Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Friday, 30 September 2016

Prinsip-prinsip dalam Perkembangan Anak


Prinsip 1: Perkembangan Melibatkan Perubahan
Berkembang berarti mengalami perubahan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan secara kuantitatif disebut juga pertumbuhan. Peserta didik/anak tidak saja menjadi bertambah besar secara fisik, tetapi juga ukuran dan struktur dalam organ dan otak meningkat. Pada pertumbuhan ada peningkatan ukuran (berat dan tinggi), maupun struktur atau proporsi tubuh. Perubahan secara kualitatif ditandai dengan adanya perubahan fungsi yang besifat progresif/maju dan terarah. Ada keterkatian antara perubahan yang satu dengan yang lain, maupun sebelum dan sesudahnya.
Perubahan dalam perkembangan terjadi karena adanya dorongan dalam diri individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk merealisasikan/ mengakutalisasikan dirinya. Selain terjadi perubahan dalam bentuk penambahan ukuran dan proporsi, terdjadi juga gejala hilangnya ciri-ciri lama dan munculnya ciri-ciri baru. Misalnya, jika terjadi rambut rontok maka akan tumbuh rambut baru, kemampuan bahasa anak berubah dari sekedar menangis sampai mampu berbicara dan berkomunikasi denggan orang lain.

Prinsip 2: Perkembangan Awal Lebih Kritis daripada Perkembangan Selanjutnya
Tahun-tahun awal kehidupan anak (0-5 tahun) merupakan saat yang kritis bagi perkembangan selanjutnya. Perkembangan awal kehidupan merupakan landasan bagi pembentukan dasar-dasar kepribadian seseorang. Perilaku yang terbentuk cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap perilaku anak sepanjang hidupnya. Pada tahun tahun awal, anak belajar menyesuaikan dan membiasakan diri dengan berbagai hal yang ada di sekitarnya. Pada saat ini juga terbentuk kepercayaan dasar (basic trust) yang sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak selanjutnya.
Beberapa kondisi yang mempengaruhi dasar awal perkembangan antara lain: hubungan antarpribadi terutama dengan anggota keluarga, keadaan emosi yang terbentuk karena sikap menerima atau menolak dari orang tua atau anggota keluarga yang lain, cara atau pola pengasuhan anak, latar belakang keluarga, serta rangsangan yang diberikan. Anak yang kelahirannya tidak diharapkan, misalnya, akan mempengaruhi sikap ibu dan anggota keluarga lain untuk tidak terlalu peduli, kurang memberikan kasih sayang, dll. Hal ini membuat anak merasa diabaikan, tidak diperlukan, tidak dikasihi, dan tidak nyaman, yang dapat berakibat lebih lanjut bagi perilaku anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat menarik perhatian orang lain atau sebaliknya anak menjadi pendiam dan menarik diri.
Sikap dan perilaku anak yang terbentuk pada tahun-tahun awal kehidupan cenderung bertahan/menetap dan mewarnai kepribadian dan sikap perilaku anak dalam berinteraksi dengan diri dan lingkungan selanjutnya. Sikap dan perilaku yang terbentuk agak sulit diubah, meskipun tidak berarti tidak dapat berubah sama sekali. Akan tetapi, pengubahan sikap dan perilaku tersebut (terutama yang kurang baik/negatif) memerlukan motivasi dan usaha keras dari orang yang bersangkutan untuk mau berubah dan memperbaiki perilaku kebiasaan yang kurang baik tersebut.

Prinsip 3: Perkembangan Merupakan Hasil Proses Kematangan dan Belajar
Menurut teori Konvergensi yang dikemukakan oleh Stern, perkembangan seseorang merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Stern memadukan atau mengkonvergensikan teori Naturalisme dan Empirisme. Menurut teori Naturalisme, perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor alam (nature), bakat pembawaan, keturunan/heriditas seseorang, termasuk di dalamnya kematangan seseorang.. Sementara itu, teori Empirisme berpendapat bahwa perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor lingkungan tempat anak/individu itu berada dan tumbuh-kembang, termasuk di dalamnya lingkunan keluarga, sekolah, dan belajar anak.
Kenyataannya, faktor pembawaan maupun lingkungan saling mempengaruhi dalam perkembangan seseorang. Kedua faktor tersebut dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan seseorang. Keduanya saling berinteraksi dan mempengaruhi.Seorang anak yang mempunyai bakat musik, misalnya, perkembangan bakat atau kemampuan bermain musiknya tidak akan optimal apabila tidak mendapatkan kesempatan belajar musik. Jadi, potensi anak/peserta didik yang sudah ada/dibawa sejak lahir akan bekembang optimal, apabila lingkungan mendukungnya. Dukungan itu di antaranya dengan penyediaan sarana prasarana serta kesempatan untuk belajar dan mengembangkan potensi dirinya.

