya, apa ada manfaat dari rokok?. Mungkin ada yang berpendapat bahwa pajak yang tinggi dari rokok bisa jadi devisa yang tinggi untuk Negara. Tapi apakah pendapatan yang merugikan banyak orang bisa disebut sebagai keberkahan. Sungguh lebih banyak mudharatnya dari rokok. Yang mendapatkan manfaat hanyalah segelintir orang. Uang mengalir terus ke kantong para pengusaha rokok, sedangkan rakyat kebanyakan harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli sebatang atau sebungkus rokok. Bahkan orang miskin sekalipun rela mengahabiskan uang mereka dengan membakar rokok dan menghancurkan jantung mereka. Sungguh ironis memang ketika orang-orang miskin itu rela memberikan uangnya untuk membelu rokok dan otomatis menambah pundi-pundi kekayaan para bos perusahaan rokok. Sungguh bodoh mereka. 

Hilangnya Kepercayaan Diri



Diantara kumpulan orang-orang hebat dengan talenta yang luar biasa tentu saja akan memberikan pengaruh yang sangat kuat, baik itu pengaruh positif maupun pengaruh negatif.
Sisi negatif yang timbul ketika kita berada diantara orang-orang yang menurut pandangan kita hebat adalah perasaan minder. Walaupun dia memiliki talenta yang luar biasa, besar kemungkinan akan sulit baginya untuk mengeluarkan seluruh kemampuannya. Hal ini bisa disebabkan karena pribadinya bukanlah pribadi yang terbiasa utnuk menonjolkan dirinya sendiri. Dengan dibawah bayang-bayang rekan, teman, atau partner dalam kelompok yang terbiasa menonjolkan diri, dirinya akan lenyap tertelan. Dia takut dalam menampilkan dirinya yang sesungguhnya. Takut orang-orang disekitar dia akan mencemooh ketika dirinya mengeluarkan kemampuan. Dia takut orang lain tidak akan terkesan dengan talenta yang ada pada dirinya. Yang pada akhirnya dia hanya akan jadi penonton di sudut ruangan saja.
Sisi positifnya adalah motivasi yang tinggi. Ketika berada di lingkungan orang-orang yang hebat, maka kita akan berusaha sekuat mungkin untuk mengeluarkan yang terbaik dari diri kita. kita akan terus berusaha menggali terus kemampuan yang kita miliki.
Jadi, jangan takut akan penilaian orang lain terhadap diri kita. jangan takut akan kesan yang diberikan orang lain terhadap kita. jadikanlah kesuksesan orang lain motivasi untuk terus menggali dan memunculkan yang terbaik dari diri kita. dan yang terutama adalah teruslan berkumpul dengan orang-orang sholeh yang senantiasa saling nasihat menasihati. Wallahu’alam.

Monday 19 December 2011

Menulis (Cerpen) Untuk Media Cetak


Menulis (Cerpen) Untuk Media Cetak
 Sumber: www.bundarayya.multiply.com

Saya mencoba menulis cerpen untuk dikirim ke media cetak sejak tahun 2000. Majalah Annida (majalah Islami untuk remaja yang sekarang berformat on-line) adalah satu dari sekian media yang memotivasi saya untuk menulis cerpen. Saya suka membaca rubrik galeri cerpen (lalu berganti nama Bengkel Cerpen Nida/BCN) yang saat itu diasuh bergantian oleh Helvy Tiana Rossa, Harris Effendi Thahar, Hamsad Rangkuti, Gola Gong, dan Joni Ariadinata. Rubrik itu mengulas satu dari beberapa cerpen yang dimuat dalam satu edisi, serta mengupas bagaimana trik-trik menulis cerpen yang oke. Saya begitu terobsesi ‘menembus’ majalah itu.

Dengan meminjam mesin ketik jadul milik saudara, saya tulis beberapa cerpen bernafaskan Islam. Setelah itu, saya kirim semua ke Annida.

