Yang istilahnya Instan biasanya berkaitan dengan sesuatu yang negatif. Mulai dari makanan instan. hampir semuanya yang berjenis makanan instan itu tidak sehat, mulai dari mi instan, kopi instan, minuman instan dan makanan minuman instan lainnya tidak memenuhi standar kesehatan. Begitu juga artis instan, selebriti instan, penyanyi instan dan jenis pekerjaan instan lainnya tidak memenuhi kualitas yang terstandar. Bisa dipastikan artis instan itu memang cepat terkenal tapi cepat meredup juga.
Bagaimana dengan mental instan. Apa sih mental instan itu?. Mental Instan adalah mental yang ingin serba cepat, tidak mau ribet, tidak mau susah. Contoh sederhana adalah dalam pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM). Mental instannya itu ingin mendapatkan SIM tanpa mengikuti prosedural yang berlaku. Lamanya proses pembuatan SIM membuat sebagian besar masyarakat mengambil jalur cepat dengan membayar lebih kepada 'Oknum' petugas. Padahal jika dibandingkan dengan pembuatan SIM di negara-negara maju seperti Jepang atau Jerman, pembuatan SIM di kedua negara maju tersebut sangat ribet, lama dan mahal. Kenapa sih negara-negara maju tersebut sangat 'mempersulit' pembuatan SIM. Karena dalam mengeluarkan SIM itu mereka tidak asal mengeluarkan SIM. Ada sebuah tanggung jawab yang besar bagi negara untuk memberikan SIM pada warga negaranya. Tanggung jawab itu meliputi salah satunya keselamatan dalam berkendaraan. Tidak seperti di negara kita, di negara Jepang dan Jerman, untuk mendapatkan SIM itu harus melewati berbagai macam proses. Bagi warga negaranya yang ingin mendapatkan SIM harus ditatar tentang teori berlalu lintas sekitar 6 bulan, lalu ada tes kejiwaan, tes kesehatan, tes mengemudi yang benar-benar di tes mengemudi di jalanan. Cerita seorang teman yang bermukim di Jerman, cost untuk mendapatkan SIM itu sekitar 2000 euro, mahal banget. Begitupun cost membuat SIM di Jepang juga sama mahalnya, jika dikonversi ke rupiah bisa sampai puluhan juta. Jadi memang sulit sekali untuk mendapatkan SIM di kedua negara tersebut.
Sangat berbeda jauh dengan proses pembuatan SIM di negara kita. Baru ribet sedikit harus tes kesehatan, tes kejiwaan, tes teori, dan tes mengendarai yang memakan waktu 1 sampai 2 hari saja sudah mengeluh. Dengan dalih sibuk dengan pekerjaan, kebanyakan dari mereka mengambil jalan pintas dengan jalan 'menembak' SIM dengan harga yang 2 atau 3 kali lebih mahal dari harga legal. Bandingkan dengan pembuatan SIM di Jerman yang memakan waktu sampai 2 tahun dengan biaya puluhan juta rupiah.
Jelas terlihat akibat dari mudahnya pembuatan SIM di Indonesia ditambah dengan praktek SIM hasil tembak. Perilaku para pengendara kendaraan bermotor jauh dari yang diharapkan. Kita bisa lihat kenyataannya sekarang, para pemotor atau pengendara mobil yang menyerobot jalur Busway, pemotor yang mengambil hak pejalan kaki di trotoar, mobil dan motor yang saling serobot, pelanggaran lampu lalu lintas, berhenti di zebra cross ketika lampu merah, dan masih banyak lagi pelanggaran dalam berlalu lintas adalah bukti dari mudahnya mendapatkan SIM. Sekali lagi mental instan yang harus disalahkan, mental yang tidak mau menjalankan proses, mental yang ingin cepat beres, mental yang merugikan banyak pihak.
Semoga saja, di masa depan, kita masyarakat Indonesia bisa memperbaiki mentalnya, minimal perbaiki mental diri sendiri. Jangan sampai kita bermental instan, karena yang namanya instan tidak mendatangkan kebaikan. ..^_^..
Ditulis sebagai pengingat diri sendiri
No comments:
Post a Comment