Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Sunday 22 July 2012

Kelasku Menyenangkan



Membuat suasana kelas yang menyenangkan bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan oleh para guru. Membuat murid merasa nyaman di dalam kelas pun sangat sulit untuk dilakukan. Pun membuat mereka betah berada di dalam kelas sepertinya mustahil dilakukan. Potret yang sering terjadi di dalam kelas-kelas adalah murid tidak betah berlama-lama duduk di dalam kelas. Biasanya 5-10 menit pertama guru memulai pelajarannya para murid masih bisa duduk dengan manis di bangkunya masing-masing, dan apa yang terjadi setelah 10 menit berlalu. Ya, benar sekali mereka akan mulai ribut, mengobrol, memukul-mukul meja dan meminta izin untuk pergi ke WC. Semuanya itu terjadi karena mereka merasa bosan dengan kelasnya. Mereka tidak tertarik dengan pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Jadi siapa yang salah dalam masalah ini. Apakah para murid yang tidak disiplin ataukah guru yang tidak membuat kelas mereka menyenangkan. Jawabannya sudah pasti kelas yang tidak menyenangkan. Karena jika kelas menyenangkan, maka tak ayal lagi para murid akan senang belajar bersama gurunya baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Mengapa kita sebagai guru tidak bisa membuat kelas kita menyenangkan. Jawabannya hanya satu, karena kita mengajar dengan cara yang membosankan. Tidak ada kejutan dalam proses pengajaran yang kita berikan. Setiap hari cara kita mengajar selalu sama dan monoton. Kita mengajar layaknya sebuah robot yang sudah diprogam untuk mengajarkan sebuah pelajaran tertentu. Pertama kita masuk ke dalam kelas, mengucapkan salam pada murid lalu murid membalas salam kita. Setelah mengucapkan salam kita meminta murid untuk berdo’a. Selanjutnya, kita menanyakan tentang PR yang telah diberikan lalu meminta murid untuk mengumpulkannya. Selanjutnya, kita menanyakan pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya lalu memberitahu bab yang akan dipelajari hari ini. Selanjutnya, kita akan meminta siswa untuk membuka buku halaman sekian dan kita menerangkan sedikit teori pelajaran yang akan diajarkan. Selanjutnya, kita memninta siswa untuk mengerjakan soal di halaman sekian lalu membahasnya bersama-sama. Begitulah rutinitas yang dilakukan oleh guru dan murid dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Begitu membosankan dan monoton. Tidak ada warna dalam kelas kita. tidak ada kecerian dalam kelas kita. Jadi apa yang kita sebagai guru musti lakukan untuk membuat kelas kita menyenangkan. Jawabannya sangat mudah, warnailah kelas kita dengan kecerian. Buatlah kelas yang menyenangkan dan tidak membosankan. Bagaimakah caranya. Buatlah kejutan-kejutan di dalam kelas kita. Buatlah atmosfir yang berbeda setiap harinya.
Berikut adalah langkah-langkah bagaimana kita mengajar dengan cara yang menyenangkan. Karena saya adalah seorang guru Bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Maka saya akan menuliskan pengalaman saya mengajar di kelas Bahasa inggris yang menyenangkan.

1. Opening (pembukaan)
Proses opening atau pembukaan adalah proses yang sangat penting. Dalam stage inilah guru memiliki kesempatan untuk mendapatkan atensi dari murid-muridnya. Mengapa langkah opening ini sangat penting. Karena jika dalam langkah pembukaan guru tidak mampu mengambil perhatian dari siswa maka dalam langkah-langkah pengajaran selanjutnya guru akan sulit mendapatkan perhatian dari siswanya. Dan sebaliknya jika guru berhasil mengambil perhatian siswa pada langkah pembukaan maka akan memudahkan langkah-langkah mengajar selanjutnya.
Dalam pembukaan kita dapat melakukan teknik BSD, yaitu Bring something different, Say something different, and Do something different. (membawa sesuatu yang berbeda, mengatakan sesuatu yang berbeda dan melakukan sesuatu yang berbeda). Dengan melakukan teknik BSD, peserta didik akan disuguhan sesuatu yang berbeda dari yang biasanya dilakukan oleh guru di awal pertemuan. Bring something different, yaitu membawa suatu yang berbeda ke dalam kelas untuk menunjang pembelajaran. Misalnya untuk mengajar Bahasa Inggris dengan tema ‘Time’, guru membawa jam dinding ke dalam kelas, jika akan mengajar tentang sayuran dan buah-buahan, guru membawa sayuran dan buah-buahan yang masih segar ke dalam kelas. Say something different yaitu guru mengatakan sesuatu yang berbeda di awal pertemuan, bukan salam yang biasa seperti, good morning atau good afternoon. Mengatakan sesuatu yang berbeda, guru bisa mengatakan ‘are you ready for fun?’ atau ‘are you ready for more fun?’ sehingga peserta didik tidak bosan mendengar guru memberi salam good morning atau good afternoon saja. Do something different yaitu melakukan sesuatu yang berbeda. Jika setiap pertemuan guru melakukan sesuatu yang rutin saja, maka peserta didik pun akan bosan dengan ritual yang dilakukan guru di awal pertemuan. Dengan melakukan sesuatu yang berbeda di dalam kelas, maka peserta didik akan mendapatkan sesuatu yang menyegarkan. Misalnya dengan meminta peserta didik untuk bertepuk tangan, lari di tempat, melompat, dan lain-lain.

2. Ice-breaking
Dalam langkah ini, guru melakukan review dan preview. Guru mengecek ulang pelajaran yang lalu atau memberikan pandangan pelajaran yang akan dilakukan. Dalam melaksanakan langkah ini, peserta didik dan guru bisa menggunakan teknik Total Physical Response (TPR), yaitu melibatkan fisik untuk melakukannya. Anak-anak sangat suka menggerakkan tubuh mereka itulah mengapa dalam tahap ice-breaking, kita melibatkan anggota tubuh dari murid kita. selain akan membuat atmosfir yang ceria juga akan melancarkan peredaran darah dan dengan menggerakan tubuh maka akan membuat murid kita lebih bersemangat.

3. Lead-in
Dalam tahap ini guru mengecek sejauh mana kemampuan peserta didik dalam pelajaran yang akan diajarkan. Dalam tahap ini guru mengecek kemampuan siswa dalam hal (1) sentence (kalimat), apakah peserta didik faham dalam tingkat pemilihan kalimat yang tepat, (2) understading (pemahaman), apakah peserta didik faham apa yang diminta guru, perintah dari guru, (3) vocabulary (kosakata), apakah peserta didik mampu untuk menggunakan kosakata yang tepat, (4) context (konteks), apakah peserta didik memahami konteks kalimatnya.

