Sepanjang usia dewasa saya untuk berhak mengikuti pemilu baik itu pileg, pilpres, pilgub atau pilwakot baru pilpres sekarang yang kalau boleh saya bilang paling gila. Bagaimana tidak bisa disebut gila, dua pasangan capres dan cawapres kali ini terlihat seperti dua kubu yang sangat berlawanan. Di satu pihak kubu yang didukung kalangan agamis sedangkan kubu yang lain didukung sekularis. Dan baru di pilpres ini pendukung kedua kubu saling serang, saling membuka aib, saling menyerang dengan 'black campaign'. Banyak kalangan yang menyebut peperangan pilpres ini seperti perang badar, perang yang hak melawan kebatilan.
Jujur, saya pribadi mendukung pasangan capres dan cawapres yang didukung oleh kebanyakan kaum agamis. Memang saya tidak mengetahui kadar keislaman dari keempat orang ini tapi menurut pandangan mata saya sebagai manusia saya tentu mendukung pasangan yang didukung oleh kalangan ulama. Saya yakin mereka (ulama) dengan ilmu yang dimiliki sudah melakukan ijtihad sehingga mereka memutuskan salah satu capres. Saya tidak mengatakan bahwa keislaman capres yang satu lebih baik dari yang lainnya, karena yang bisa menilai itu hanyalah Tuhan. Hanya saja hati nurani saya menuntun saya untuk mendukung capres yang memang didukung oleh kebanyakan ulama yang menurut pandangan saya baik.
Hari pencoblosan pun tiba, dengan hati mantap, Insya Allah saya coblos capres pilihan saya. Lahaula wala quwwata illa billah... saya telah berikhtiar dengan memilih capres yang sesuai dengan hati nurani saya, hasilnya saya serahkan semuanya kepada pemilik jiwa, Allah SWT.
Saya pun menunggu hasilnya dengan berdebar-debar. Hati saya diliputi ketakutan jika kubu capres yang didukung kaum sekuler, feminis, syiah, JIL, kapitalis, dan para preman itu menang. Dan benar saja ketika KPU mengumumkan kemenangan capres bukan pilihan saya dengan serta merta bayangan ketakutan akan masa depan bangsa ini berlarian dengan liar dalam kepala saya ini. Bagaimana nasib bangsa ini jika dipimpin oleh orang yang tidak tegas (boneka Amerika), bagaimana nasib bangsa ini ketika Amerika semakin menancapkan taring dan kukunya. Bagaimana nasib bangsa ini jika aliran sesat dibiarkan bebas berkembang. Bagaimana nasib bangsa ini jika pemimpinnya melegalkan gay, lesbi, dan prostitusi. Bagaimana nasib bangsa ini jika pemimpinnya anti Islam dan tidak menyetujui syariat Islam.
Sudahlah, inilah takdir Allah SWT untuk bangsa ini. Tidak berhak jika kita berburuk sangka kepada-Nya. Berbaik sangka saja terhadap Allah. Semua ini pasti ada hikmahnya. Ada dua kemungkinan Allah menetapkan capres itu menjadi presiden kita. Kemungkinan pertama adalah memang capres itu baik untuk kita. Kelak jika dia memimpin bangsa ini mungkin akan menjadikan negara ini lebih baik dari sebelumnya. Kemungkinan kedua adalah Allah ingin memperlihatkan pribadi seperti yang sebenarnya dari orang yang akan menjadi presiden kita kelak dan orang-orang macam apa yang menjadi pendukungnya. Allah ingin memperlihatkan tabiat yang sebenarnya dari capres dan kubu pendukungnya itu kepada kita baik yang tidak mendukungnya maupun kepada pendukungnya yang cinta mati yang sepertinya tidak melihat cela sedikitpun darinya.
Allah telah menuliskan siapa yang akan menjadi presiden ke-7 kita di lauh mahfudz nya. Dan pilihan kita akan Allah minta pertanggungjawabannya kelak di yaumul akhir. Atas dasar apakah kita memilihnya dan mengapa kita memilihnya. Dan saya hanya bisa berdo'a, semoga Allah selalu melindungi bangsa ini. Wallahu'alam...
edisi 'rungsing' nya hati...gak bisa itikaf di 10 malam terakhir Ramadhan plus dapat 'halangan' di 5 hari terakhir Ramadhan..semoga bisa dipertemukan kembali di Ramadhan tahun depan dengan didampingi oleh pasangan hidup...Aamiiin...
No comments:
Post a Comment