1.
Aliran Nativisme – Teori Kematangan (Maturasional Theory)
Aliran ini berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan
individu lebih ditentukan oleh faktor keturunan, bawaan atau faktor internal
atau endogen. Salah satu teori yang beraliran nativisme adalah teori
kematangan, dikemukakan oleh Arnold Gessel (1954), di pengaruhi oleh teori “rekapitulasi” yang didalamnya terdapat
pandangan bahwa perkembangan individu mencerminkan bahwa perkembangan umum pada
speciesnya (species adalah rumpun makhluk hidup).
Menurut pandangan
Gessel dapat dikatakan, bahwa perubahan biologis yang terjadi pada diri peserta
didik menunjukkan perkembangan yang teratur dan mengikuti tahap-tahap unit,
kecepatan. Perkembangan pada setiap tahap perkembangan tidak sama untuk setiap
individu. Individu berkembang dengan kecepatan atau iramanya masing-masing,
namun dengan mengikuti pola urutan perkembangan yang relatif sama pada setiap
individu. Gessel berpendapat bahwa yang paling berpengaruh terhadap
perkembangan individu adalah faktor internal. Dia menyatakan bahwa kematangan
sebagai suatu proses cenderung lebih dikontrol oleh faktor internal, dalam hal
ini keturunan atau bakat, faktor eksternal juga berpengaruh, namun hanya
bersifat berkala. Dengan demikian perkembangan individu yang erat kaitannya
dengan masalah kematangan lebih dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat
dibandingkan dengan pengaruh faktor lingkungan.
Jauh sebelum teori Gessel muncul telah lahir seorang filsuf
dari prancis bernama Jean Jacques Rousseau (1712-1778) yang inti pandangannya
merupakan titik mula dari teori kematangannya gessel. Pandangan Rousseau
menjadi titik tolak dari pandangan yang menitik beratkan faktor dunia dalam
atau faktor keturunan sebagai faktor yang lebih menentukan perkembangan peserta
didik.
Karakter yang diperlihatkan oleh seseorang
bersifat intrinsik, oleh karena itu pandangan Rosseau digolongkan kepada
pandangan yang beraliran “Nativisme”.
Semenjak dari dalam kandungan, janin tumbuh menjadi besar
dengan sendirinya, dengan kodrat-kodrat yang dikandungnya sendiri. Diantara
faktor-faktor di dalam dirinya yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
individu adalah:
a. bakat atau pembawaan
anak
dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu. Bakat ini dapat diumpamakan
sebagai bibit kesanggupan atau bibit kemungkinan yang terkandung dalam diri
anak. Setiap individu memiliki bermacam-macam
bakat sebagai pembawaannya, seperti bakat musik, seni, agama, akal yang
tajam dan sebagainya.
b. sifat-sifat keturunan
sifat-sifat
individu dipusakai dari orang tua atau nenek moyang dapat berupa fisik dan
mental. Mengenai fisik misalnya bentuk muka, bentuk badan, suatu penyakit.
Sedangkan mengenai mental misalnya sifat pemalas, sifat pemarah, pendiam, dan
sebagainya. Dengan demikian jelaslah bahwa sifat-sifat keturunan ikut
menentukan perkembangan seseorang.
c. dorongan dan
instink
dorongan
adalah kodrat hidup yang mendorong manusia melaksanakan sesuatu atau bertindak
pada saatnya. Sedang instink atau naluri adalah kesanggupan atau ilmu
tersembunyi yang menyuruh atau mebisikkan kepada manusia bagaimana cara-cara
melaksanakan dorongan batin. Dengan perkataan lain, instink adalah sesuatu
sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan tanpa didahului
dengan latihan. Kemampuan instink ini pun merupakan pembawaan sejak lahir, yang
dalam psikologi kemampuan instink ini termasuk kapabilitas, yaitu kemampuan
berbuat ssuatu dengan tanpa melalui belajar.
Setiap
anak dilahirkan dengan dorongan-instink yang dikandung di dalam jiwanya. Ada
dorongan yang selama perkembangan berlangsung atau selama hidup manusia aktif
terus mempengaruhi hidup kejiwaan., seperti dorongan mempertahankan diri,
dorongan seksual, dan dorongan sosial. Dorongan mempertahankan diri misalnya
tampak pada bayi ketika mencari makanan. Dengan instink yang dimilikinya ia
berusaha mencari susu ibunya, sehingga memperoleh makanan untuk mempertahankan
hidupnya. Dorongan dan instink ini juga sangat besar pengaruhnya dalam
perkembangan individu.
2. Aliran Empirisme- Teori keperilakuan (Behavioral Theory)
Aliran
ini menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu lebih dipengaruhi
oleh lingkungan atau engalaman atau eksternal atau endogen. Salah satu teorinya
adalah teori keperilakuan ini merupakan kebalikan dari teori kematangan.