Prinsip 4: Perkembangan Mengikuti Pola Tertentu yang dapat Diramalkan
Perubahan akibat perkembangan yang terjadi pada seseorang mengikuti pola urut tertentu yang sama, walaupun kecepatan masing-masing individu berbeda-beda. Perkembangan fisik dan psikis bayi, misalnya, mengikuti hukum arah perkembangan yang menyebar ke luar dari titik poros sentral tubuh ke anggota-anggota tubuh (proxomodistal), serta menyebar ke seluruh tubuh, dari kepala ke kaki (cephalucaudal). Demikian juga, pada perkembangan pola anak belajar berjalan. Sebelumnya, anak mampu duduk lebih dahulu, berdiri, baru dapat berjalan, dan kemudian berlari. Urutan pola ini tetap pada setiap anak, hanya berbeda dalam kecepatan atau tempo yang dibutuhkan setiap anak untuk dapat berjalan.
Berkenaan dengan pola tertentu dalam perkembangan dikenal hukum tempo dan irama perkembangan. Tempo perkembangan adalah waktu yang dibutuhkan seseorang untuk mengembangkan aspek tertentu pada dirinya. Ada yang membutuhkan waktu yang cepat atau sebentar, sedang, atau lambat dalam belajar atau mengembangkan kemampuan aspek tertentu. Irama perkembangan adalah ritme atau naik turunnya gejala yang tampak akibat perkekembangan aspek tertentu.
Pada saat perkembangan tertentu anak tampak tenang atau goncang/gelisah. Pada periode perkembangan sekurangnya ada dua periode di mana anak mengalami kegon-cangan atau pancaroba. Pertama, pada masa krisis/menentang pertama (2-3 tahun) di mana kemauan/kehendak anak mulai berkembang dan ingin mandiri sehingga menentang ketergantungan dirinya pada orang tua atau orang lain. Kedua, pada masa krisis/ menentang kedua (14-17 tahun) anak ingin melepaskan diri dari orang tua/orang dewasa dan mencari sampai menemukan jati dirinya sebagai manusia dewasa yang mempunyai karakteristik tertentu.

Prinsip 5: Pola Perkembangan Memiliki Karakteristik Tertentu
Pola perkembangan, selain mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan, juga terdapat pola-pola perkembangan karakteristik tertentu. Perkembangan bergerak dari tanggapan/persepsi yang umum menuju yang lebih khusus. Pada awal anak belajar atau berinteraksi dengan lingkungan, anak mendapat tanggapan secara umum, baru kemudian secara bertahap tanggapan/pessepsi anak semakin khusus dan terperinci.
Perkembangan pun berlangsung secara berkesinambungan. Hal ini berarti, perkembangan aspek sebelumnya akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Demikian pula ada korelasi atau hubungan dalam perkembangan, artinya pada waktu perkembangan fisik berlangsung dengan cepat, maka terjadi pula perkembangan aspek-aspek lainnya, seperti perkembangan ingatan, penalaran, emosi, sosial, dll.
Kondisi yang mempengaruhi pola perkembangan ada yang bersifat permanen/ tetap seperti sebelum dan saat kelahiran (cacat, memiliki bakat tertentu), tetapi ada pula yang bersifat temporer seperti kondisi lingkungan (sakit, interaksi dengan anggota keluarga dan teman, kondisi sosial budaya, dll).

Prinsip 6: Terdapat Perbedaan Individu dalam Perkembangan
Dalam perkembangan seseorang, selain terdapat pola-pola umum yang sama dan dapat diramalkan, terdapat pula perbedaan pada hal-hal yang khusus. Adanya perbedaan individu dalam perkembangan disebabkan setiap anak adalah individu yang unik, yang satu sama lain berbeda, kendati anak kembar. Perbedaan individu itu disebabkan oleh faktor internal seperti sex atau jenis kelamin, faktor keturunan atau heriditer, juga faktor eksternal seperti faktor gizi, pengaruh sosial budaya, dll. Perbedaan perkembangan juga terjadi antara lain dalam kecepatan dan cara berkembang.
Dengan mengetahui adanya perbedaan individu, maka kita tidak dapat berharap semua anak pada usia tertentu akan memiliki kemampuan perkembangan yang sama. Dan karenanya, kita tidak dapat memperlakukan semua anak dengan cara yang sama. Pendidikan anak harus bersifat perseorangan. Maksudnya, pendidikan dirancang dan dilaksanakan dengan memperhatikan perbedaan, kondisi, bakat dan kemampuan serta kelemahan setiap individu anak. Dengan pendidikan dan perlakuan yang demikian, diharapkan setiap anak dapat berkembang optimal sesuai dengan potensi dirinya.