4. Presentasi
Dalam tahap ini, guru memberikan konsep dari pejaran yang diberikan. Dalam memberikan presentasi, guru menyampaikan konsep dengan sederhana, singkat dan mudah dipahami. Dalam memberikan presentasi, guru lebih banyak memberikan contoh daripada penjelasan. Dalam menggunakan papan tulis, guru tidak hanya sekedar menuliskan materi tetapi melakukan Board Management, yaitu mengatur papan tulis sehingga memudahkan guru menyampaikan materi atau konsep. Dalam tahap ini guru tidak menerangkan dengan cara yang rumit. Dalam tahap presentasi diharapkan guru menyampaikannya dengan cara yang paling mudah. Jangan berpikiran bahwa menerangkan sesuatu yang sulit membuat kita merasa menjadi guru yang keren.

5. Controlled Practice
Dalam tahap ini, saatnya peserta didik untuk menerapkan konsep yang sudah diberikan oleh guru. Dalam kelompok kecil, peserta didik melakukan latihan seperti bertanya, menjawab atau menjelaskan. Dalam tahap ini, guru mengontrol kegiatan yang dilakukan peserta didik, mengkoreksi lansung kesalahan yang dilakukan peserta didik. Student Talk Time atau waktu siswa berbicara berlaku di tahap ini. Yang menjadi pusat dari proses pengajaran adalah siswa. Tidak ada waktu bagi siswa untuk memikirkan aktivitas lain seperti mengobrol, memukul-mukul meja ataupun meminta izin keluar dalam tahap ini. Semua siswa diharuskan aktif dalam proses ini.

6. Semi-controlled Practice
Dalam tahap ini, peserta didik tetap melakukan latihan. Di tahap ini guru tidak melakukan koreksi secara lansung tapi membiarkan peserta didik yang lain untuk melakukan koreksi. Dalam tahap ini, siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diberi tanggung jawab untuk mengkoreksi kesalahan yang dilakukan oleh temannya.


7. Real-life Practice
Di tahap ini, peserta didik menggunakan Bahasa Inggris seperti dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tahap ini, peserta didik dapat melakukan drama.

8. Feed-back & Closing
Di tahap ini, peserta didik dan guru sama-sama memberikan kesimpulan tentang pelajaran yang telah dilakukan. Di tahap ini, guru mencari tahu apakah siswa senang dalam melaksanakan proses pelajaran dan apakah mereka akan menggunakan konsep pelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.

Bagaimana kita mengukur bahwa kelas kita menyenangkan. Bagaimana kita bisa tahu bahwa murid kita senang berada di dalam kelas. Jawabannya sangat mudah. Tidak ada murid yang mengobrol tentang sesuatu di luar pelajaran. Murid kita tidak ribut tanpa alasan. Murid kita tidak meminta izin keluar kelas karena jika mereka keluar kelas mereka akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kesenangan di dalam kelas. Dan yang terpenting adalah senyum yang mereka perlihatkan selama pelajaran kita di dalam kelas. Ketika kita melihat senyum di muka murid kita maka saat itu kita tahu bahwa kita telah berhasil membuat kelas kita menyenangkan...^_^...

Tiada Merugi Orang Yang Bersyukur


Sometimes when I heard some friends have achieved great things in their life, I got so jealous. I should see others who got nothing in their life yah, so I can be grateful.   
Itulah ‘update’ status yang diposting oleh salah seorang saudariku. Isinya menceritakan kegalauan yang dialaminya karena melihat orang lain berhasil menggapai kesuksesan dalam hidupnya, dan seharusnya dia melihat orang lain yang tidak sukses dalam hidupnya sehingga dia bisa bersyukur.
Yah, manusia memang tidak akan merasa puas dengan apa yang didapatnya dan merasa bahwa orang lain serba lebih daripada dirinya. Lebih kaya, lebih berprestasi, lebih cantik, lebih tampan dan masih banyak lebih lainnya lagi. Dalam hal ini manusia selalu melihat ke atas. Melihat pada seseorang yang ‘serba lebih’ daripadanya.
Mungkin juga karena melihat ‘serba lebih’dari orang lain inilah yang membuat manusia menggunakan cara-cara yang tidak halal untuk menyetarakan diri dengan orang yang ‘serba lebih’ tersebut. Seorang remaja yang rela menjual kesucian dirinya demi untuk sebuah gadget yang terbaru yang dia beli karena melihat temannya menggunakan gadget keluaran terbaru. Atau remaja yang nekat mencuri uang demi membeli tas bermerk seperti yang digunakan oleh temannya. Rasa iri melihat hal yang bagus pada temannya telah membuat seorang remaja nekat melakukan apapun termasuk mencuri dan menjual diri.
Mungkin para koruptor juga malakukan tindak korupsi ini karena iri melihat orang lain mampu lebih dari dirinya, mampu membeli mobil yang lebih mewah, mempunyai rumah yang lebih mewah, memiliki perhiasan dan uang yang lebih banyak. Dia tidak melihat kemampuan yang dimiliki dirinya sendiri, buta akan mata hatinya sendiri sehingga dia melakukan segala cara meskipun haram untuk mendapatkan apa yang dimiliki oleh orang yang serba ‘lebih’ tersebut.
Seperti yang dituliskan oleh saudari saya dalam postingannya bahwa dia merasa iri melihat seseorang yang dia temui di suatu seminar yang menceritakan bahwa orang tersebut adalah seorang PNS yang sedang menempuh S3 nya dan sering mengikuti seminar internasional di berbagai Negara ditambah lagi dia adalah seorang PNS di SMP unggulan di kota metropolitan. Bagaimana begitu indahnya hidup yang dimiliki oleh seseorang yang saudari saya temui di seminar tersebut. Lalu, saudari saya juga bercerita bahwa dalam reuni SMP yang dihadirinya dia bertemu dengan teman SMP nya yang menceritakan bahwa salah satu teman mereka sekarang ini sedang berada di UK ikut suaminya yang bekerja di sebuah perusahaan pertambangan dan sedang ditugaskan di Negara tersebut.
Ada benarnya peribahasa yang mengatakan rumput tetangga lebih hijau. Memang benar adanya jika kita selalu melihat ke atas, kita akan selalu merasa kurang karena kita selalu melihat kelebihan yang dimilki oleh orang lain. Cobalah sesekali kita melihat ke bawah. Melihat kekurangan dari orang-orang yang serba kekurangan. Ketika kita iri melihat seorang PNS guru di SMP unggulan yang sering mengikuti seminar internasional ke berbagai negara, lihatlah guru di pedalaman yang serba kekurangan. Dimana untuk pergi ke sekolahnya untuk mengajar harus menempuh perjalanan berkilo-kilo dengan fasilitas yang seadanya tapi mampu ikhlas dalam menjalani tugasnya tanpa mengeluh akan seminar-seminar yang tidak bisa diikutinya. Lihat juga guru honorer yang masih terombang-ambing dalam ketidakjelasan status dengan gaji yang jauh sekali dibawah standar.
Jika kita iri melihat teman yang memiliki suami yang bekerja di perusahaan tambang minyak internasional yang sedang ditugaskan di luar negeri, maka lihatlah teman yang belum memilki suami yang harus berjuang sendiri untuk menghidupi diri sendiri. Atau lihatlah teman yang memilki suami dengan pekerjaan yang tidak tetap yang tidak memiliki penghasilan yang tetap yang harus bekerja siang dan malam, membanting tulang hanya untuk sekedar mencukupi biaya makan untuk satu atau dua hari saja.
Yah, jika kita selalu melihat ke atas maka hanyalah rasa iri dan rasa tidak bersyukur yang akan selalu merongrong kehidupan kita. Tapi jika sejenak saja melihat ke bawah maka kita akan selalu bersyukur untuk apa yang kita miliki sekarang. Tentu saja sekali-kali kita boleh melihat ke atas untuk memberikan motivasi kepada kita untuk senantiasa berusaha. Melihat teman yang berprestasi tentu dapat memotivasi kita untuk dapat berprestasi pula. Ketika sejenak kita melihat ke atas maka jadikanlah hal itu motivasi untuk kita supaya bisa berusaha lebih keras lagi dan tidak dijadikan hal yang mengotori hati kita dengan rasa iri yang berlebihan. Dan ketika kita sudah mulai tidak bersyukur dengan keadaan kita maka lihatlah ke bawah sehingga kita akan merasa bersyukur dengan apa yang dimiliki. Wallahu’alam …^_^… (thanks to my sister Ine for your 'galau' posting...hehehehe)