Tiga bulan menunggu nggak ada kabar, saya anggap karya itu nggak layak muat. Akhirnya saya ‘lempar’ naskah-naskah itu ke majalah Mahameru, majalah lokal di kota saya. Akhir 2001, salah satu naskah itu dimuat! Meski honornya cuma sepuluh ribu, rasanya seneeeeeng banget. Jadilah cerpen itu cerpen pertama saya yang nampang di media.

Kepercayaan diri saya tumbuh. Saya makin rajin nulis, dengan sasaran media yang beragam. Selanjutnya, satu per satu cerpen saya mejeng di media seperti harian Surya, Malang Pos, Deteksi Jawa Pos, dll.

Suatu hari saya ngobrol tentang dongeng dengan Ika Maya Susanti, seorang teman se-komunitas menulis di kampus. Kebetulan waktu itu ada lomba menulis dongeng di Bobo. Tertarik ikut, saya pun mencoba menulis dongeng. Sayang, saya lupa tanggal deadline. Terlewatlah kesempatan itu.
Iseng, dongeng itu saya kirim ke majalah Mentari, dan dimuat! Dongeng itu menjadi cerita anak pertama yang dimuat media. Ini sekaligus membuktikan, ternyata saya nggak cuma bisa bikin cerpen remaja dan cerpen serius aja, cerita anak pun bisa ^_^.

Naskah cerpen saya juga sering ditolak media. Salah satunya majalah Kawanku. Kalau dikumpulkan, mungkin ada puluhan surat pengembalian naskah yang saya terima. Tapi saya suka, karena pihak redaksi memberi tahu, apa kelemahan cerpen saya.

Ditolak, awalnya kesal. Tapi lama-lama saya jadi kebal. Justru saya semakin tertantang untuk terus mengirim naskah. Satu lagi, saya semakin terlatih bersabar ;).

Selain Kawanku, yang rajin mengembalikan naskah saya adalah Kompas Anak. Ikut-ikutan para Paberland, saya menyebut surat pengembalian naskah itu sebagai surat cinta (saking seringnya nerima ^_^). Bertahun-tahun saya berjuang kirim naskah ke Kompas Anak. Entah itu artikel pendek, resensi buku, atau cerpen. Perjuangan saya menuai hasil di tahun ke sepuluh. Meski yang ‘tembus’ bukan cerpen (tapi resensi buku), bagi saya, itu tetap ‘sesuatu’ ;). Jadi, meski sering ditolak, jangan pernah patah semangat!

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika akan mengirim cerpen (termasuk jenis tulisan yang lain juga) ke media cetak.
(1)    Kenali karakter media yang kita tuju. Misalnya kita punya cerpen tentang kisah cinta remaja. Trus, kita kirim ke Bobo. Ya sudah pasti ditolak. Majalah buat anak-anak kita kirimi cerpen cinta-cintaan, ya nggak nyambung.

(2)    Catat alamat pengiriman naskah berbagai media dan tata cara pengirimannya. Awal saya menulis untuk media cetak, saya hobi berkunjung ke perpus untuk membaca majalah/koran, lalu saya catat alamat redaksinya beserta syarat-syarat penulisan dan pengiriman naskah ke media tersebut. Saya juga langganan ngintip alamat redaksi majalah/koran yang baru lahir di lapak dekat tempat kos semasa kuliah. Kakek yang punya lapak sampai hafal dengan kebiasaan saya (untung si kakek pengertian dengan kondisi mahasiswa berkantong pas-pasan seperti saya, hehe…).

(3)    Penuhi syarat penulisan dan pengiriman naskah. Misalnya, patuhi jika media yang kita tuju mengharuskan tulisan kita nggak lebih dari 5200 karakter. Atau jika syarat pengiriman naskah harus via pos dan berbentuk print-out, sebaiknya jangan kirim via email. Meski aturan/kebijakan yang ditetapkan masing-masing media cetak berbeda, percayalah,  itu pasti ada maksudnya.