Prinsip 7: Setiap Periode Perkembangan Memiliki Karakteristik Khusus
Setiap anak/peserta didik memang merupakan individu yang berbeda, yang harus diperlakukan berbeda secara individual. Namun demikian, pada perkembangan secara keseluruhan dan juga pada periode atau tahapan perkembangan dalam kehidupan seseorang, terdapat pola-pola umum. Dengan memperhatikan karakteristik khusus pada setiap periode atau tahapan perkembangan, maka diharapkan kita mendapat gambaran mengenai apa yang akan terjadi sehingga dapat menyikapinya dengan tepat dan membantu perkembangan anak secara optimal.
Para ahli mengemukakan berbagai macam pembagian periode atau tahap perkembangan yang berbeda-beda. Salah satu pembagian periode perkembangan yang dikemukakan oleh Hurlock adalah periode pralahir, periode bayi, periode anak (awal dan akhir), periode remaja (awal dan akhir), serta periode dewasa (dewasa dini, usia madya, dan usia lanjut).
Peralihan periode perkembangan sebelumnya ke periode berikutnya ditandai oleh gejala keseimbangan dan ketidakseimbangan yang terjadi pada setiap individu. Apabila individu telah mampu mengadakan penyesuaian dirinya dengan perkembangan yang terjadi, maka terbangunlah suatu keseimbangan (equilibrium). Selanjutnya, individu berupaya melepaskan diri dari ketergantungannya dengan lingkungan atau keadaan sebelumnya untuk mencari sesuatu yang lebih baru sehingga terjadi keadaan ketidakseimbangan (disequilibrium). Hal ini terjadi secara berkelanjutan dalam perkembangan kehidupan seseorang.

Prinsip 8: Terdapat Harapan Sosial pada Setiap Periode Perkembangan
Pada setiap periode perkembangan juga terdapat harapan sosial, yang oleh Havighurst disebut tugas perkembangan (development task). Mengingat pentingnya peran tugas perkembangan pada setiap periode perkembangan, maka akan dibahas secara tersendiri khususnya tugas perkembangan pada periode anak usia SD/MI (6-12 tahun).
Seseorang dianggap berperilaku normal apabila mampu melakukan tugas perkembangan sesuai dengan tuntutan sosial pada periode tertentu dengan menunjukkan pola perilaku yang umum, dan perilaku bermasalah apabila individu tidak berhasil memenuhi tugas perkembangan atau mengalami kesulitan dalam mengadakan pernyesuaian perilaku, sesuai dengan tuntuan sosial dan pola perilaku yang muncul pada periode tertentu. Perilaku bermasalah pada periode perkembangan terjadi karena adanya keterlambatan ataupun percepatan perkembangan aspek tertentu pada diri seseorang dibandingkan dengan gejala perkembangan aspek tertentu pada umumnya, dan individu tersebut mengalami kesulitan penyesuaian dengan teman-teman seusianya.
Peserta didik yang mengalami keberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya akan mengalami rasa bahagia. Sebaliknya, peserta didik yang menga-lami kegagalan atau kekurangberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, akan merasa kurang bahagia sehingga dapat menghambat perkembangan selanjutnya.

Prinsip 9: Setiap Perkembangan Mengandung Bahaya Potensial/Resiko
Bahaya potensial atau resiko yang terjadi karena peralihan antarperiode perkembanganyakni dari periode perkembangan sebelumnya ke periode perkembangan selanjutnya, terjadi keadaan ketidakseimbangan dan adanya tuntutan sosial terhadap peserta didik yang sedang berkembang. Bahaya potensial tersebut dapat berasal dari dalam individu, baik secara fisik maupun psikis, juga dapat distimulasi dari luar sehubungan dengan masalah-masalah penyesuaian akibat keadaan ketidakseimbangan dan tuntuan sosial untuk menyelesaikan tugas perkembangan itu.
Dengan menyadari adanya bahaya potensial atau resiko pada setiap periode perkembangan, kita perlu bersikap bijaksana dalam menghadapi gejolak perilaku peserta didik. Hal ini akan dapat mencegah atau meminimalkan dampak negatif akibat perkembangan setiap periode pada diri mereka.

Prinsip 10: Kebahagiaan Bervariasi pada Berbagai Periode Perkembangan
Kebahagian dalam perkembangan sangat bervariasi karena sifatnya subjektif. Rasa kebahagiaan itu dipersepsi dan dirasakan setiap orang dengan cara yang sangat bervariasi. Akan tetapi,banyak orang berpendapat bahwa masa anak merupakan periode yang membahagiakan dibandingkan dengan periode-periode lainnya.
Kebahagiaan pada masa kecil memegang peranan penting dalam perkembangan seseorang karena menjadi modal dasar bagi kesuksesan perkembangan dan kehidupan selanjutnya. Anak yang bahagia tercermin pada sosok dan perilakunya. Biasanya mereka sehat dan energik. Oleh karena itu, pada masa perkembangan, guru maupun orang tua perlu membekali anak dengan motivasi yang kuat, menyalurkan energi anak pada kegiatan-kegiatan bermanfaat, melatih mereka menghadapi dan menerima keadaan ketidakseimbangan dan situasi sulit dengan lebih tenang dan tidak panik, serta mendorong mereka untuk membina hubungan sosial secara sehat.

Berdasarkan hasil penelitian, kebahagaian seseorang dipengaruhi oleh penerimaan (acceptance) dan kasih sayang (affection) dari orang-orang di sekitarnya, serta prestasi (achievement) yang dicapai oleh seseorang dalam kehidupannya.

No comments:

Post a Comment