Saturday 21 July 2012

Ini Hak Mu, Mana Kewajiban Mu


Tampaknya masih banyak masyarakat Indonesia yang lebih mengutamakan haknya dengan melanggar hak orang lain. Masih banyak masyarakat Indonesia yang lupa akan kewajibannya untuk menghormati hak orang lain di sekitarnya.
Sebagai contoh pertama adalah merokok di ruang publik. Memang benar merokok adalah hak setiap orang. Haknya untuk merusak dirinya sendiri dengan memasukkan racun nikotin ke dalam tubuhnya. Tapi mereka lupa akan hak orang lain di sekitar mereka. Hak orang lain untuk mendapatkan udara yang bebas asap rokok. Mereka juga lupa akan hak dari tubuh mereka sendiri untuk bebas dari racun nikotin. Dan juga mereka lupa akan kewajiban mereka untuk menjaga tubuhnya agar senantiasa sehat dan bebas dari racun nikotin. Tidakkah mereka ingat dengan dosa yang mereka buat dengan merokok di ruang publik. Yang pertama adalah dosa mereka karena mereka telah membuat udara di sekitar mereka tercemar asap rokok yang penuh dengan racun nikotin sehingga terhisap oleh orang lain dan membuat orang lain menjadi perokok pasif yang ternyata lebih berbahaya menjadi perokok pasif dibandingkan perokok aktif. Yang kedua adalah dosa mereka karena telah mendzolimi tubuh sendiri dengan memasukkan racun nikotin yang terdapat dalam rokok ke dalam tubuh mereka sendiri.
Contoh pelanggaran hak yang kedua adalah memutar atau menyetel musik dengan keras. Mungkin dengan memainkan musik di dalam bis umum dianggap para supir dapat menghibur para penumpangnya. Tapi mereka tidak sadar dengan menyetel musik di dalam bis bisa mengganggu hak para penumpang untuk mendapatkan suasana yang sepi dan nyaman. Bisa jadi selera musik supir bis dan penumpang itu berbeda. Bisa jadi penumpang tidak menyukai jenis musik yang dimainkan di dalam bis dan malah membuat para penumpang jengkel dengan suara musik yang keras. Dan bisa jadi tiap penumpang memiliki selera musik yang berbeda dan mereka mendengarkan musik melalui mp3 player mereka sendiri dengan menggunakan earphone. Dengan adanya musik di dalam bis tentu saja mengganggu kenyamanan penumpang selama perjalanan.
Selanjutnya, menyetel musik, drama radio ataupun ceramah di kantor dengan suara yang cukup keras sehingga mengganggu karyawan lain. Mendengarkan ceramah keagamaan memang sangat baik. Tapi jika menyetelnya dengan suara keras di dalam kantor bisa mengganggu kenyamanan karyawan yang lain. Mendengarkan ceramah keagamaan memang sangat baik tapi akan menjadi kurang baik jika menggganggu hak orang lain dan tidak tepat untuk menyetelnya dengan suara keras di kantor pada jam bekerja. Bukan saja mengganggu konsentrasi karyawan lain tapi juga tidak tepat disetel pada jam bekerja karena fokus karyawan bukan untuk mendengarkan ceramah tapi bekerja. Ada waktu yang tepat untuk mendengarkan ceramah tapi bukan saat jam bekerja. Kita harus menempatkan sesuatu dengan tepat. Sesuatu yang bagus akan menjadi jelek jika dilakukan disaat yang tidak tepat.
Terkadang kita selalu menuntut hak kita dan bersikeras untuk mendapatkan hak kita. tapi kita lupa terkadang kita belum menjalankan kewajiban kita dan terkadang kita lupa bahwa kita melanggar hak orang lain untuk mendapatkan haknya sendiri. Wallahu’alam …^_^…