(4)    Jika naskah cerpen kita ditolak/dikembalikan, jangan sakit hati. Justru itu pembelajaran buat kita. Ada banyak kemungkinan, kenapa naskah kita ditolak. Bisa jadi karena cerpen kita terlalu panjang lebar, tema kurang menarik, EYD belepotan, ceritanya terlalu mengada-ada, ceritanya nggak cocok dengan visi misi media, dsb. Pengalaman saya, ditolak media satu, belum tentu media lain juga menolak. Contoh, saya pernah mengirim satu cerpen saya ke Kawanku. Nggak lama, naskah itu kembali. Saya perbaiki sesuai catatan dari redaksi Kawanku, lalu saya kirim ke Deteksi Jawa Pos. Eh, dimuat! Beberapa tahun kemudian cerpen itu malah muncul di buku pelajaran untuk SMU, trus diambil untuk teks soal UNAS pula. So, ditolak? Lempar ke media lain ;)

(5)    Ketika mengirim naskah ke media cetak, sertakan surat pengantar. Nggak perlu panjang-panjang. Misalnya:

Yth. Redaktur Fiksi Kompas Anak

Saya mengirim naskah dongeng untuk Kompas Anak, judulnya Todi Si Belalang Kerdil. Dongeng ini benar-benar karya saya, bukan jiplakan atau saduran. Apabila pihak redaksi hendak mengedit isi dongeng ini, saya tidak keberatan. Terimakasih.

Salam,
RF.Dhonna

Sertakan pula identitas penulis. Biasanya terdiri dari nama lengkap, alamat, nomor handphone/telpon, nomor rekening (ada juga media cetak yang nggak minta nomor rekening), bisa juga ditambah dengan pengalaman di bidang tulis menulis.

(6)    Kirim dan lupakan. Ini juga dilakukan oleh kebanyakan paberland. Jangan terlalu dipikirkan. Nanti malah nggak produktif. Kalau sambil menunggu kabar, sambil menulis lagi, itu lebih baik. Ada kisah menarik dari seorang penulis yang luar biasa produktif. Setiap minggu dia mewajibkan dirinya menulis 2-5 cerpen. Uniknya, setiap minggu media bidikannya selalu berbeda. Misalnya minggu ini dia nulis cerpen buat dikirim ke Bobo dan Sekar. Minggu depannya dia membidik Kompas Anak dan Bravo.

Menulis untuk koran/majalah, kalau dimuat honornya lumayan lho. Di media cetak terkemuka, berkisar antara 250 ribu—1 juta (coba intip lagi bocoran dari mbak Widya Rosanti di dokumen). Ada juga sih, koran terkemuka yang nggak ngasih honor (maaf nggak bisa saya sebutkan koran apa itu). Tapi itu berpulang ke pribadi masing-masing penulis. Kalau niatnya nggak pure nambah penghasilan (misalnya untuk kepuasan batin, mengasah keterampilan menulis, dan berbagi), mungkin si penulis nggak terlalu mempermasalahkan. Tetapi kalau menulis cerpen untuk menyambung hidup, sebaiknya kirim naskah ke media cetak yang jelas ada honornya.

