Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Tuesday 29 December 2015

Belajar dan Mengajar Berhitung

Berhitung adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki karena banyak sekali aktivitas kehidupan manusia yang membutuhkan kemampuan berhitung. Hasan Alwi (2003:140) berpendapat bahwa berhitung berasal dari kata hitung yang mempunyai makna keadaan, setelah mendapat awalan ber- akan berubah menjadi makna yang menunjukkan suatu kegiatan menghitung (menjumlahkan, mengurangi, membagi, mengalikan dan sebagainya)
Nyimas Aisyah (2007:6-5) menyatakan bahwa kemampuan berhitung dalam pengertian yang luas, merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dikatakan bahwa dalam semua aktivitas kehidupan manusia memerlukan kemampuan ini. Sedangkan menurut Peterson menyarankan bahwa, untuk memberikan penekanan pada makna dan pemahaman tersebut serta untuk mengembangkan kemampuan berpikir dengan tingkat yang lebih tinggi, maka pemecahan masalah dalam matematika tidak hanya merupakan bagian yang terintegrasi dalam pembelajaran, melainkan harus menjadi dasar atau inti dari kegiatan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa berhitung adalah suatu kegiatan atau sebuah cara menyenangkan untuk belajar memahami konsep bilangan.
Matematika pada hakekatnya merupakan cara belajar untuk mengatur jalan pikiran seseorang dengan maksud melalui matematika seseorang dapat mengatur jalan pikirannya Suriasumantri (Ahmad Susanto, 2011:98). Dalam kaitannya, salah satu cabang dari matematika ialah berhitung. Berhitung merupakan dasar dari beberapa ilmu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti, penambahan, pengurangan, pembagian, ataupun perkalian. Untuk anak usia dini dapat menambah dan mengurangi serta membandingkan sudah sangat baik setelah anak memahami bilangan dan angka (Slamet Suyanto, 2005:73).
Bilangan adalah konsep matematika yang sangat penting untuk dikuasai oleh anak, karena akan menjadi dasar bagi penguasaan konsep-konsep matematika selanjutnya pada jenjang pendidikan formal berikutnya. Bilangan adalah suatu obyek matematika yang sifatnya abstrak dan termasuk kedalam unsur yang tidak didefinisikan (underfined term). Untuk menyatakan suatu bilangan dinotasikan dengan lambang bilangan yang disebut angka. Bilangan dengan angka menyatakan konsep yang berbeda, bilangan berkenaan dengan nilai sedangkan angka bukan nilai melainkan suatu notasi tertulis dari sebuah bilangan. Sedangkan yang dimaksud dengan operasi bilangan pengerjaan pada nilai bilangan. Bilangan itu mewakili banyaknya suatu benda (Sudaryanti, 2006:1).
Fungsi utama pengenalan matematika ialah mengembangkan aspek kecerdasan anak dengan menstimulasi otak untuk berpikir logis matematik. Operasi bilangan termasuk dalam hubungan matematis, setelah anak mampu berhitung, anak akan menyampaikanya secara matematis.

Operasi bilangan atau yang disebut juga aritmetika yang asli katanya dari bahasa Yunani - arithnos yang berarti angka merupakan cabang matematika yang mempelajari operasi dasar bilangan. Operasi dasar aritmetika atau operasi dasar bilangan adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian (http://id.wikipedia.org/wiki/Aritmetika). Hal serupa dikemukakan pula oleh Sudaryanti (2006:18) bahwa penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian merupakan operasi bilangan yang sangat dasar. Namun, untuk anak usia dini dapat menambah dan mengurang sudah sangat baik. Operasi bilangan diperkenalkan pada anak setelah anak memahami betul bilangan dan angka. Anak usia dini dapat memahami operasi bilangan dengan cara yang sangat sederhana (Sudaryanti, 2006:18). Menurut Slamet Suyanto (2005:63), matematika bukan pelajaran ingatan melainkan mengembangkan kemampuan berpikir. Jika anak sudah mengenal bilangan dan memahami operasi bilangan maka anak telah berpikir logis dan matematis, meskipun dengan cara yang sangat sederhana. Pada anak usia dini kemampuan yang akan dikembangkan diantaranya: (a) mengenali atau membilang angka; (b) menyebut urutan bilangan; (c) menghitung benda; (d) menghitung himpunan dengan nilai bilangan benda; (e) memberi nilai bilangan pada suatu bilangan himpunan benda; (f) mengerjakan atau menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan konsep dari konkret ke abstrak. (Ahmad Susanto, 2011:62).

