Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Tuesday, 7 April 2015

Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran di Sekolah Dasar



Hal pertama yang harus diperhatikan oleh guru adalah jenis kecerdasan yang dimiliki oleh siswa karena menurut Gardner, ada delapan jenis kecerdasan yang bisa dimiliki oleh anak yaitu: kecerdasan bahasa, matematika-logis, spasial, kinestetik, musikal, intrapersonal, interpersonal, dan naturalis. Dalam hal ini, guru harus mampu mengidentifikasi jenis kecerdasan yang dimiliki oleh siswanya sehingga semua siswa dapat menonjolkan kecerdasannya masing-masing dan tidak ada lagi siswa yang dianggap tidak berprestasi karena sebenarnya semua anak cerdas hanya saja jenisnya bermacam-macam dan tugas guru untuk membantu siswa menemukan dan mengembangkan kecerdasannya dengan cara masing-masing.
Setelah guru mengetahui berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki oleh para siswanya, guru kemudian merancang dan merencanakan metode mengajar yang bisa mencakup semua jenis kecerdasan. Guru bisa mengkombinasikan aktivitas mengajar yang melibatkan siswa dengan berbagai macam jenis kecerdasan. Misalnya dalam mengajarkan matematika, selain fokus pada siswa dengan kecerdasan matematika-logis, guru juga bisa mengkombinasikannya dengan musik dan nyanyian/ lagu yang mengakomodir siswa dengan kecerdasan musikal dan juga bisa mengkombinasikannya dengan gambar yang sesuai dengan pelajaran matematikanya sehingga siswa dengan kecerdasan spasial bisa menikmati pelajarannya.
Hal selanjutnya adalah guru harus mengetahui teori perkembangan anak. Misalnya perkembangan kognitif yang dikenalkan oleh Piaget. Menurut Piaget (Santrock:2012) ada empat tahap perkembangan kognitif, yaitu tahap sensorimotor, tahap praoprasi, tahap operasi konkret dan tahap operasi formal. Pada usia anak SD berada dalam tahap operasi konkret dimana anak pada tahap ini belajar dari hal-hal yang konkret atau nyata. Anak pada tahap ini belajar dengan melihat, meraba, mendengar, membaui dan mengotak-ngatik. Jika guru memahami tahapan ini, maka dalam proses belajar mengajarnya guru akan mempertimbangkan metode yang tepat dalam mengajar. Misalnya dalam mengajarkan berbagai macam bentuk daun, guru akan membaca berbagai jenis daun atau meminta siswa untuk mencari dan membawa berbagai jenis daun yang ada di sekitar lingkungannya untuk kemudian dibawa ke dalam kelas dan dipelajari bersama-sama. Hal ini akan memudahkan siswa untuk memahami dibandingkan guru hanya bercerita atau mendeskripsikannya secara lisan saja.
Guru juga harus memperhatikan dan mempelajari teori perkembangan anak lainnya seperti perkembangan teori kognitif sosiobudaya dari Vygotsky yang menegaskan pentingnya interaksi sosial dan budaya terhadap perkembangan kognitif.
Dengan mempelajari berbagai macam teori perkembangan, guru akan mampu menerapkan metode mengajar yang sesuai dengan siswanya. Sebagai contoh, ketika mengajar di daerah pegunungan, pesisir, pedesaan, perkotaan maka guru akan lebih berfokus pada materi pelajaran yang sesuai dengan lingkungan anak-anak didiknya sehingga apa yang dijarkannya sesuai dengan apa yang dihadapi anak sehari-hari.
Setelah paham akan teori perkembangan anak dan teori multiple intelligences atau kecerdasan majemuk, guru juga harus paham akan 3 jenis gaya belajar siswa. Ada 3 gaya belajar yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Siswa dengan gaya belajar visual akan belalajar dengan cara melihat, siswa dengan gaya auditorial akan belajar dengan cara mendengar dan siswa dengan gaya belajar kinestetik akan belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh.
DePorter (2000) dalam bukunya, Quantum Teaching memberikan tips bagaimana mengajar siswa dengan 3 gaya belajar yang berbeda. Untuk siswa dengan gaya belajar visual, guru  isa mendorong siswa untuk membuat banyak symbol dan gambar dalam catatan mereka. Bagi pelajar dengan gaya auditorial, guru bisa membantu mereka untuk berbicara dengan diri mereka sendiri untuk memahami pelajarannya dan memperbolehkan mereka untuk berbicara dengan suara perlahan pada diri mereka sendiri sambil bekerja bukannya memarahi mereka jika mereka menimbulkan keributan kecil karena mengulang-ngulang pelajarannya sambil berguman. Bagi siswa dengan gaya belajar kinestetik yang tidak bisa duduk diam berlama-lama, guru bisa membantunya dengan tidak melarang mereka untuk belajar sambil duduk di lantai atau menyebarkan pekerjaannya di sekeliling mereka. Setelah mengetahui gaya belajar masing-masing siswa, guru harus mendorong siswa untuk menerapkan semua metode ini dalam belajar. Guru bisa mengkombinasikan metode mengajarnya sehingga mencakup ketiga gaya belajar siswa dan tidak ada siswa yang merasa gaya belajarnya tidak diperhatikan oleh guru. Guru juga bisa memberitahu orangtua siswa perihal gaya belajardari masing-masing siswa sehingga di rumah para orangtua bisa mendukung anak mereka dengan gaya belajarnya masing-masing.

No comments:

Post a Comment