Sumber: www.bundarayya.multiply.com

Thursday 15 December 2011

Salah Masuk


Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2005. Salah satu teman kuliah akan melansungkan pernikahannya di kampung halamannya di antara perbatasan Sumedang dan Garut. Saya berangkat pagi-pagi sekitar jam 7. Saya dan teman-teman berkumpul di terminal Cicaheum Bandung. Saat itu saya dan teman-teman yang lain berpakaian selayaknya orang-orang yang pergi ke kondangan. Yang laki-laki memakai baju batik dan yang perempuan menggunakan kebaya modern. Tidak ada yang tahu lokasi pernikahan akan berlansung. Dengan modal secarik alamat yang tertera di kertas dan kemampuan untuk bertanya-tanya saya dan teman-teman pun berangkat dengan menaiki sebuah elf (minibus) dengan jurusan Bandung-Garut via Wado. Dengan berdesakan saya dan teman-teman naik elf tersebut. Baju yang rapi pun jadi terkoyak. Make-up pun luntur dengan keringat yang bercucuran.
Dengan terus bertanya pada sang supir, akhirnya saya dan teman-teman pun sampai ke tempat yang akan di tuju. Sebenarnya kami tidak lansung turun ke tempat yang dituju. Saya dan teman-teman harus naik lagi kendaraan untuk sampai ke rumah teman yang menikah. Kami pun naik lagi angkot. Di tengah perjalanan kami melihat janur kuning. Secara otomatis saya pun menyetop angkot tersebut. Turunlah kami dengan dandanan yang sudah setengah acak-acakan. Sesampai di depan rumah mempelai saya pun bertanya kepada hansip yang ada di situ.
“Pa, leres ieu bumi na Harni nu kuliah di UPI Bandung” (Pa, benar ini rumahnya Harni yang kuliah di UPI Bandung)
“Oh, leres neng” (Oh, betul neng)
Setelah mendapat kepastian dari hansip saya dan teman-teman dengan percaya dirinya masuk ke rumah mempelai. Di depan ada beberapa panitia yang dengan ramah menyambut saya.
“Rencangan ti Bandung?” (teman-teman dari Bandung)
“Muhun” (iya)
Setelah sampai pintu masuk, saya pun dibuat terheran-heran. Orang yang saya lihat tidak mirip dengan teman saya. Tapi saat itu saya berpikir biasanya perempuan yang didandani suka terlihat berbeda. Semakin mendekat saya pun semakin ragu. Wajah sang mempelai perempuan benar-benar berbeda dengan teman saya. Terlanjur naik ke panggung pelaminan, saya pun bersalaman dengan mempelai dan orangtuanya. Saya tersenyum, mempelai dan orangtuanya pun tersenyum. Dengan senyum yang dipaksakan dan keinginan untuk berlalu dari tempat itu secepatnya sepertinya dirasakan olah saya dan pastinya teman-teman yang lain juga.
Setelah kami keluar dari ruang pelaminan, para sesepuh di luar pun menawarkan saya untuk menikamti hidangan.
“sok geura aremam heula. Jauh pan ti Bandung” (silahkan cicipi hidangannya. Jauh dari Bandung kan)
Dengan menahan rasa malu, kami pun bergegas untuk keluar dari tempat itu. Dan salah seorang dari kami berkata “Muhun, hatur nuhun. Ieu salah tempat. Punten.” (iya, terimakasih. Maaf salah tujuan)
Sambil berlari saya dan teman-teman pun tertawa terbahak-bahak. Manahan malu. Dari tempat itu kami harus naik angkot kembali. Dan tempat yang dituju memang agak jauh dari tempat yang salah itu. Bersyukur amplop yang akan diberikan ke pengantin belum saya masukkan ke gentongnya.
Berdasarkan pengalaman malu yang saya dan teman-teman alami. Sebaiknya sebelum masuk ke gedung atau rumah pengantin pastikan kalau pengantin adalah benar-benar orang yang mengundang kita. Jangan terlalu percaya dengan hansip. Lihat nama pengantin yang biasanya tergantung di janur kuning. Dan yang lebih penting jangan masukkan amplop sebelum yakin benar pengantinnya. Masukkan amplop yang biasanya ada di samping pengantin atau di samping penerima tamu ketika kita akan pulang. 