Monday 14 December 2015

Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Media Big Book

Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Media Big Book


Laila Mega Wardhani


Abstrak

Artikel ini menjelaskan tentang pentingnya membaca permulaan di kelas rendah yang merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap siswa sekolah dasar kelas rendah dengan tujuan agar mampu untuk mengembangkan kemampuan membaca ditingkat selanjutnya yang lebih kompleks. Membaca permulaan diperlukan supaya siswa di kelas rendah mampu memahami dan mengucapkan tulisan dengan lafal dan intonasi yang jelas. Artikel ini membahas salah satu media dalam pembelajaran membaca permulaan Big Book, menjelaskan beberapa keuntungan yang didapat oleh guru dan siswa dengan digunakannya Big Book dalam proses pembelajaran membaca permulaan di kelas rendah dan bagaimana cara membuat dan mengaplikasikan pemakaian Big Book di kelas.

Kata kunci: membaca, membaca permulaan, big book

Pendahuluan

Membaca adalah jendela dunia. Orang yang sering membaca, pendidikannya akan maju dan memilki wawasan yang luas. Itulah sebabnya mengapa membaca disebut sebagai jendela dunia karena dengan membaca kita dapat mengetahui seisi dunia, wawasan kita bertambah dan pola pikir pun akan berkembang.
Membaca adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Membaca bukan sekedar melihat kumpulan huruf yang membentuk kata, frase, kalimat, paragraf atau wacana saja, tetapi membaca juga merupakan aktivitas memahami dan mengartikan tanda, lambang atau tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca. (Dalman:2013)
Kegiatan pembelajaran di kelas tidak dapat dilepaskan dari kemampuan siswa dalam membaca. Membaca adalah salah satu keterampilan dasar yang penting karena melalui keterampilan membaca yang baik maka siswa akan mampu mengikuti mata pelajaran lainnya. Kemampuan membaca siswa Sekolah Dasar, terutama di tingkat membaca permulaan berperan penting dalam kesuksesan belajarnya karena kemampuan membaca adalah dasar bagi kemampuan membaca ditingkat selanjutnya yang lebih kompleks. Oleh karena itu membaca adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa. Sejalan dengan ini Zuchdi dan Budiasih (2001) menungkapkan bahwa “kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca selanjutnya”.
Membaca pada siswa Sekolah Dasar perlu diajarkan dengan matang karena terkait membaca pada tahapan yang lebih kompleks. “Tujuan yang dapat dicapai melalui pengajaran membaca yaitu mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar, serta kreativitas” (Akhadiah, 1992: 29). Pembelajaran membaca di SD sesuai tahapan menurut kelompok kelas rendah dan kelas tinggi. Untuk siswa kelas rendah tahapan membacanya adalah membaca permulaan. Membaca permulaan pada siswa kelas rendah merupakan pondasi dari tahapan membaca cepat, membaca ekstensif, dan membaca pemahaman.
Proses pembelajaran di kelas rendah, kelas satu sampai tiga seharusnya diisi oleh kegiatan belajar yang lebih interaktif dan menyenangkan tetapi sayang dalam proses pembelajaran membaca di kelas rendah, kebanyakan guru masih menggunakan media tradisional seperti buku paket saja. Biasanya guru mengajarkan cara membaca dengan mencontohkan cara membaca kata atau kalimat kemudian siswa mengulangi apa yang dibacakan oleh guru dari buku teks. Dalam proses pembelajaran seperti ini biasanya siswa duduk mendengarkan guru sambil memegang buku teks dan mengulang apa yang guru bacakan, begitu seterusnya.


