Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Monday 11 April 2011

Ketika Bimbang dan Harap Berkecamuk di Dalam Hati

Dua pilihan yang dirasa berat untuk dipilih itu bukan berarti salah satunya akan menjadi milik kita. Rasa bimbang saat harus memilih tidak berarti akan menjadikan salah satu diantara dua pilihan itu menjadi milik kita. Rasa bangga yang menyergap karena kita mempunyai dua pilihan akan menjadi tersia-siakan karena kesombongan kita yang merasa patut untuk mendapatkan kesempatan dua kali.
Datangnya dua tawaran bekerja dengan posisi yang bagus dan menggiurkan mungkin akan menjadikan kita sombong dengan keadaan diri sendiri karena merasa hebat dengan datangnya dua kesempatan bagus sekaligus. Tapi apa daya ketika dua tawaran menggiurkan itu ternyata bukan milik kita. Ketika menggantungkan harapan yang tinggi terhadap tawaran itu tentu saja hati ini akan terjatuh dengan kerasnya ketika menyadari ternyata kesempatan itu tidak memilih kita. Siapa yang disalahkan? Apakah kita akan menyalahkan sebuah kesempatan yang tidak memilih kita, apakah kita akan menyalahkan diri kita sendiri. Tapi mengapa kita harus menyalahkan takdir, atau mengapa kita harus menyalahkan diri sendiri. Bukan rezeki itu sudah ada yang mengatur. Tugas kita hanya menjemput rezeki itu yang ternyata sudah Sang Pencipta sediakan untuk kita. Dan tugas kita bukan hanya menjemput rezeki itu dengan cara biasa saja. Kita harus menjemput rezeki itu dengan cara yang luar biasa.
Datangnya dua tawaran sang calon pendamping hidup pun tak kalah membingungkan dibandingkan tawaran dua pekerjaan yang menggiurkan. Malah datangnya tawaran ini lebih membingungkan. Awalnya, ketika datang dua tawaran tersebut, hati ini dibuat kalang kabut. Merasa bingung dan bertanya-tanya. Mengapa dua tawaran itu datang bersamaan. Dan dalam hati ini pun terbersit rasa bangga dan sombong. Wah, dengan kualitas diri ini berhasil mendapatkan dua tawaran sekaligus. Ditengah rasa bingung yang memuncak itu, entahlah apa yang harus dirasakan ketika ternyata dua tawaran ini pun tercerabut begitu saja. Menghilang seperti kabut pagi yang digantikan oleh teriknya matahari siang.
Menggantungkan harapan yang tinggi kepada manusia memang seringkali membuat kita kecewa mendalam. Hanya kepada Allah lah kita bisa menggantungkan harapan setinggi-tingginya dan seluas-luasnya, setinggi dan seluas apa yang mampu kita pikirkan. Rezeki dan jodoh, bukankah sudah ada yang mengaturnya. Tugas kita hanya menjempunya dengan cara yang luar biasa. Seperti Allah berikan sesuatu yang luar biasa juga untuk kita. Rezeki dan jodoh yang luar biasa.

No comments:

Post a Comment