Kutemukan Persahabatan di Dunia Maya


Cyber world atau dunia maya adalah dunia yang sangat luas dan tidak bisa terprediksi. Dunia maya adalah dunia dengan 2 mata pisau yang sangat tajam. Di sisi satu, dunia maya memiliki nilai positif sedangkan di sisi lain adapula sisi negatifnya. Banyak hal positif yang bisa kita dapatkan dari dunia maya atau internet. Salah satunya adalah cepatnya informasi yang bisa didapatkan. Dengan mengetik kata kunci dari informasi yang kita butuhkan, kita bisa mendapatkan puluhan, ratusan atau bahkan ribuan informasi yang berkaitan dengan apa yang kita butuhkan. Dengan menjelajah internet atau dunia maya kita pun akan bertemu dengan berbagai macam orang yang berasal dari berbagai Negara, berbagai latar belakang, dan berbagai karakteristik. Begitupun sisi negative yang diperlihatkan oleh dunia maya atau internet ini. Mudah sekali menemukan situs-situs yang tidak bagus alias situs porno. Tidak usah kita mencari dengan mengetik kata kunci yang berhubungan dengan sesuatu yang porno, karena situs-situs porno tersebut ditawarkan dengan mudahnya, diiklankan dengan sangat luas di situs-situs non-porno. Dunia maya juga menjadi tempat yang mudah bagi orang-orang dengan niat tidak baik. Tidak sedikit orang-orang menggunakan internet untuk menipu. Diawali dengan pertemanan lalu menjurus kearah percintaan, seorang wanita bisa saja terjerat oleh tipu rayu sang pria. Dengan menampilkan gambar diri yang tampan dan seksi, pekerjaan yang mapan dan berasal dari Negara kaya, seorang pria mengumbar seluruh sisi bagus dari dirinya, mengumbar rasa cinta, bujuk dan rayu. Setelah sang perempuan terlena oleh ketampanan dan kekayaan sang pria, apapun yang diminta si pria akan diturutinya, termasuk memberikan rekening banknya. Tertarik oleh kata-kata si pria tentang uang yang akan ditransfer ke rekeningnya, si perempuan pun tanpa curiga memberikan nomor rekening banknya. Apa yang terjadi selanjutnya, uang yang ada di bank si perempuan terkuras habis. Pornografi dan penipuan mungkin baru beberapa saja yang ditampilkan sisi negative dari internet.
Berbekal pengalaman yang tidak mengenakan berhubungan dengan pertemanan di dunia maya atau internet hal pertama yang terpikirkan ketika ada seorang pria yang meminta pertemanan di suatu jejaring social adalah suatu pikiran yang negative. Berdasarkan pengalaman ‘bergentayangan’ di dunia maya, ketika ada seorang pria meminta pertemanan dengan seorang perempuan, bisa dipastikan ujung-ujungnya adalah membicarakan tentang seks atau bisa juga disebut ‘sex chat’. Jadi ketika suatu hari ada seorang pria yang mengaku berasalah dari Malaysia, pikirin negative pun muncul diawal, jangan-jangan lelaki ini pun ujung-ujungnya akan membicarakan tentang hal-hal negarif yang berujung pada ‘sex chat’. Pertama kali dia memperkenalkan dirinya dengan nama Hanyzan, berasal dari Selangor, Malaysia, tidak jauh dari Kuala Lumpur. Bekerja di sebuah perusahaan mobil asal Malaysia, Proton. Pertanyaan selanjutnya yang ditanyakan adalah status pernikahan dan Hanyzan ini menyebutkan kalau dia sudah menikah. Wah, sesuatu yang jarang terjadi selama saya ‘bergentayangan’ di dunia maya. Kebanyakan para pria menyebutkan status mereka masih single, terlepas dari benar atau tidaknya. Beberapa kali saya dan Hanyzan ini ngobrol di sebuah situs jejaring social. Setelah itu kami bersepakat untuk ngobrol lebih jauh lagi di Yahoo Messenger. Obrolan kami pun semakin sering dan seru. Awalnya saya tidak terlalu suka dengan dia, karena dia berasal dari Malaysia. Ini akibat dari hubungan yang buruk antara pemerintah Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan informasi dari media yang saya terima baik dari media elektronik maupun cetak ataupun cerita teman-teman yang penah berkunjung ke Malaysia, bahwa orang Malaysia itu orang yang sombong dan menyebalkan. Satu informasi yang pernah saya dapat tentang orang Malaysia adalah mereka akan menghormati orang yang berbahasa Inggris. Maka di kesempatan pertama saya ‘chat’ dengan Hanyzan ini saya menggunakan Bahasa Inggris. Tapi dia meminta saya untuk menggunakan Bahasa Indonesia saja dan dia menggunakan Bahasa Melayu. Selama saya berdiskusi dengan abang ini, banyak sekali informasi dan pengetahuan baru yang saya dapatkan. Sayapun menyadari bahwa tidak semua masyarakat Malaysia menyebalkan seperti yang saya anggap saat ini. Bersnyukur saya mendapatkan sahabat baru, yang saling menasehati untuk menjauhi keburukan dan brlomba berbuat kebaikan. Semoga persahabatan ini dirihoi oleh Alloh SWT. Amin. 

