Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Friday, 30 September 2016

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan


1.   Aliran Nativisme – Teori Kematangan (Maturasional Theory)
Aliran ini berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu lebih ditentukan oleh faktor keturunan, bawaan atau faktor internal atau endogen. Salah satu teori yang beraliran nativisme adalah teori kematangan, dikemukakan oleh Arnold Gessel (1954), di pengaruhi oleh teori “rekapitulasi” yang didalamnya terdapat pandangan bahwa perkembangan individu mencerminkan bahwa perkembangan umum pada speciesnya (species adalah rumpun makhluk hidup).
      Menurut pandangan Gessel dapat dikatakan, bahwa perubahan biologis yang terjadi pada diri peserta didik menunjukkan perkembangan yang teratur dan mengikuti tahap-tahap unit, kecepatan. Perkembangan pada setiap tahap perkembangan tidak sama untuk setiap individu. Individu berkembang dengan kecepatan atau iramanya masing-masing, namun dengan mengikuti pola urutan perkembangan yang relatif sama pada setiap individu. Gessel berpendapat bahwa yang paling berpengaruh terhadap perkembangan individu adalah faktor internal. Dia menyatakan bahwa kematangan sebagai suatu proses cenderung lebih dikontrol oleh faktor internal, dalam hal ini keturunan atau bakat, faktor eksternal juga berpengaruh, namun hanya bersifat berkala. Dengan demikian perkembangan individu yang erat kaitannya dengan masalah kematangan lebih dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat dibandingkan dengan pengaruh faktor lingkungan.
Jauh sebelum teori Gessel muncul telah lahir seorang filsuf dari prancis bernama Jean Jacques Rousseau (1712-1778) yang inti pandangannya merupakan titik mula dari teori kematangannya gessel. Pandangan Rousseau menjadi titik tolak dari pandangan yang menitik beratkan faktor dunia dalam atau faktor keturunan sebagai faktor yang lebih menentukan perkembangan peserta didik.
      Karakter yang diperlihatkan oleh seseorang bersifat intrinsik, oleh karena itu pandangan Rosseau digolongkan kepada pandangan yang beraliran “Nativisme”.
Semenjak dari dalam kandungan, janin tumbuh menjadi besar dengan sendirinya, dengan kodrat-kodrat yang dikandungnya sendiri. Diantara faktor-faktor di dalam dirinya yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu adalah:
a.  bakat atau pembawaan
anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu. Bakat ini dapat diumpamakan sebagai bibit kesanggupan atau bibit kemungkinan yang terkandung dalam diri anak. Setiap individu memiliki bermacam-macam  bakat sebagai pembawaannya, seperti bakat musik, seni, agama, akal yang tajam dan sebagainya.
b. sifat-sifat keturunan
sifat-sifat individu dipusakai dari orang tua atau nenek moyang dapat berupa fisik dan mental. Mengenai fisik misalnya bentuk muka, bentuk badan, suatu penyakit. Sedangkan mengenai mental misalnya sifat pemalas, sifat pemarah, pendiam, dan sebagainya. Dengan demikian jelaslah bahwa sifat-sifat keturunan ikut menentukan perkembangan seseorang.
c. dorongan dan instink
dorongan adalah kodrat hidup yang mendorong manusia melaksanakan sesuatu atau bertindak pada saatnya. Sedang instink atau naluri adalah kesanggupan atau ilmu tersembunyi yang menyuruh atau mebisikkan kepada manusia bagaimana cara-cara melaksanakan dorongan batin. Dengan perkataan lain, instink adalah sesuatu sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan tanpa didahului dengan latihan. Kemampuan instink ini pun merupakan pembawaan sejak lahir, yang dalam psikologi kemampuan instink ini termasuk kapabilitas, yaitu kemampuan berbuat ssuatu dengan tanpa melalui belajar.
Setiap anak dilahirkan dengan dorongan-instink yang dikandung di dalam jiwanya. Ada dorongan yang selama perkembangan berlangsung atau selama hidup manusia aktif terus mempengaruhi hidup kejiwaan., seperti dorongan mempertahankan diri, dorongan seksual, dan dorongan sosial. Dorongan mempertahankan diri misalnya tampak pada bayi ketika mencari makanan. Dengan instink yang dimilikinya ia berusaha mencari susu ibunya, sehingga memperoleh makanan untuk mempertahankan hidupnya. Dorongan dan instink ini juga sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan individu.
2.    Aliran Empirisme- Teori keperilakuan (Behavioral Theory)
Aliran ini menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu lebih dipengaruhi oleh lingkungan atau engalaman atau eksternal atau endogen. Salah satu teorinya adalah teori keperilakuan ini merupakan kebalikan dari teori kematangan. Apabila menurut teori kematangan menganggap bahwa faktor internal (keturunan) lebih menentukan faktor perkembangan individu, maka menurut teori keperilakuan menganggap sebaliknya bahwa faktor eksternal lah (lingkungan) yang lebih menentuka perkembangan individu. Teori keperilakuan ini disebut pula “teori lingkungan”.