Isi

Menurut Tarigan (1990), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis.
Grabe & Stoller (2002) mengungkapkan bahwa pengertian dari membaca adalah kemampuan untuk mengartikan dari teks dan mengintepretasikan informasi yang didapatnya dengan tepat.
Menurut Dalman (2013, h. 7)
Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Membaca bukan hanya sekedar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraph dan wacana saja, tetapi membaca juga merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan lambang/ tanda/ tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca.

Membaca permulaan merupakan aktivitas untuk mengenalkan rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Pengajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar membaca. Siswa dituntut untuk mampu menyuarakan huruf, suku kata, kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan (Akhadiah, dkk. 1993:11). Anderson (Dhieni:2008) menyatakan bahwa membaca permulaan adalah proses pengejaran membaca yang disampaikan secara terpadu, yang berfokus pada pengenalan huruf dan kata serta menghubungkannya dengan bunyi.
Menurut Tarigan (1986: 25) untuk keterampilan membaca permulaan, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
a. penggunaan ucapan yang tepat,
b. penggunaan lafal dan intonasi yang tepat,
c. membaca dengan suara jelas,
d. membaca dengan penuh perasaan dan ekspresif,
e. menguasai tanda baca,
f. membaca dengan lancar, dan
g. percaya diri.
Akhadiah (1992:31) mengatakan bahwa pembelajaran membaca permulaan diberikan di kelas 1 dan 2. Tujuan dari pembelajaran membaca permulaan adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk membaca lanjut. Hal tersebut menggambarkan bahwa membaca permulaan diperlukan supaya siswa mampu memahami dan mengucapkan tulisan dengan lafal dan intonasi yang jelas.
Membaca permulaan dapat membantu siswa dalam memahami suatu teks bacaan. Diharapkan siswa mendapat informasi dari bacaan tersebut sehingga menambah pengetahuan.  Dalam kegiatan belajar membaca permulaan, siswa membutuhkan media yang menarik agar kemampuan dalam membaca dapat berkembang secara optimal. Dalam hal ini visual, teks dan bahasa lisan sangat penting untuk digunakan dalam kelas. Menurut riset, anak akan lebih mudah memahami konsep yang diberikan lewat visual atau verbal (Salomon: 1979). Sementara itu Cowen (1984) menyatakan bahwa penggunaan media visual membuat kita lebih mengingat informasi daripada hanya menggunakan media teks saja.
Siswa kelas awal memiliki karakteristik yang berbeda dengan siswa kelas lanjutan. Siswa kelas awal memiliki rentang konsentrasi yang pendek sehingga dibutuhkan alat atau media pendukung yang mampu membuat mereka tertarik dengan pelajarannya. Pembelajaran membaca di kelas awal memerlukan alat atau media yang dapat membantu siswa dalam mengoptimalkan keterampilan membacanya. Media pembelajaran yang menarik seperti gambar, grafik, video atau objek yang menarik perhatian akan mampu membantu proses belajar membaca siswa kelas awal dengan optimal.
Banyak metode pembelajaran dan media belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa, khususnya membaca di dalam kelas rendah seperti metode SAS, Steinberg, global, dan lain-lain (Hartati & Cuhariah: 2015). Begitu pun banyak media yang bisa digunakan sebagai alat untuk membantu proses belajar seperti; kartu, buku suku kata, buku cerita, dan lain-lain. Dalam pembelajaran membaca seorang guru harus mampu memilih bahan, metode atau media pembelajaran yang tepat bagi siswanya. “Pemilihan media pengajaran harus memperhatikan beberapa prinsip diantaranya: (1) bahan bacaan harus disesuaikan dengan kesiapan siswa; (2) tujuan pengajaran membaca ialah mengembangkan berbagai aspek kemampuan siswa; (3) kondisi di sekolah dan lingkungan masyarakat perlu diperhatikan” (Akhadiah, 1992:14-15).
Salah satu media yang bisa digunakan dalam proses belajar dan mengajar membaca permulaan di kelas adalah Big Book. Big Book adalah salah satu media dalam pembelajaran membaca dengan pendekatan shared reading atau membaca bersama. Holdaway adalah orang pertama yang menciptakan Big Book sebagai cara guru untuk menjadikan Big Book sebagai model yang bisa dilihat oleh siswa (Fisher, et al: 2008). Holdway (1979) menyebutkan tiga ciri dari pembelajaran membaca yang berhasil adalah: (1) Buku yang dipilih harus buku yang disukai oleh siswa, (2) Siswa harus bisa melihat sendiri bukunya, dan (3) Guru harus membaca ceritanya dengan cara yang menarik dan antusias.
Big Book atau buku besar adalah buku bacaan yang memiliki ukuran, tulisan, dan gambar yang besar. Ukuran big book beragam dari mulai ukuran A3, A4, A5 atau dengan ukuran yang lebih besar lagi. Ukuran Big Book harus mempertimbangkan segi keterbacaan seluruh siswa di kelas. Big Book dapat digunakan di kelas awal karena Big Book memiliki karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Guru dapat memilih Big Book dengan isi cerita atau topik yang disesuaikan dengan minat siswa atau sesuai dengan tema pelajaran.
Menurut Karges-Bone (Hall: 2006), sebuah Big Book akan membuat pembelajaran bahasa lebih efektif jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Cerita singkat (10-15 halaman)
2.      Pola kalimat jelas.
3.      Gambar memiliki makna.
4.      Jenis dan ukuran huruf jelas terbaca.
5.      Jalan cerita mudah dipahami.
6.      Terdapat humor dalam ceritanya.
            Curtain dan Dahlberg (2004) menyatakan bahwa Big Book memungkinkan siswa untuk belajar membaca dengan cara mengingat dan mengulang bacaan. Big Book baik digunakan di kelas membaca permulaan karena dengan tampilannya, Big Book akan mampu menarik minat siswa dalam membaca.
            Penggunaan Big Book dalam pembelajaran membaca permulaan memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1.      Memberi pengalaman membaca.
2.      Membantu siswa memahami buku.
3.      Mengenalkan berbagai jenis bahan bacaan kepada siswa.
4.      Memberi peluang kepada guru memberi contoh bacaan yang baik.
5.      Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
6.      Menyediakan contoh teks yang baik untuk digunakan siswa.
7.      Menggali informasi. (www.prioritaspendidikan.org)