Apabila menurut teori kematangan menganggap bahwa faktor internal (keturunan)
lebih menentukan faktor perkembangan individu, maka menurut teori keperilakuan
menganggap sebaliknya bahwa faktor eksternal lah (lingkungan) yang lebih
menentuka perkembangan individu. Teori keperilakuan ini disebut pula “teori
lingkungan”.
Beberapa
ahli psikologi yang telah mengembangkan teori ini antara lain: ivan pavlov,
jhon waston, edward,thorndike, B.F.Skinner, Bijou dengan don baer, dan
lain-lain. menurut teori ini, dipandang dari perspektif perilaku, individu
dianggap pasif dan reaktif. Artinya individu akan berbuat apabila ada
rangsangan dari lingkungannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan
antara rangsangan (stimulus) dengan tanggapan (respon) merupakan bagian-bagian
dasar perilaku individu. Yang menjadi cikal bakal teori ini adalah ketika
seorang filsuf dari inggris bernama jhon locke (1632-1704) mengembangkan bahwa
pengalaman dan pendidikan merupakan faktor yang paling menentukan dalam
perkembangan anak atau peserta didik.
Jhon
locke memperkenalkan teorinya yang dikenal dengan “tabularasa”. Ia
mengumpamakan bayi yang baru lahir sebagai secarik kertas yang masih bersih.
Jadi goresan yang ditinggalkan pada kertas itu, menentukan bagaimana kertas
tersebut jadinya. Pandangan/aliran jhon locke dikenal dengan “empirisme”
(pengalaman) atau “environtmentalisme” (lingkungan).
Sebagaimana
telah dijelaskan bahwa perkembangan itu didorong dari dalam, dan dorongan itu
dapat melaju atau terhambat oleh faktor-faktor yang berada diluar dirinya.
Diantara faktor-faktor luar yang mempengaruhi perkembangan individu adalah:
a. Makanan
Makanan
meruopakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan individu. Hal ini
terutama pada tahun-tahun pertama dari kehidupan anak, makanan merupakan faktor
yang sangat penting bagi pertumbuhan yang normal dari setiap individu. Oleh
sebab itu dalam rangka perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi sehat dan
kuat, perlu memperhatikan makanan, tidak saja dari segi kuantitas (jumlah)
makanan yang dimakan, melainkan juga dari segi kualitas (mutu) makanan itu
sendiri.
b.
Iklim
Iklim
atau keadaan cuaca juga berpengaruh terhadap perkembangan dan kehidupan anak.
Sifat-sifat iklim alam dan udara mempengaruhi pula sifat-sifat individu dan
jiwa bangsa yang berada dalam iklim yang bersangkutan. Seseorang yang hidup
dalam iklim tropis yang kaya raya misalnya, akan terlihat jiwanya lebih tenang,
lebih “nrimo”, dibandingkan dengan seseorang yang hidup dalam iklim dingin,
karena iklim tropis keadaan alamnya tidak sekeras di iklim dingin, sehingga
perjuangan hidupnya pun cenderung lebih santai.
Hal
ini juga terlihat pada besar tubuh seorang anak, kesehatan dan kematangan
usianya banyak dipengaruhi oleh banyaknya udara yang segar dan bersih serta
sinar matahari yang diperolehnya, khususnya pada tahun-tahun pertama dari
kehidupannya. Kenyataan itu akan lebih nyata jika kita membandingkan antara
anak-anak yang hidup dilingkungan yang baik dan sehat dengan anak-anak yang
hidup di lingkungan yang buruk (kumuh) dan tidak sehat.
Keadaan
iklim dan llingkungan tersebut cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik dan
perkembangan mental anak, meskipun para ahli masih terus berdebat tentang
sejauh mana pengaruh-pengaruh itu terjadi pada perkembangan anak.
c. Kebudayaan
Latar
belakang kebudayaan suatu bangsa sedikit banyak juga mempengaruhi perkembangan
seseorang. Misalnya latar belakang budaya desa, keadaan jiwanya masih murni,
masih yakin akan kebesaran dan kekuasaan Tuhan, akan terlihat lebih tenang,
karena jiwanya masih berada dalam lingkungan kultur, kebudayaan bangsa sendiri
yang mengandung petunjuk-petunjuk dan falsafah yang diramu dari pandangan hidup
keagamaan. Lain halnya dengan seseorang yang hidup dalam kebudayaan kota yang
sudah dipengaruhi oleh kebudayaan asing.
