Sahabat saya ini adalah
tipe akhwat tangguh. Sahabat saya ini adalah akhwat dengan, menurut saya, level
yang sangat tinggi, hebat di bidang akademik, lulus kuliah dengan nilai hampir
cum-laude, dengan pekerjaan yang sangat luar biasa dengan gaji yang juga
menurut ukuran saya luar biasa. Sahabat saya ini adalah akhwat yang ‘arogan’
jika berkaitan dengan lelaki. Dalam pandangan saya sebagai sahabatnya, dia
adalah akhwat yang selalu ‘looking down’ pada hampir tiap lelaki yang dia
kenal.
Pernah suatu saat
seorang ikhwan dengan beraninya mengajak ‘taaruf’ pada sahabatnya saya ini
dengan serta merta sahabat saya ini menolaknya. Pada saat itu, sahabat saya
berfikir, siapa lelaki itu sampai berani-beraninya melamar dia. Saat itu dengan
‘arogan’ nya dia menolak semua lelaki yang ditawarkan untuk bertaaruf
dengannya. Sahabat saya ini punya impian yang sangat tinggi. sebelum impiannya
itu terwujud dia akan menolak apa itu yang berkaitan dengan kata menikah. Dan
memang terbukti, sebelum dia mencapai mimpinya itu, dia benar-benar menolak apa
yang disebut dengan pernikahan.
Sahabat saya itu adalah
akhwat yang galak. Bagi dia, lelaki itu adalah ‘musuh’ yang harus dia kalahkan.
Teringat ketika kami masih kuliah dulu. Dia bersaing dengan seorang lelaki
untuk mendapatkan nilai yang lebih tinggi satu sama lain. Dia akan marah jika
saingannya itu mendapatkan nilai yang lebih tinggi daripada dia, sebaliknya dia
akan bersorak gembira jika dia mendapatkan nilai lebih tinggi dibandingkan
saingannya. Saat pengumuman kelulusan, dia mendapatkan peringkat ke-3 dalam
nilai tertinggi.
Sahabat saya ini adalah
akhwat yang tidak cengeng. Selama kami bersahabat, belum pernah saya mendapati
dia menangis untuk hal yang mellow. Selama kami bersahabat, belu pernah dia
curhat tentang hal-hal yang mellow. Selama kami bersahabat, pembicaraan yang
selalu kami diskusikan adalah tentang impian.
Sahabat saya itu akhwat
yang hebat tetapi dia bukanlah superhero, dia tetaplah manusia biasa yang suatu
waktu bisa juga mellow. Dimulai saat dia memberitahu bahwa ada seorang ikhwan
yang mengajak taaruf. Saat sahabat saya ini bercerita tentang profil sang
lelaki, saat itu juga saya tidak mempercayai bahwa dia akan mau bertaaruf
dengan tipe lelaki seperti itu. Cerita dia tentang ikhwan tersebut jauh dari
bayangan saya tentang seorang lelaki yang kelak akan jadi suaminya.
Cerita pun terus
bergulir. Semakin lama, sahabat saya ini semakin memperlihatkan ‘human-being’
nya. Dulu, akhwat yang ‘arogan’ itu, sekarang berubah menjadi akhwat yang ‘humble’.
Dulu, akhwat yang galak itu, sekarang menjadi akhwat yang penuh dengan rasa ‘takut’.
Dulu, akhwat yang tegas itu, sekarang menjadi akhwat yang mulai melembut. Dulu,
akhwat yang selalu ‘meremehkan’ lelaki itu, sekarang berubah. Saya menjadi
saksi bahwa sekeras apapun seorang akhwat, namun suatu hari dia akan berubah
menjadi lembut.
Yah, akhwat juga
manusia. Sudah menjadi fitrahnya bahwa perempuan itu sosok yang lembut. Bahwa perempuan
itu memerlukan seorang lelaki untuk melindungi dan menjaganya. Wallahu’alam…^_^…
#edisi bernostalgia menjelang ‘perceraian’
dengan ‘soulmate’ku. Semoga kelak pernikahanmu menjadi pernikahan yang sakinah mawaddah
wa rohmah.
No comments:
Post a Comment