Dalam membaca bersama dengan menggunakan Big Book, siswa ikut terlibat dalam proses membacanya, belajar tentang konsep kerja dari buku, mendapatkan rasa untuk belajar dan mulai untuk menyebut dirinya sebagai seorang pembaca. (Fountas & Pinnell:1996). Dengan ukurannya yang besar disertai gambar yang menarik, dalam proses pembelajaran membaca awal, Big Book memiliki beberapa keuntungan, seperti:
1.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam kegiatan membaca yang menyenangkan.
2.      Memungkinkan siswa melihat tulisan yang sama ketika guru membaca tulisan yang ada dalam Big Book.
3.      Memungkinkan siswa secara bersama-sama memberi makna pada setiap tulisan yang ada dalam Big Book.
4.      Membantu siswa untuk memahami hubungan antara bahasa lisan dan tulisan.
5.      Memberikan kesempatan kepada siswa yang lambat dalam membaca untuk mengenali tulisan dengan bantuan guru dan teman-temannya.
6.      Dengan membaca Big Book bersama-sama, akan timbul keyakinan dalam diri siswa bahwa mereka mampu untuk membaca, terutama bagi siswa yang lambat membaca.
7.      Mengembangkan semua aspek bahasa.
8.      Dapat diselingi percakapan yang relevan mengenai isi cerita  dalam Big Book bersama siswa sehingga terjadi proses belajar yang interaktif. Topik bacaan akan berkembang sesuai dengan pengalaman dan imajinasi siswa.

