Awal tahun 2019 ini diawali dengan memori di tahun 2018. Tahun 2018 meninggalkan jejak yang beraneka ragam, seberanekanya yang jual aneka kue di pinggir jalan. Yang paling berkesan dan diingat biasanya memori yang sangat menyenangkan atau menyakitkan. Dan jejak yang paling akhir biasanya yang masih diingat.
Di akhir tahun 2018, di masa terjadinya kebiasaan reuni kecil kelompok kami di akhir tahun yang biasanya diisi dengan celotehan cerita zaman kuliah atau gosip-gosip tentang teman kami semasa kuliah. Pertemuan ini diwarnai oleh keterkejutan kami akan bercerainya salah satu anggota dari kelompok kecil kami. Sedikit shock lah kami mendengar berita perpisahan dia yang secara keluarganya itu benar-benar dream family. Menikah di usia yang masih muda, masih kuliah saat itu. Menikah layaknya dua insan cantik dan tampan yang tentu saja membuat iri teman-teman kuliah saat itu. Betul yang perempuan cantik dan yang lelaki pun tampan. Keduanya insya Allah sholeh dan sholehah, pintar, dan berasal dari keluarga yang baik. 4 hal yang jadi pertimbangan menikahpun ada di diri mereka semuanya. Agama, kecerdasan, cantik/tampan, dan juga materi. Sebuah keluarga idaman kan.
Tapi semua itu tidak menjamin kelanggengan sebuah pernikahan yang di dalamnya mungkin sangat rumit. Yang tidak akan terbayangkan oleh jomblo akut bahagia seperti saya. Jomblo seperti saya yang tidak pernah berpengalaman mengarungi dahsyatnya samudra pernikahan ya cuman bisa mengira-ngira saja kenapa sih sampai ada perceraian yang bikin anak-anak mereka jadi korban. Juga bisa bikin korban perasaan juga. Jadi kadang, dari kacamata jomblo macam saya sih, belum menikah juga bisa jadi kabahagiaan. Yah kalau dipandang dari sudut kamera yang pas sih, hidup jomblo macam saya yah patut disyukuri juga lah. Bebas kemana pun pergi tanpa harus izin suami atau ninggalin anak di rumah. Asal punya duit bisa bebas pergi ke mana pun. Cuma sayangnya jomblo macam saya ini duitnya cekak yang tiap abis gajian langsung abis buat bayar segala utang dan lain-lain.
Yah, bersyukur lah walau jomblo. Gak jadi korban perasaan. Palingan sih korban perasaan kesepian. Walaupun banyak juga lah pasangan yang sangat bahagia yang awet sampe nenek kakek sampai meinggalnya pun ampir barengan. Gak boleh lah berniat jomblo seumur hidup, takut gak diakui umat Nabi Muhammad. Sebagai perempuan yah saya sih nunggu ada yang lamar, walaupun sampai bikin tulisan ini, belum ada satu pun lelaki sholeh yang ngajak nikah. Bersyukur sajalah, mungkin Allah masih kasih waktu buat memperbaiki diri biar nanti pas ketemu jodohnya itu yang benar-benar terbaik menurut Allah.
Ah si jomblo ini sih harus bahagia lah. Kalau tidak berusaha untuk bahagia ya rugi banget. Kebayang kan jomblo yang tidak bahagia. Ngenes banget nulisya juga...
No comments:
Post a Comment