Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Tuesday, 12 February 2013

Keikhlasan Itu Mahal Harganya


Sungguh ilmu ikhlas itu tidak ada gurunya, tidak ada kelasnya, tidak ada silabus ataupun kurikulumnya. Nilai keikhlasan itu hanya Alloh saja yang bisa menilainya. Apakah kita lulus atau tidak lulus dalam ujian keikhlasan. Tapi yang bisa dirasakan sungguh untuk bisa ikhlas itu sangat sulit sekali.
Hari itu, hari minggu, hari pertama kami para kader dan simpatisan PKS berkampanye di daerah kami. Kami berkampanye dengan mengadakan posko kesehatan di sebuah lapang. Beberapa kader yang mempunyai kelebihan uang pun memborong dagangan beberapa orang pedagang sehingga menggelar jajanan gratis.
Saat itu ada segerobak dagangan berupa cilok yang menjadi salah satu jajanan yang digratiskan. Dengan segera saya menyongsong si penjual untuk memesan beberapa bungkus cilok dengan maksud diberikan kepada para petugas pos kesehatan yang sudah bekerja sejak pagi dan belum sempat sarapan. Tapi sayang, ciloknya ternyata belum matang sehingga saya kembali ke posko setelah sekali lagi memberikan pesan kepada si penjual untuk membuatkan beberapa bungkus cilok. Beberapa menit kemudian saya kembali lagi untuk mengambil pesanan saya. Ternyata pesanannya belum dibuatkan karena si penjual sibuk melayani orang-orang. Sampai akhirnya saya menawarkan diri untuk membantu membungkuskan dan membumbui pesananan saya. Ketika saya sedang membantu si penjual membungkus pesanan saya tiba-tiba ada seorang perempuan yang dengan enaknya ‘menyeletuk’. “Jangan mentang-mentang kader jadi pesanannya didahulukan. Ah ini gak bener. Dari awal aja udah KKN gimana nanti”. Ketika mendengar celetukan si perempuan itu sungguh hati ini seperti terbakar bara api. Ingin rasanya membalas kata-kata ‘jahat’ si perempuan itu yang sudah seenaknya menuduh saya melakukan KKN. Dia tidak mengetahui duduk permasalahannya tapi dengan seenaknya mengatakan ‘fitnah’ itu.
Sungguh saat itu saya merasa sangat sedih sekaligus marah. Ingin rasanya saya membalas kata-kata si perumpuan itu dengan mengatakan bahwa uang untuk jajanan gratis ini dari kantong para kader bukan memakai uang negara. Ingin rasanya mengatakan bahwa saya itu bukan seenaknya mengambil antrian orang tapi memang saya sudah memesan dulu dan pun ciloknya bukan untuk saya pribadi tapi untuk para kader yang sedang bertugas melayani mereka sedari pagi. Ingin rasanya mengatakan bahwa kamu sudah diberi makanan gratis  tidak sepatutnya kamu ‘memfitnah’ orang yang sudah member kamu makanan gratis ini. Tapi lidah ini kelu, berusaha diri untuk tidak membalas perbuatan jelek orang itu. Berusaha menahan diri untuk mempertahankan nama baik partai di mata para simpatisan dan masyarakat.
Sungguh hati ini sulit ‘ikhlas’ untuk menerima perlakuan si perempuan dengan mulut tajam itu. Sungguh ingin rasanya mulut ini memaki si perempuan itu dengan kalimat ‘orang tidak tahu diri’. Tapi sekali lagi hati ini dikuatkan untuk tidak membiarkan mulut mengeluarkan apa yang ingin disampaikan oleh hati.
Tak terbayang apa yang dirasakan oleh para qiyadah kami yang telah dituduh dengan apa yang tidak pernah mereka lakukan. Teringat ketika Ustadz Misbakhun dituduh terlibat kasus korupsi. Kasus yang me-nasional. Semua rakyat Indonesia menyaksikan ketika beliau dituduh melakukan korupsi. Entah apa yang dirasakannya. Yang pasti akan jauh lebih sedih dan sakit hati dibandingkan apa yang telah terjadi pada saya. Tapi beliau tetap tegar dan tersenyum dalam menjalani prosesnya hingga akhirnya terbukti tidak bersalah. Dan yang terbaru adalah ujian keikhlasan dari Ustadz Luthfi. Yang pasti kasusnya jauh lebih besar daripada yang saya alami. Kasus sekecil yang saya alami saja mebuat goncangan kemarahan dalam diri saya apalagi kasus sebesar beliau.
Tapi itulah ujian keikhlasan. Sangat sulit dan mahal harganya. Dan hanya Alloh saja yang mampu menilai keikhlasan hati dari manusia. Wallahu’alam …^_^…

No comments:

Post a Comment