How to Get My Dreams


Tertulis
Banyak orang yang memiliki mimpi. 97% hanya ada diangan-angan sedangkan hanya 3% yang menuliskannya sehingga hanya ada 3% saja yang sukses meraih mimpi-mimpinya. Mulai saat ini akan saya tuliskan semua mimpi-mimpi saya.

Positif
Otak tidak mempunyai asosiasi terhadap kata-kata negative. Mulai saat ini saya kan buang jauh-jauh hal-hal negative dari hidup saya.

Detail/ terperinci
Akan saya gambarkan secara detail apa mimpi saya, kapan saya bisa mendapatkan mimpi saya, apa saja mimpi saya.

visualisasikan
Saya akan menrinci secara detail mimpi-mimpi apa yang saya berkomitmen mencapainya. Akan saya gambarkan secara terperinci dalam bayangan saya bagaimana cara mencapai mimpi-mimpi saya dan kesuksesan yang akan saya dapat.

Dorongan yang kuat untuk meraihnya
Kenikmatan yang sangat menyenangkan akan mendorong saya meraih mimpi-mimpi saya.


History of Islam in China


Muslims take great pride in citing a hadith that says "Seek knowledge even unto China." It points to the importance of seeking knowledge, even if it meant traveling as far away as China, especially as at t the time of the Prophet Muhammad (pbuh), China was considered the most developed civilization of the period. Islam in China began during the caliphate of 'Uthman ibn Affan (Allayhi Rahma, ra), the third caliph. After triumphing over the Byzantine, Romans and the Persians, 'Uthman ibn Affan, dispatched a deputation to China in 29 AH (650 C.E., Eighteen years after the Prophet's (pbuh) death), under the leadership by Sa'ad ibn Abi Waqqaas (Allayhi Rahma), Prophet Muhammad's (Salla Allahu wa Allahai wa Sallam, pbuh) maternal uncle, inviting the Chinese emperor to embrace Islam.

Even before this, the Arab traders during the time of the Prophet (pbuh), had already brought Islam to China, although this was not an organized effort, but merely as an offshoot of their journey along the Silk Route (land and sea route).

Even though there are only sparse records of the event in Arab history, a brief one in Chinese history, The Ancient Record of the Tang Dynasty describes the landmark visit. To Chinese Muslims, this event is considered to be the birth of Islam in China. To show his admiration for Islam, the emperor Yung Wei ordered the establishment of China's first mosque. The magnificent Canton city mosque known to this day as the 'Memorial Mosque.' still stands today, after fourteen centuries.

One of the first Muslim settlements in China was established in this port city. The Umayyads and Abbasids sent six delegations to China, all of which were warmly received by the Chinese.

The Muslims who immigrated to China eventually began to have a great economic impact and influence on the country. They virtually dominated the import/export business by the time of the Sung Dynasty (960 - 1279 CE). Indeed, the office of Director General of Shipping was consistently held by a Muslim during this period. Under the Ming Dynasty (1368 - 1644 CE) generally considered to be the golden age of Islam in China, Muslims gradually became fully integrated into Han society.