Derita dalam Kelas Bahasa Inggris



Pelajaran Bahasa Inggris bisa jadi satu dari banyak pelajaran yang tidak disukai oleh para siswa. Dengan begitu banyak tata bahasa, pelafalan, dan masih banyak lagi aturan yang diberlakukan dalam pembelajaran Bahasa Inggris membuat banyak murid yang lebih banyak berdiam diri selama pelajaran Bahasa Inggris. Ditambah lagi guru Bahasa Inggris yang menyeramkan dan marah jika siswanya salah dalam berbicara Bahasa Inggris selama pelajaran semakin membuat siswa nyaman berdiam diri. lebih baik diam daripada bicara tapi salah. Ya, kebanyakan dari siswa di Indonesia ini takut berbicara Bahasa Inggris karena mereka takut salah dalam tata bahasa dan salam dalam pelafalannya sehingga membuat mereka malu dan segan berbicara Bahasa Inggris.
Kesempatan yang diberikan kebanyakan guru Bahasa Inggris kepada siswanya untuk berbicara Bahasa Inggris di kelas juga sangat kurang sekali sehingga siswa tidak terbiasa berbicara Bahasa Inggris. Dan hasilnya, enam tahun belajar di SD, tiga tahun belajar di SMP, dan 3 tahun lagi belajar di tingkat SMA, total 12 tahun belajar di sekolah tidak mampu membuat siswa berani berbicara Bahasa Inggris. Bayangan ketakutan akan tata bahasa selalu muncul tiap kali ingin berbicara Bahasa Inggris.
Apa yang salah dengan metode pembelajaran Bahasa Inggris di kelas. Apa yang diperbuat oleh para guru Bahasa Inggris di Indonesia yang membuat para siswanya masih ‘ketakutan’ dalam berbicara Bahasa Inggris. Apa yang sebenarnya harus dilakukan oleh para guru Bahasa Inggris ini supaya para siswanya berani berbicara Bahasa Ingris bukan hanya di dalam kelas tapi juga berani berbicara dengan para penutur Bahasa Inggris.
Berdasarkan pengalaman saya belajar selama 3 tahun di SMP dan 3 tahun di SMA (zaman saya belum belajar Bahasa Inggris di tingkat SD), belajar Bahasa Inggris di sekolah tidaklah menyenangkan (padahal saya suka sekali mendengarkan lagu barat). Tidak satupun pelajaran Bahasa Inggris yag disampaikan dengan cara menyenangkan dan membuat saya berani berbicara dalam Bahasa Inggris. ditambah lagi guru Bahasa Ingris yang galak dan berwajah menyeramkan.
Enam tahun saya belajar Bahasa Inggris di Sekolah, sangat sedikit guru Bahasa Inggris yang memberikan kesempatan kepada muridnya untuk berbicara Bahasa Inggris. Yang saya ingat selama belajar Bahasa Inggris adalah mendengarkan guru menerangkan di depan dan mengerjakan LKS (Lembar Lerja Siswa) setelah selesai mengerjakan latihan di LKS lalu kami, para siswa mengecek jawaban yang benar. Lalu membuat kalimat dalam Bahasa Inggris sesuai dengan struktur tata bahasa (tenses) yang diberikan tanpa tahu dalam situasi dan konteks seperti apa kami harus menggunakan tenses tersebut. Intinya, pembelajaran Bahasa Inggris yang dialami oleh saya dan mungkin teman-teman seumuran saya di sekolah menggunakan porsi Teacher Talk Time (waktu guru berbicara) yang jauh lebih banyak dibandingkan Student Talk Time (waktu murid berbicara). Dan semakin diperburuk oleh bahasa pengantar yang digunakan oleh guru bukanlah bahasa target (Bahasa Inggris) melainkan menggunakan Bahasa Indonesia sehingga lagi-lagi para siswa tidak memiliki kesempatan untuk mendengarkan lingkungannya berbahasa Inggris.
Tapi zaman telah berubah. Guru Bahasa Inggris di Indonesia semakin memperlihatkan kemajuan yang luar biasa. Banyak metode pembelajaran Bahasa Inggris yang diterapkan di kelas. Sekarang ini guru tidak lagi menjadi pusat dalam proses pembelajaran melainkan siswa yang menjadi pusat. Porsi guru di dalam kelas pun tidak lagi sebanyak porsi bicara guru di masa lampau. Sekarang ini porsi siswa untuk berbicara jauh lebih banyak. Pun, sudah banyak guru Bahasa Inggris yang menggunakan Bahasa Inggris atau bahasa target sebagai bahasa pengantar di dalam kelas sehingga siswa diberi lebih banyak kesempatan untuk mendengarkan Bahasa Inggris di dalam kelas.
Apa yang dimaksud dengan Student Talk Time (STT) dan juga apa itu Teacher Talk Time (TTT). STT adalah waktu atau kesempatan bagi para siswa untuk berbicara dan TTT adalah waktu atau kesempatan bagi guru untuk berbicara. Jika di masa lampau TTT jauh lebih banyak porsinya dibandingkan dengan STT, maka saat ini STT yang mendapatkan porsi jauh lebih banyak dibandingkan dengan TTT. Dengan banyaknya porsi STT ini diharapkan siswa lebih banyak lagi mendapatkan kesempatan untuk berbicara Bahasa Inggris di dalam kelas sehingga berbicara Bahasa Ingris menjadi suatu kebiasaan dan mendorong siswa untuk lebih berani lagi berbicara dalam Bahasa Inggris...^_^...