Big Book dapat dibuat sendiri oleh guru. Berikut adalah langkah-langkah membuat Big Book.
1.      Siapkan kertas minimal berukuran A3 sebanyak 8-10 halaman atau 10-15 halaman, spidol warna, lem dan kertas HVS.
2.      Tentukan topik cerita.
3.      Kembangkan topik cerita menjadi cerita untuh dalam kalimat-kalimat singkat.
4.      Tentukan gambar atau ilustrasi untuk setiap halaman.
5.      Buatlan desain cerita dan gambar/ ilustrasi.
6.      Tuliskan kalimat singkat di atas kertas HVS.
7.      Tempelkan setiap kalimat tersebut di halaman yang sesuai dengan gambar/ilustrasi.
8.      Ide cerita Big Book dapat diambil dari kejadian-kejadian yang terjadi sehari-hari di kehidupan siswa. Ide yang lain juga bisa diambil dari informasi penting yang berisi pengetahuan, prosedur, atau jenis teks lainnya yang sesuai dengan tema di setiap kelas yang sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan.

Penggunaannya Big Book di dalam kelas perlu diatur sehingga pembelajaran membaca dan menulis bisa menjadi efektif. Berikut adalah bagaimana penggunaan Big Book di dalam kelas:
1.      Penggunaan big book bisa dilakukan setiap hari, misalnya di pertemuan awal setiap hari selama 15-20 menit.
2.      Big book dibacakan di depan kelas atau di dalam kelompok kecil.
3.      Big book dapat digunakan oleh siswa untuk dibacakan di depan teman-temannya.
4.      Pemodelan bukan hanya ditujukan pada cara membaca, namun juga perlu diperlihatkan cara guru memegang buku yang baik, membuka halaman, menunjuk huruf atau kata, dan memperlakukan buku dengan layak.



Kesimpulan

Membaca adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa sekolah dasar karena melalui keterampilan membaca yang baik maka siswa akan mampu mengikuti mata pelajaran lainnya. Membaca permulaan berperan penting dalam kesuksesan belajar siswa karena kemampuan membaca adalah dasar bagi kemampuan membaca ditingkat selanjutnya yang lebih kompleks. Salah satu penunjang keberhasilan pembelajaran membaca permulaan adalah penggunaan media yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.
Belajar dengan menggunakan Big Book menawarkan proses pembelajaran yang menarik. Banyak keuntungan yang didapat dari penggunaan Big Book dalam pembelajaran bahasa bagi siswa di kelas rendah. Keuntungan menggunakan Big Book adalah siswa akan lebih tertarik dalam pembelajaran membaca dan fokus terhadap bacaan atau cerita yang akan dibaca. Selain itu saat guru membacakan kalimat yang ada di Big Book, siswa dapat melihat kalimatnya langsung karena Big Book dibuat besar baik gambar maupun tulisannya. Siswa tentu tertarik untuk belajar membaca dengan buku yang besar, menarik dan berwarna.
Adalah tugas seorang guru agar siswa terbebas dari berbagai faktor yang menghambat mereka dalam proses belajar membaca. Dalam menciptakan  suasana belajar yang kondusif, seorang guru harus mampu untuk memotivasi siswa agar mau dan senang membaca. Dengan bantuan Big Book ini, diharapkan guru dapat menciptakan suasana kelas yang interaktif dan menyenangkan, khususnya dalam pelajaran membaca permulaan.






Daftar Pustaka

Akhadiah, Sabarti, dkk. 1992. Bahasa Indonesia I. Depdikbud. Jakarta

Dalman, H. 2013. Keterampilan Membaca. Rajagrafindo Persada. Depok

Fisher, Douglas et al. 2008. Shared Readings: Modeling Comprehension, Vocabulary, Text Structures, and Text Features for Older Readers. International Reading Association, DOI:10.1598/RT.61.7.4, ISSN: 0034-0561 print / 1936-2714 online

Fountas, I., & Pinnell, G. (1996). Guided reading: Good first teach­ing for all children. Portsmouth, NH: Heinemann.

Grabe, William & Stoller, Fredericka I. 2002. Teaching and Researching Reading. Longman. Hongkong

Hall, Susan Colville. 2006. Using Big Books: A Standards-Based Instructional Approach for Foreign Language. Foreign Language Annals • Vol. 39, No. 3

Hartati, Tatat & Cuhariah, Yayah. 2015. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. UPI Press. Bandung

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa. Bandung

Usaid Prioritas. 2014. Pembelajaran Literasi Kelas Awal di LPTK. www.prioritaspendidikan.org.

Zuchdi, Darmiyati & Budiasih. 1996. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Depdikbud. Jakarta