An interesting example of this synthesis by Chinese Muslims was the process by which their names changed. Many Muslims who married Han women simply took on the name of the wife. Others took the Chinese surnames of Mo, Mai, and Mu - names adopted by Muslims who had the names Muhammad, Mustafa, and Masoud. Still others who could find no Chinese surname similar to their own adopted the Chinese character that most closely resembled their name - Ha for Hasan, Hu for Hussein, or Sai for Said, and so on.

In addition to names, Muslim customs of dress and food also underwent a synthesis with Chinese culture. The Islamic mode of dress and dietary restrictions were consistently maintained, however, and not compromised. In time, the Muslims began to speak Han dialects and to read in Chinese. Well into the Ming era, the Muslims could not be distinguished from other Chinese other than by their unique religious customs.. In spite of the economic successes the Muslims enjoyed during these and earlier times, they were recognized as being fair, law-abiding, and self-disciplined. For this reason, once again, there was little friction between Muslim and non-Muslim Chinese.


Over the years, many Muslims established mosques, schools and madrasas attended by students from as far as Russia and India. It is reported that in the 1790's, there was as many as 30,000 Islamic students, and the city of Bukhara, - the birthplace of Imam Bukhari, one of the foremost compilers of hadith - which was then part of China, came to be known as the "Pillar of Islam."

The rise of the Ch'ing Dynasty (1644 - 1911 CE), though, changed this. The Ch'ing were Manchu (not Han) and were a minority in China. They employed tactics of divide-and- conquer to keep the Muslims, Han, Tibetans, and Mongolians in struggles against one another. In particular, they were responsible for inciting anti-Muslim sentiment throughout China, and used Han soldiers to suppress the Muslim regions of the country. When the Manchu Dynasty fell in 1911, the Republic of China was established by Sun Yat Sen, who immediately proclaimed that the country belonged equally to the Han, Hui (Muslim), Man (Manchu), Meng (Mongol), and the Tsang (Tibetan) peoples. His policies led to some improvement in relations among these groups.

Since the People’s Republic of China was founded in 1949, tremendous upheavals occurred throughout China culminating in the Cultural Revolution. Muslims along with all the Chinese population suffered. After the third congress of the 11th Central committee, the government greatly liberalized its policies toward Islam and Muslims.. Since religious freedom was declared in 1978, the Chinese Muslims have not wasted time in expressing their convictions.

Under China's current leadership, in fact, Islam appears to be undergoing a modest revival. Religious leaders report more worshipers now than before the Cultural Revolution, and a reawakening of interest in religion among the young.

According to a publication on mosques in China(1998 edition), there are now 32,749 mosques in the entire People's Republic of China, with 23,000 in the province of Xinjiang.  There has been an increased upsurge in Islamic expression in China, and many nationwide Islamic associations have been organized to coordinate inter-ethnic activities among Muslims. Islamic literature can be found quite easily and there are currently some eight different translations of the Qur'an in the Chinese language as well as translations in Uygur and the other Turkic languages.

Muslims have also gained a measure of toleration from other religious practices. In areas where Muslims are a majority, the breeding of pigs by non-Muslims is forbidden in deference to Islamic beliefs. Muslim communities are allowed separate cemeteries; Muslim couples may have their marriage consecrated by an imam; and Muslim workers are permitted holidays during major religious festivals. The Muslims of China have also been given almost unrestricted allowance to make the Hajj to Mecca. China's Muslims have also been active in the country's internal politics. As always, the Muslims have refused to be silenced. Islam is very much alive for China's Muslims who have managed to practice their faith, sometimes against great odds, since the seventh century.

Yesung Pictures

I just wanna share these cute pictures of Yesung. I took his pictures from his twitter account
Looks like that Yesung is Kyuhyun's younger brother (LOL)

nice selca

have you eaten?

another nice selca, beautiful angle, looks photogenic 

It's You
nice selca

Yesung is the cutest...

cute chucky yesung