d. Ekonomi
Latar
belakang ekonomi juga berpengaruh terhadap perkembangan anak. Orang tua yang
ekonominya lemah, yang tidak sanggup memenuhi kebutuhan pokok anak-anaknya
dengan baik, sering kurang memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan
anak-anaknya. Mereka menderita kekurangan-kekurangan secara ekonomis, sehingga
menghambat pertumbuhan jasmani dan
perkembangan jiwa anak-anaknya. Bahkan tidak jarang tekanan ekonomi
mengakibatkan pada tekanan jiwa, yang pada gilirannya menimbulkan konflik
antara ibu dan bapak, antara anak dan orang tua, sehingga melahirkan rasa
rendah diri pada anak.
e. Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga
Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga juga mempengaruhi perkembangannya. Bila anak itu merupakan anak tunggal,
biasanya perhatian orang tua tercurah kepadanya, sehingga ia cenderung memiliki
sifat-sifat seperti: manja, kurang bisa bergaul dengan teman-teman
sebayanya,menarik perhatian dengan cara kekanak-kanakkan, dan sebagainya.
Sebaliknya, seorang anak yang mempunyai banyak saudara, jelas orang tua akan
sibuk membagi perhatian terhadap saudara-saudaranya itu. Oleh sebab itu anak
kedua, ketiga keempat, dan seterusnyadalam suatu keluarga menunjukkan perkembangan
yang lebih cepat dibandingkan dengan anak yang pertama. Hal ini dimungkinkan
karena anak-anak yang lebih muda akan banyak meniru dan belajar dari
kakak-kakaknya.
3. Aliran Konvergensi-
Teori Kognitif (cognitive theory)
Aliran ini menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan
individu dipengaruhi oleh pembawaan maupun lingkungan. Pengaruh yang lebih kuat
dari keturunan atau lingkungan yang akan lebih mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan individu. Teorinya adalah teori kognitif ini yang meupakan teori
perpaduan (konfergensi) antara teori kematangan dan teori keperilakuan.
Konsepsi konvergensi dirumuskan secara baik oleh william stern dari jerman.
Aliran konvergensi ini berpendapat bahwa dalam perkembangan
individu itu baik bakat (pembawaan) maupun lingkungan memainkan peran penting.
Dia menggabungkan kedua pandangan nativisme dan empirisme kedalam pandangan
konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang dialami
anak adalah pengaruh dari unsur lingkungan dan pembawaan atau eksterna dan
internal, kedua pengaruh itu dimisalkan dengan dua buah garis yang bertemu atau
bergabung pada satu tempat kemudian menjadi satu garis yang kuat.
Salah satu lain mengembangkan teori ini adalah jean piaget
(1952). Ia mengemukakan bahwa individu dapat mempengaruhi lingkungan dan
sebaliknya lingkungan dapat mempengaruhi individu (terjadi interaksi). Menurut
teori ini proses perkembangan individu dipengaruhi oleh pertumbuhan biologis,
pengalaman, hubungan sosial dan setiap orang dewasa terutama orang tuanya serta
sifat yang ada pada diri manusia pada umumnya yang cenderung mencari
keseimbangan dengan lingkungan dan dalam dirinya sendiri.
Tokoh lain yang beraliran konvergensi adalah anne anastasi
(1958), seorang psikolog wanita terkenal yang pernha menjabat presiden dari
“American Psichological association” ia mengajukan sebuah makalah yang dianggap
bisa memuaskan semua pihak, setidaknya meredakan pertentangan antara aliran
nativisme dan aliran empirisme.
Beberapa
pernyataan yang dikemukakannya antara lain:
a. Faktor lingkungan dan faktor konstitusi
menjadi sumber timbulnya setiap perkembangan tingkah laku,
b. Kedua faktor ini tidak dapat berfungsi
secara terpisah, melainkan saling berhubungan,
c. Bentuk interaksi yang terjadi dapat
dikonseptualisasikan sebagai bentuk hubungan yang majemuk, artinya suatu
hubungan yang terjadi mempengaruhi hubungan-hubungan lain yang akan terjadi
Dewasa
ini hal-hal yang mengikuti aliran nativisme ataupun empirisme secara konsekuen
boleh dikatakan tidak ada. Kalangan pelatih, guru penjas atau pembina olahraga
di indonesia cenderung mengikuti konvergensi sebagai konsekuensinya adalah
bahwa untuk mencapai prestasi olahraga yang setinggi-tingginya dan untuk
mencapai prestasi puncak ditingkat internasional atlet harus benar-benar
memiliki bakat olahraga dan memperoleh pembinaan yang sebaik-baiknya, termasuk
didalamnya dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Apabila salah satu
kurang memadai misalnya berbakat saja tanpa pembinaan yang kurang memadai atau
kurang berbakat walaupun dibina dengan sebaik-baiknya tidak akan mencapai
posisi puncak dalam kompetisi internasional.
Husdarta,Nurlan Kusmaedi, 2010. pertumbuhan & perkembangan peserta didik,
Bandung: Alfabeta.
Desmita, 2012. Psikologi perkembangan peserta didik, Bandung: Rosda Karya.
No comments:
Post a Comment