Beberapa ahli psikologi yang telah mengembangkan teori ini antara lain: ivan pavlov, jhon waston, edward,thorndike, B.F.Skinner, Bijou dengan don baer, dan lain-lain. menurut teori ini, dipandang dari perspektif perilaku, individu dianggap pasif dan reaktif. Artinya individu akan berbuat apabila ada rangsangan dari lingkungannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan antara rangsangan (stimulus) dengan tanggapan (respon) merupakan bagian-bagian dasar perilaku individu. Yang menjadi cikal bakal teori ini adalah ketika seorang filsuf dari inggris bernama jhon locke (1632-1704) mengembangkan bahwa pengalaman dan pendidikan merupakan faktor yang paling menentukan dalam perkembangan anak atau peserta didik.
Jhon locke memperkenalkan teorinya yang dikenal dengan “tabularasa”. Ia mengumpamakan bayi yang baru lahir sebagai secarik kertas yang masih bersih. Jadi goresan yang ditinggalkan pada kertas itu, menentukan bagaimana kertas tersebut jadinya. Pandangan/aliran jhon locke dikenal dengan “empirisme” (pengalaman) atau “environtmentalisme” (lingkungan).
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa perkembangan itu didorong dari dalam, dan dorongan itu dapat melaju atau terhambat oleh faktor-faktor yang berada diluar dirinya. Diantara faktor-faktor luar yang mempengaruhi perkembangan individu adalah:
a.    Makanan
Makanan meruopakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan individu. Hal ini terutama pada tahun-tahun pertama dari kehidupan anak, makanan merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan yang normal dari setiap individu. Oleh sebab itu dalam rangka perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi sehat dan kuat, perlu memperhatikan makanan, tidak saja dari segi kuantitas (jumlah) makanan yang dimakan, melainkan juga dari segi kualitas (mutu) makanan itu sendiri.
b.    Iklim
Iklim atau keadaan cuaca juga berpengaruh terhadap perkembangan dan kehidupan anak. Sifat-sifat iklim alam dan udara mempengaruhi pula sifat-sifat individu dan jiwa bangsa yang berada dalam iklim yang bersangkutan. Seseorang yang hidup dalam iklim tropis yang kaya raya misalnya, akan terlihat jiwanya lebih tenang, lebih “nrimo”, dibandingkan dengan seseorang yang hidup dalam iklim dingin, karena iklim tropis keadaan alamnya tidak sekeras di iklim dingin, sehingga perjuangan hidupnya pun cenderung lebih santai.
Hal ini juga terlihat pada besar tubuh seorang anak, kesehatan dan kematangan usianya banyak dipengaruhi oleh banyaknya udara yang segar dan bersih serta sinar matahari yang diperolehnya, khususnya pada tahun-tahun pertama dari kehidupannya. Kenyataan itu akan lebih nyata jika kita membandingkan antara anak-anak yang hidup dilingkungan yang baik dan sehat dengan anak-anak yang hidup di lingkungan yang buruk (kumuh) dan tidak sehat.
Keadaan iklim dan llingkungan tersebut cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak, meskipun para ahli masih terus berdebat tentang sejauh mana pengaruh-pengaruh itu terjadi pada perkembangan anak.
c.    Kebudayaan
Latar belakang kebudayaan suatu bangsa sedikit banyak juga mempengaruhi perkembangan seseorang. Misalnya latar belakang budaya desa, keadaan jiwanya masih murni, masih yakin akan kebesaran dan kekuasaan Tuhan, akan terlihat lebih tenang, karena jiwanya masih berada dalam lingkungan kultur, kebudayaan bangsa sendiri yang mengandung petunjuk-petunjuk dan falsafah yang diramu dari pandangan hidup keagamaan. Lain halnya dengan seseorang yang hidup dalam kebudayaan kota yang sudah dipengaruhi oleh kebudayaan asing.
d.   Ekonomi
Latar belakang ekonomi juga berpengaruh terhadap perkembangan anak. Orang tua yang ekonominya lemah, yang tidak sanggup memenuhi kebutuhan pokok anak-anaknya dengan baik, sering kurang memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Mereka menderita kekurangan-kekurangan secara ekonomis, sehingga menghambat pertumbuhan  jasmani dan perkembangan jiwa anak-anaknya. Bahkan tidak jarang tekanan ekonomi mengakibatkan pada tekanan jiwa, yang pada gilirannya menimbulkan konflik antara ibu dan bapak, antara anak dan orang tua, sehingga melahirkan rasa rendah diri pada anak.
e.    Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga
Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga juga mempengaruhi perkembangannya.  Bila anak itu merupakan anak tunggal, biasanya perhatian orang tua tercurah kepadanya, sehingga ia cenderung memiliki sifat-sifat seperti: manja, kurang bisa bergaul dengan teman-teman sebayanya,menarik perhatian dengan cara kekanak-kanakkan, dan sebagainya. Sebaliknya, seorang anak yang mempunyai banyak saudara, jelas orang tua akan sibuk membagi perhatian terhadap saudara-saudaranya itu. Oleh sebab itu anak kedua, ketiga keempat, dan seterusnyadalam suatu keluarga menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dibandingkan dengan anak yang pertama. Hal ini dimungkinkan karena anak-anak yang lebih muda akan banyak meniru dan belajar dari kakak-kakaknya.