Nasib (Tragis) Guru Honorer


Menjadi guru atau pendidik bukanlah cita-cita saya sejak kecil. Ketika ditanya cita-cita banyak anak-anak akan menjawab kalau cita-citanya setelah dewasa kelak adalah dokter, insinyur, ataupun pengusaha. Akan sangat jarang sekali yang akan menjawab cita-citanya setelah besar nanti jadi seorang guru. Kanapa jarang sekali atau bahkan tidak pernah cita-cita menjadi guru meluncur dari bibir anak-anak. Hmmm, mungkin karena orangtua sudah berekspektasi dini untuk anaknya agar kelak nanti menjadi dokter, insinyur, ataupun pengusaha. Kenapa tidak menjadi guru? Mungkin karena menjadi guru bukanlah masa depan yang cerah. Gajinya sedikit. Itu mungkin pandangan orangtua dulu yang menganggap kalau gaji guru sangat kecil dengan pekerjaan yang sangat melelahkan. Tetapi saat ini keadaan berbalik hampir 180 derajat. Banyak orangtua yang ingin anaknya menjadi guru. Apa sebab? Ohlala ternyata gaji guru sekarang sudah meningkat. Gaji relative besar dengan beban pekerjaan yang relative santai.
Guru berasal dari bahasa sansekerta, guru is one who is regarded as having great knowledge, wisdom and authority in a certain area, and who uses it to guide others. Jadi bisa disimpulkan kalau guru itu orang yang mempunyai banyak pengetahuan, kebijakan, dan mempunyai otoritas serta dengan keahliannya itu mampu untuk membimbing orang lain. Nah dilihat dari artinya begitu bermanfaat sekali menjadi seorang guru. Ada dua macam gaji yang dapat diperoleh oleh seorang guru jika amanahnya itu dilkasanakan dengan baik sesuai dengan syariat. Yang pertama dan utama adalah gaji yang diberikan oleh Allah. Menyampaikan sesuatu yang bermanfaat akan diganjar sebagai amalan soleh. Tentu ini adalah gaji yang tidak ada bandingannya di dunia. Jual belinya lansung dengan Allah. Dan gaji yang kedua tentu saja uang yang di dapat tiap bulan. Nah, di sinilah masalahnya. Uang yang didapat tiap bulan. Sebagai guru honorer tentu saja uang yang didapat sangat minim sekali. Tidak sampai dua ratus ribu rupiah tiap bulannya. Artinya uang yang didapat dibawah dua ratus ribu rupiah. Tiap bulan kah didapatnya uang honor itu? Oh, jangan harap tiap bulan akan menerimanya. Kadang-kadang honor akan didapat setelah dua sampai tiga bulan disesuaikan dengan dana BOS yang cair dalam waktu 3 bulan sekali.
Menjadi guru honor juga selalu terombang-ambing dalam ketidakpastian. Ada berita menyedihkan tentang gru honorer yang ‘dipecat’ karena dianggap telah mengambil jam pelajaran guru PNS. Guru tersebut adalah guru Bahasa Inggris, karena jam mengajar guru PNS di sekolah tersebut kurang maka mereka mengambil jam pelajaran Bahasa Inggris sehingga dengan terpaksa kepala sekolah harus mengeluarkan guru honorer tersebut. Disinilah ‘bargaining position’ seorang guru honorer sangat lemah sekali. Tidak ada kekuatan hukum yang melindungi guru honorer. Tidak ada advokasi terhadap guru honorer. Pun, seorang guru honorer yang tidak memiliki relasi dengan otoritas sekolah harus bersiap bersaing dengan guru honorer baru yang memiliki relasi dengan para pemegang otoritas di sekolah.
Sungguh, saya sebagai guru honorer pun ingin ‘full’ mengajar di sekolah, setiap hari datang ke sekolah. Tapi apa daya, kehidupan ini memerlukan banyak sekali biaya. Uang yang saya dapatkan dari sekolah sangat jauh sekali memenuhi biaya saya sehari-hari. Maka hanya setengahnya saja dalam seminggu saya dapat hadir di sekolah.  Tapi sungguh saya berusaha untuk memenuhi semua kewajiban saya. Walaupun hak saya kadang dapat saya peroleh setelah keringat saya kering. Padahal Rasululloh pernah bersabda bahwa upah seseorang itu harus dibayarkan sebelum keringatnya kering. Akhirnya hanya kepada Allah lah saya meminta. Allah Maha Kaya. Tidak akan habis kekayaan-Nya dengan memberikan rezeki kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Hanya kepada Allah lah saya meminta upah itu. Allah Maha Adil, tidak akan Allah menyia-nyiakan amal apa yang telah diperbuat oleh hamba-hamba-Nya. Maka saya berdo’a kepada Allah. Ya Allah, kuatkanlah saya, besarkan hati ini untuk sabar dalam setiap langkah kehidupan. Berilah kekuatan kepada saya agar senantiasa ikhlas dalam menjalani semuanya. Ya Allah, aku mohon agar Engkau teguhkan hatiku untuk selalu berbuat kebaikan yang membaikkan hidupku dan menghidari segala yang tak membaikkan hidupku.

