pic credit: pinterest |
Sekufu: Apakah Sesuatu yang Penting?
Pernah mendengar kisah seorang mertua yang mengeluhkan menantu perempuannya yang tidak mengenyam pendidikan sarjana. Ada juga kisah seorang istri yang meremehkan suaminya katika dia sedang emosi karena penghasilan sang istri lebih besar dari suami. Atau perceraian yang terjadi karena kedudukan sosial sang istri lebih tinggi dari sang suami. Penulis mendengar dan membaca beberapa kisah yang kurang mengenakkan terkait dengan istilah sekufu dan tidak sekufu.
Kisah pernikahan Zaid bin Haritsah, seorang mantan budak yang diangkat anak oleh Rasulullah SAW dengan Zainab binti Jahsy, anak dari bibi Rasulullah, Umaimah binti Abdul Muthalib, yang diabadikan dalam al Qur’an ini sangat bisa kita jadikan pelajaran dan rujukan dalam memilih pasangan ataupun membina pernikahan.
Banyak hal yang bisa kita ambil pelajaran dari kisah pernikahan Zaid bin Haritsah dan Zainab binti Jahsy yang hanya bertahan sekitar satu tahun saja. Zaid dan Zainah ada dua orang yang dekat dengan Rasululloh. Mereka adalah orang-orang yang sholeh dan sholehah. Rasululloh sangat menyayangi Zaid sehingga ketika cukup usia Zaid untuk menikah dan Zaid meminta pada Rasululloh untuk mencarikan seorang istri, maka tanpa ragu Rasululloh menjodohkannya dengan Zainab, sepupunya yang beliau sayangi dan yakini tingkat ketakwaannya yang tinggi.
Zaid dan Zainab adalah dua orang yang kadar keimanan dan ketakwaannya tidak perlu dipertanyakan lagi. Keduanya adalah kesayangan Rasululloh sehingga tanpa ragu Rasululloh menjodohkan mereka dan ingin agar mereka menikah dan membina rumah tangganya dengan baik.
Tetapi sayangnya perbedaan yang sangat besar menjadi halangan dan rintangan bagi Zaid dan Zainab dalam membina rumah tangga mereka. Zaid yang seorang mantan budak tidak bisa menaklukkan hati Zainab yang seorang anak bangsawan Quraisy. Dengan besarnya perbedaan diantara Zaid dan Zainab, akhirnya mereka pun bercerai setelah satu tahun berusaha untuk menjaga dan mempertahankan biduk rumah tangga mereka.
Dari kisah pernikahan Zaid dan Zainab, kita tidak bisa menyalahkan mereka. Pun tidak bisa menyalahkan keputusan Rasululloh saat menjodohkan mereka. Rasululloh menjodohkan mereka dengan niat baik untuk meruntuhkan adat budaya bangsa Arab saat itu yang masih sangat menjunjung tinggi strata sosial. Begitupun dengan Zaid dan Zainab yang menerima pernikahan tersebut dalam rangka ketakwaan mereka pada Allah SWT. Hanya saja ternyata Zaid dan Zainab tidak bisa mentolerir perbedaan diantara mereka. Zainab dengan titel bangsawannya tetap kurang bisa menerima Zaid begitupun Zaid tidak bisa menerima jika Zainab terus menganggap kedudukan suaminya lebih rendah.
Hikmah yang bisa diambil dari kisah Zaid dan Zainab adalah pentingnya sekufu atau sepadan dalam memilih pasangan hidup. Sebenarnya pasangan yang tidak sekufu pun tidak buruk. Hanya saja ketika kita menerima pasangan yang tidak sekufu maka ada kerja ekstra yang harus dilakukan oleh kita agar mampu menggapai rumah tangga yang harmonis dengan segala perbedaan yang ada.
Wallahua’alam…..^_^
No comments:
Post a Comment