3.    Aliran Konvergensi- Teori Kognitif (cognitive theory)
Aliran ini menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi oleh pembawaan maupun lingkungan. Pengaruh yang lebih kuat dari keturunan atau lingkungan yang akan lebih mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu. Teorinya adalah teori kognitif ini yang meupakan teori perpaduan (konfergensi) antara teori kematangan dan teori keperilakuan. Konsepsi konvergensi dirumuskan secara baik oleh william stern dari jerman.
Aliran konvergensi ini berpendapat bahwa dalam perkembangan individu itu baik bakat (pembawaan) maupun lingkungan memainkan peran penting. Dia menggabungkan kedua pandangan nativisme dan empirisme kedalam pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak adalah pengaruh dari unsur lingkungan dan pembawaan atau eksterna dan internal, kedua pengaruh itu dimisalkan dengan dua buah garis yang bertemu atau bergabung pada satu tempat kemudian menjadi satu garis yang kuat.
Salah satu lain mengembangkan teori ini adalah jean piaget (1952). Ia mengemukakan bahwa individu dapat mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya lingkungan dapat mempengaruhi individu (terjadi interaksi). Menurut teori ini proses perkembangan individu dipengaruhi oleh pertumbuhan biologis, pengalaman, hubungan sosial dan setiap orang dewasa terutama orang tuanya serta sifat yang ada pada diri manusia pada umumnya yang cenderung mencari keseimbangan dengan lingkungan dan dalam dirinya sendiri.
Tokoh lain yang beraliran konvergensi adalah anne anastasi (1958), seorang psikolog wanita terkenal yang pernha menjabat presiden dari “American Psichological association” ia mengajukan sebuah makalah yang dianggap bisa memuaskan semua pihak, setidaknya meredakan pertentangan antara aliran nativisme dan aliran empirisme.
Beberapa pernyataan yang dikemukakannya antara lain:
a.    Faktor lingkungan dan faktor konstitusi menjadi sumber timbulnya setiap perkembangan tingkah laku,
b.    Kedua faktor ini tidak dapat berfungsi secara terpisah, melainkan saling berhubungan,
c.    Bentuk interaksi yang terjadi dapat dikonseptualisasikan sebagai bentuk hubungan yang majemuk, artinya suatu hubungan yang terjadi mempengaruhi hubungan-hubungan lain yang akan terjadi
Dewasa ini hal-hal yang mengikuti aliran nativisme ataupun empirisme secara konsekuen boleh dikatakan tidak ada. Kalangan pelatih, guru penjas atau pembina olahraga di indonesia cenderung mengikuti konvergensi sebagai konsekuensinya adalah bahwa untuk mencapai prestasi olahraga yang setinggi-tingginya dan untuk mencapai prestasi puncak ditingkat internasional atlet harus benar-benar memiliki bakat olahraga dan memperoleh pembinaan yang sebaik-baiknya, termasuk didalamnya dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Apabila salah satu kurang memadai misalnya berbakat saja tanpa pembinaan yang kurang memadai atau kurang berbakat walaupun dibina dengan sebaik-baiknya tidak akan mencapai posisi puncak dalam kompetisi internasional.

Husdarta,Nurlan Kusmaedi, 2010. pertumbuhan & perkembangan peserta didik, Bandung: Alfabeta.
Desmita, 2012. Psikologi perkembangan peserta didik, Bandung: Rosda Karya.


No comments:

Post a Comment