Thursday 12 July 2012

Serahkanlah Segala Urusan Kepada Ahlinya


Memang benar ketika menyerahkan segala urusan kepada ahlinya, maka segalanya akan berjalan dengan sangat baik. Hari ini saya benar-benar mengalaminya sendiri.
Ceritanya, hari ini saya dan seorang teman memutuskan untuk melepaskan kejenuhan melakukan rutinitas sehari-hari sebagai guru dengan jalan-jalan di sebuah mall. Setelah saya mengantar teman saya tersebut membeli handphone, kami pun menyebrang jalan ke sebuah mall terkenal di kota Bandung. Jam menunjukkan jam 2 siang, kami memutuskan untuk makan siang di sebuah food court yang ada di dalam mall tersebut. Sebelum kami sampai ke tempat tujuan, seorang SPG Tupperware yang cantik menghampiri kami dan menawarkan sebuah tantangan kepada kami untuk mengikuti sebuah lomba. Akhirnya kami pun memutuskan untuk mengikuti lomba membuat parcel dengan isi Tupperware. Lombanya akan dimulai jam setengan tiga, maka kami pun memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu, karena memang perut sudah mencapai titik perihnya.
Sekitar jam setengah tiga, pihak panitia menghubungi kami bahwa perlombaan akan segera dimulai. Kami pun bergegas meninggalkan food court meluncur menuju arena perlombaan. Dalam lomba tersebut, pesaing kami ada sepasang muda-mudi yang ngakunya sepasang kekasih. Perlombaan pun segera dimulai. Dalam membuat parsel, saya sadar bahwa saya tidak ahli dalam bidang ini. Maka saya pun menyerahkan tugas merangkai parcel tersebut kepada teman saya yang memang kesehariaanya adalah seorang guru SBK (Seni, Budaya dan Keterampilan) dan memang terbiasa membuat parsel untuk lebaran.
Peran saya dalam tim kami hanyalan membantu memegang isi parsel yang sudah tersusun agar tetap ditempatnya, menggunting selotip, membantu menyiapkan jarum dan hal-hal remeh lainnya. Bisa dikatakan, peran saya seperti seorang suster yang memberikan apa yang dibutuhkan seorang dokter dalam proses operasi. Apa yang diminta teman saya dalam menyusun parsel, maka saya berusaha memenuhinya.
Tidak disangkal lagi, kerja kami sangat mulus dan hasilnya pun sangat memuaskan walaupun kami belum tahu apakah kreasi kami memenangkan perlombaan atau tidak. Tapi yang pasti dalam proses penyusunan parsel, tidak banyak kendala yang kami hadapi. Pekerjaan kami berjalan dengan mulus. Tidak ada bongkar pasang dalam proses pembuatan parsel kami.
Berbeda dengan pesaing kami. Mereka bilang bahwa mereka belum pernah membuat parsel sebelumnya dan dalam proses penyusunannya pun mereka melakukan bongkar pasang. Ketika tidak merasa puas dengan hasilnya maka mereka membongkar kembali hasil kreasi mereka. Keduanya merasa bahwa mereka bisa memberikan andil yang banyak terhadap pekerjaan mereka. Keduanya bersikeras untuk memasukkan ide masing-masing dalam menyusun parselnya. Dan benar saja, walaupun saya tidak melihat kerja tim mereka tapi dari MC mengatakan bahwa mereka sering bongkar pasang dalam menyusun parsel mereka.
Dari hal tersebut, bisa dipetik hikmah. Ternyata ketika kita menyerahkan segala urusan kepada ahlinya, maka segalanya akan berjalan dengan baik. Dan saya pun memberikan andil yang tidak sedikit dengan kemampuan terbatas yang saya miliki. Dengan andil saya memegang barang yang sudah terjatuh maka tentu saja membantu teman saya yang ahli tersebut. Bayangkan saja jika tidak ada rekan yang memegangi barang tersebut, bisa saja walaupun sudah ahli dia akan kerepotan dalam menyusun parsel sendirian. Atau jika tidak ada yang membantu menggunting selotip tentu dia pun akan mengalami kesulitan. Jadi walaupun peran saya sangat sedikit tapi ternyata sangat membantu.
Dan ketika suatu urusan tidak dikerjakan oleh ahlinya, bisa dilihat yang terjadi. Bongkar pasang, pekerjaan yangmemakan waktu yang lama dan mungkin hasil yang tidak terlalu memuaskan.
Jika Negara kita tercinta ini mau menyerahkan suatu urusan kepada ahlinya maka Negara ini akan menjadi Negara adidaya yang baru pemimpin kebangkitan Islam. Tapi sayang, para pemimpin di Negara ini tidak menyerahkan suatu urusan kepada ahlinya. Banyak yang merasa ahli di Negara ini padahal bukan dan tidak ahli sama sekali, mereka hanya berpura-pura ahli saja.
Ita lihat contoh ketika masalah kependidikan di Indonesia diserahkan kepada bukan ahlinya. Apa yang terjadi dengan sistem pendidikan di Negara kita. Sungguh kacau balau. Bagaimana sistem UN (Ujian Negara) yang diterapkan sekarang telah menghancurkan moral seluruh bangsa ini. Bagaimana para siswa dengan segala cara, bahkan cara yang haram, agar supaya lulus dalam UN. Bagaimana orangtua para siswa dengan segala cara dan upaya mengeluarkan banyak uang untuk membeli kunci jawaban UN. Bagaimana para guru dan kepalsa sekolah juga menghalalkan berbagai cara agar siswanya lulus 100%dalam UN. Bagaimana siswa, guru, dan kepala sekolah yang jujur tersisihkan dalam perlombaan yng tidak adil ini. Yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan. Inilah ketika suatu urusan diamanahkan kepada bukan ahlinya. Semuanya hancur berantakan tak tersisa, martabat dan harga diri tergadaikan demi sebuah ijazah kelulusan. Sungguh menyedihkan kenyataan ini.
Maka sangat benar apa yang disabdakan Rasulullah SAW, ‘Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggu saat kehancurannya (HR. Bukhori). Wallahu’alam …^_^…

Sunday 8 July 2012

Rahasia Wajah Bercahaya


“Sesungguhnya umatku akan dipanggil pada hari kiamat nanti dalam keadaan dahi, kedua tangan dan kaki mereka bercahaya, karena bekas wudhu’.” (HR. Al Bukhari no. 136 dan Muslim no. 246)

Dapat dipastikan tak ada satu produk kecantikan pun yang mampu menandingi cahaya yang terpancar dari wajah orang-orang yang terjaga wudhu’nya. Karena cahaya dari air wudhu tak hanya dirasakan di dunia tapi di hari kiamat pun mereka akan mudah dikenali Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits, “Bagaimana engkau mengenali umatmu setelah sepeninggalmu, wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam Seraya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Tahukah kalian bila seseorang memiliki kuda yang berwarna putih pada dahi dan kakinya di antara kuda-kuda yang berwarna hitam yang tidak ada warna selainnya, bukankah dia akan mengenali kudanya? Para sahabat menjawab: “Tentu wahai Rasulullah.” Rasulullah berkata: “Mereka (umatku) nanti akan datang dalam keadaan bercahaya pada dahi dan kedua tangan dan kaki, karena bekas wudhu’ mereka.” (HR. Muslim no. 249)

Tak hanya partikel-partikel debu maupun noda polusi yang dapat dikikis dari wajah, wudhu’ pun dapat melakukan sesuatu yang tak dapat dilakukan oleh produk kecantikan manapun untuk dapat membasuh hal yang tak pernah luput dari manusia seperti ditegaskan dalam hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, dari sahabat Anas bin Malik: “Setiap anak cucu Adam pasti selalu melakukan kesalahan. Dan sebaik-baik mereka yang melakukan kesalahan adalah yang selalu bertaubat kepada-Nya.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, dan Ad Darimi)

Allah subhanahu wata’ala dengan rahmat-Nya yang amat luas, memberikan solusi yang mudah bagi kita untuk membersihkan diri dari noda-noda dosa, di antaranya dengan wudhu’. Hingga ketika seseorang selesai dari wudhu’ maka ia akan bersih dari noda-noda dosa tersebut. Dari sahabat Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila seorang muslim atau mukmin berwudhu’ kemudian mencuci wajahnya, maka akan keluar dari wajahnya tersebut setiap dosa pandangan yang dilakukan kedua matanya bersama air wudhu’ atau bersama akhir tetesan air wudhu’. Apabila ia mencuci kedua tangannya, maka akan keluar setiap dosa yang dilakukan kedua tangannya tersebut bersama air wudhu’ atau bersama akhir tetesan air wudhu’. Apabila ia mencuci kedua kaki, maka akan keluar setiap dosa yang disebabkan langkah kedua kakinya bersama air wudhu’ atau bersama tetesan akhir air wudhu’, hingga ia selesai dari wudhu’nya dalam keadaan suci dan bersih dari dosa -dosa.” (HR Muslim no. 244).

Selain itu, dengan selalu menjaga wudhu’ seseorang akan memperoleh kebahagiaan yang tak bisa diberikan produk kecantikan manapun, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang dengannya Allah akan menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajatnya? Para sahabat berkata: “Tentu, wahai Rasulullah. Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Menyempurnakan wudhu’ walaupun dalam kondisi sulit, memperbanyak jalan ke masjid, dan menunggu shalat setelah shalat, maka itulah yang disebut dengan ar ribath.” (HR. Muslim no. 251)

Siapa yang tak menginginkan wajah bercahaya yang mudah dikenali Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam? Siapa yang tak ingin dosa-dosanya dihapus dan derajatnya dinaikkan Allah? Saya yakin, semua umat Islam pasti menginginkannya.
source: http://www.dakwatuna.com/2012/06/21229/rahasia-wajah-bercahaya/

Concept Checking in EFL: What it is – How to do it


An area of mystery to many new or untrained teachers is the idea of concept checking.
Concept checking in EFL/ESL is simply the process of asking questions or providing simple activities that check your students’ understanding of a word, idea, a grammar structure or even an instruction you have given them.
Checking your students’ understanding of the material you have taught is critical to knowing if you have, in fact, completed your goal for a particular class.  Do you need to go back and teach it again?  Did they really get it?
Asking simply, “Do you understand?” doesn’t work.  What student wants to let all the other students know they don’t get it by raising their hand?  In many cultures students are no where near as assertive as those in Western countries and they will be loath to let you know they didn’t “get it”.
A few examples should clarify how concept checking in EFL works.
The most simple – to find out if students have understood your instructions for an activity or task, you can ask: “Do you know what to do right now?”  If no response, say “Do it” and look for stragglers . . .  Give more detail if more than one person appears to not know what to do.
To test a word/vocabulary concept – Example Sentence - Jimmy didn’t have enough time to study essay writing yesterday.
You can ask numerous questions about this sentence depending on what you are teaching, but you might ask the following:
Does essay writing take a lot of time?  Was Jimmy busy yesterday?
Another example – Until today, Jimmy didn’t understand how to do a quadratic equation.
You might ask:  When did Jimmy learn to do a quadratic equation?  Or . . . Did Jimmy know how to do a quadratic equation yesterday?
For a grammar concept, let’s try something simple like present perfect.
I have been running a business since I was 16.
You can ask:  Was this person running a business yesterday? (assuming she wasn’t 15 yesterday!)
Is this person running a business today?
Be aware that yes/no type questions can mislead you as students might guess and get it right and not truly know.  If you use yes/no questions for concept checking, it is good to ask more than one question of more than one student – just to be sure.
This kind of frequent Q & A can help make your classroom more interactive and draw your students into the lesson.  It will also help you know if you need to give more detail, do more review, initiate more practice or if the students have it down pat.

Trained Teachers Maximize Student Talking Time


Trained teachers realize that the classroom is often the ONLY place their EFL students have an opportunity to speak in English and thus make provision for as much student talk time as possible.
Untrained teachers still often believe they are the center for the classroom and should bring photos of their family and home town and talk about that.  They assume that students will find them fascinating as the center of conversation.
Students will be polite and listen, but they aren’t learning much and they aren’t getting much speaking practice.
I read a LOT of lesson plans and one of the first mistakes newbie and untrained teachers make is believing that each student must talk directly with the teacher.   But in a sixty-minute class with twenty students that means, at a maximum, each student will be able to converse for only three minutes.
If you put them in pairs the maximum jumps to the full sixty minutes.  Both examples are extremes, but if we accept that they don’t get much opportunity to practice speaking and listening, we can see that pair work offers a huge advantage.
Of course students need to hear your natural speech, but that can happen in the presentation/engagement portion of the lesson, during the warm-up, wrap up and also incidentally at other times.
Try to organize your lessons to maximize the amount of actual speaking practice for your students.  Keep your lesson targeted on the students and what they need to learn.  A student centered classroom is a much more effective learning environment.  And take those pictures of your family back to your apartment!  Unless, of course, you are talking about families and the students will soon be talking about theirs.
TED’s Tips™ #1:    Keep your class focused on the target language and get your students talking.  Learning speaking skills is a lot like riding a bicycle.  You have to actually do it to get good at it.  The best way to maximize student talk time is with pair work – early and often in the lesson.

What is A Teacher

A teacher is someone who ...
plays a key role in molding today's children into tomorrow's citizens and leaders.

finds way to inspire different people who have different abilities, different needs, and different life experience; all without having the ability to choose which students to teach, or even how many.

is motivated to make positive difference while knowing that the most important differences won't be noticeable for many years; knows that many people will never recognize these contributions.

accepts society's problems in the form of raw materials to work with, then receive blame for these problems. Despite this, and often because of this, a teacher is one of the first to be hit when budgets are cut

source: www.facebook.com/MakingEducationWork

How to Build the Lesson


First, you need a warm-up: This includes a review (revision) of the previous lesson and how it links to this new lesson. Use the questions and answers you have written above to elicit conversation using the new structures and function. Also, you may want to show examples of what your students will learn in this lesson.
In some countries and with some age groups this part of the lesson may best be pulled off as a specifically designed game.
Next comes Presentation (or you can use the ESA format or Ted’s GROmethod):
Note down the target language to be taught, and how you will teach it. Include how you plan to stimulate the students’ interest in the language and how you might elicit the forms or vocabulary you are planning to teach.
It’s important to include specific details here. For example, at what point in the lesson are you going to model structures and dialog and when you will require a repeated response (choral response) from the students. Don’t forget to include a structure chart for the grammar and/or the dialog you intend to teach.
For the Practice section of the lesson, include the specific activities and attach any handouts you might have to the lesson plan. Most practice sessions include up to three practice activities and  sequence them from the most to the least structured, slowly giving the students more freedom and creativity.
The third part of the lesson is Production. This is where students use the new language skill you’ve just taught them.
Allow, and encourage the students to talk about themselves, their lives, or specific situations using their own information.  While they do this, they should focus on the target language that was taught in the presentation and practiced in the previous activities.
Be sure to include in the plan exactly what you will ask the students to do and how you intend to monitor students throughout the lesson and how you will encourage and correct them as needed in their use of the target language.
Last, you need to plan a Conclusion. In this part, discuss and recap what the students have studied and learned during the lesson. In some countries and for some ages this may also be followed by a game that uses the target language.

Be the Teacher with a Plan


Getting past the mystery and mystique, a lesson plan is simply a step-by-step guide to what to do in the classroom on a given day.
Put it in Black and White
Write down in an orderly way what you’re going to do do in the classroom. The more detailed these directions are, the better. It needs to be clear enough that, if for some reason you couldn’t go to class, in an emergency another teacher could read your lesson plan and know exactly how to teach the class in your stead.
And, anyone substituting you would need minimum preparation because you would have already attached handouts and activity sheets, and even planned out the board work you were going to use to illustrate the lesson.
A superlative lesson plan might even include specific hand gestures and cues used in various parts of the lesson—Yes, that’s how detailed your plan should be.
What Kind of Plan Should My Plan Be?
Now, there are literally hundreds of types of lesson plans and no one format is used by all schools. When you start at a new school you should ask format they like to see teachers’ plans in. Many schools have their own set format for plans, while others will let you use whatever style you like.
There is, however, some general agreement about what should be included in a good lesson plan and we will look at that here.
Nine Important Parts of a Good Lesson Plan
Generally agreed components of a lesson plan include:
1. Day/Date: So you can refer back to it again easily.
2. Lesson Name: What will you call the lesson?
3. Class/Level: Age, topic, skill level, class name
4. Materials: List everything you need to teach this lesson. List every possible thing you will need to take to the classroom and/or obtain from the school to complete the lesson.
This list can help you make sure you don’t forget to copy any handouts or collect special materials that you need to take to the class. I can’t tell you how many times I have had to walk all the way back across a university campus to get a critical part of a lesson. Bad teacher!
5. Textbook/Coursebook Name: From what book are you working or drawing the lesson from? This seems simple now, but having the name of your old resources on hand may help you in the future.
6. Unit, Title and Page Number: Specifically where are you teaching from in that book?
7. Goal/Aim: What are we working toward today?
Here, you should describe the final result of the lesson. Write it in this format – “The students will be able to (do what?)________.”
Example: “The students will be able to ask and answer questions about their hobbies and interests.”

8. Grammar Structures Employed, and How They Are Formed: Show the structures, using a structure chart if needed.
9. Questions and Answers Relevant to Your Lesson: These will be asked during the warm-up part of the lesson, to elicit from students what they may or may not know about the topic you’ll be covering that day.

TEFL and Cheating in the EFL Classroom


If you teach in a public school, college or university you will be faced with the reality of cheating in your classrooms.
I am amazed that you will find no information on cheating in TEFL training manuals or even CELTA and DELTA manuals – not even a single word!
The cheating topic could fill up quite a few pages, so first I will help you with some ideas to keep you out of trouble.
All schools have formal and informal procedures to deal with certain problems and when it comes to cheating you’ll find vastly different approaches.
What is wrong in Mr. Tucker’s class?
Most schools won’t have your back when it comes to catching those cheaters. It’s hard to believe, but it’s true.
During my time in Saudi Arabia I worked at a school where they had very strict anti-cheating rules and they backed up their teachers when it came to discipline in general.
But when a teacher caught cheaters a bit too often, it would quickly turn into, “What is wrong with Mr. Tucker?  Why do people cheat in his classroom so much?”
This is what you get in the real world. If you are too successful at catching those cheaters, you’ll be the one in trouble, you’ll be seen as the problem.
Put a stop to it
There is a good lesson in the question of “What is wrong in Mr. Tucker’s class” and you can put a stop to it.
You are not a spy on the watch to catch the cheaters. You are teacher and you should try and prevent cheating through the set up of your teaching environment.
To prevent cheating is an easy task if you have small classes. If you have a lot of students in your class, try and schedule two different exam times and test people in smaller groups, you can even use your office as a last resort.
Students should only have a pen or pencil with them when they are seated. Have students take tests and exams only on paper that you hand out. All their books, bags, telephones and other devices should be left in the front of the room where you can keep an eye on them.
Have a strict ‘no talking’ and ‘keep your eyes on your own work’ rule. I used to post a big notice on the board that said, “No Talking, No Looking and No Crying” (for those who hadn’t studied). Putting a couple of eyes in the Lookingand a crying face next to Crying helps remove some of the tension of being strict.
Walk around the room. Don’t stay in one spot and sit at your desk or lectern grading papers or reading a book. To help students resist the temptation of cheating it is best to stand in the back of the room and walk around quietly. After a few years and a lot of tests you will have a good laugh at some of the sly ways (or so they think) students try to cheat.
TED’s Tips™ #1: Know at which level your school will support you in fighting cheating. If they have an informal rule which states that you should not create any problems, there are always informal ways to apply no cheating rules. I have more than a few times walked up behind a student just as he was beginning to slip out his cheat sheet and just snatched it out of his hands and walked away. Cheating was prevented.  The student was happy he wasn’t busted and the school was happy too as no problems were created that they would need to solve (unhappy parents, perhaps?).  It may not be the perfect solution, but it is an informal way to deal with cheating.
TED’s Tips™ #2: The best way to stop your students from cheating is to inform them about all the rules before they take an exam. Tell them what is allowed and what is not. Tell them about the rules both in the class preceding the exam and at the beginning of the exam. As an educator, you should believe in education and teach your students NOT to cheat.  That’s really what schools want you to do.

Tuesday 3 July 2012

Super Junior, Sexy Free & Single MV

This is their new MV. They looked so hot here, especially Yesung. Yesung gives his best vocal here. Also his adlibs is so awesome. Kangin is back after his long term hiatus. There is no Heechul here and maybe this is last MV for Leeteuk before he goes to do his military service. Their MV is still in the box but this time the box looked spectacular. Their style is rather weird especially for the hair style. Their costume also looked weird but that's Suju, weird but great. The dance is marvelous, new choreography from expensive choreographer. 

enjoy the MV

Monday 2 July 2012

10 Penyebab Do’a Tidak Terkabul



1. Tidak memenuhi hak-hak Allah.
2. Mengaku mencintai Rasululloh tapi meninggalkan sunah-sunahnya.
3. Membaca Al-Qur’an tapi tidak mengamalkannya.
4. Memakan nikmat dari Alloh tapi tidak bersyukur.
5. Mengatakan bahwa syetan sebagai musuh tapi tidak melawannya.
6. Mengatakan surga itu benar ada tapi tidak berbuat untuk meraihnya.
7. Mengatakan neraka itu benar ada tapi tidak berbuat untuk menghindarinya.
8. Tahu bahwa maut akan datang tapi tidak bersiap-siap.
9. Sibuk dengan aib orang lain tapi lupa dengan aib sendiri.
10. Ikut menguburkan saudara tapi tidak mengambil ibrahnya.