Sumber Gambar: greatmind.id |
Ismaun (2010) mengemukakan bahwa filsafat ilmu berfungsi untuk memberikan landasan filosofis dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
Menurut Tafsir (Hamid & Komar, 2013) sekurang-kurangnya ada empat macam manfaat mempelajari filsafat yaitu: agar manusia terlatih berfikir dengan serius, mampu memahami dengan filsafat, memungkinkan menjadi seorang filosof dan supaya menjadi menjadi warga negara yang baik.
Alwasilah (Hamid & Komar: 2013) menyebutkan “fungsi dari filsafat ilmu itu untuk menemukan tujuan pendidikan dan model kegiatan belajar mengajar.” Dengan tujuan ini memungkinkan kegiatan perumusan ulang mengenai tujuan pendidikan dan metode balajar mengajar yang relevan dengan hakikat keilmuan bahkan juga bisa memberikan motivasi pada berkembangnya perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa untuk penalaran ilmiah.
Berdasarkan tujuan, manfaat dan fungsi yang dikemukakan para ahli diatas bisa disimpulkan bahwa manfaat mempelajari filsafat bagi guru atau akademisi adalah bahwa kita sebagai guru dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu akan mampu untuk membangun teori ilmiah dan dapat terbantu oleh landasan filosofisnya sehingga dalam melakukan pengajaran ada dasar-dasar filosofis yang menuntun kita. Dengan mempelajari filsafat, kita sebagai pendidik juga dapat menanamkan pemahaman tentang konsep alam semesta, maknanya dan nilainya baik kepada diri sendiri juga kepada siswa yang kita didik. Dengan mempelajari filsafat kita juga didorong untuk memiliki sikap kreatif, menerapkan nilai, menerapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun kita pada jalan baru sehingga dalam menjalani kehidupan sebagai pendidik, kta juga didorong untuk terus melakukan pencarian dan penelitian tentang cara pembelajaran yang lebih baik yang dapat membantu mengeluarkan seluruh kemampuan siswa kita secara optimal.
Dengan memahami filsafat kita juga dilatih untuk berfikir tentang hakikat ilmu dan berfikir reflektif dalam lingkup ilmu yang kita pelajari. Memahami filsafat akan menghindarkan diri kita dari memutlakan kebenaran ilmiah dan menganggap bahwa ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran dan juga akan menghindarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain di luar bidang ilmunya. Kita akan dituntut untuk menghargai semua bidang keilmuan dan memahami bahwa semua bidang keilmuan akan bermanfaat untuk kehidupan. Lebih jauh lagi, dengan filsafat kita juga memproses diri kita dengan koreksi diri bahwa kita harus berterus terang tentang kebenaran yang kita capai dan seberapa jauh kita telah menjangkau kebenaran yang dicari dengan demikian kita akan menyadari dengan rendah hati bahwa kita tidak akan sanggup untuk mengetahui segala hal yang ada di alam semesta ini.
Bagi seorang pendidik dan akademisi, memahami filsafat berarti juga menemukan arti dan makna kita sebagai pendidik. Kita dapat menemukan tujuan dari pendidikan dan juga model kegiatan apa yang efektif untuk kegiatan belajar mengajar sehingga kita bosa merumuskan ulang mengenai tujuan pendidikan dan metode belajar yang sesuai dengan hakikat keilmuan. Dan juga dapat mendorong kita untuk terus mengembangkan ilmu, sikap dan keterampilan kita baik sebagai pendidik maupun akademisi.
Setelah mengetahui dan memahami berfilsafat dalam pendidikan maka kita sebagai seorang pendidik bisa memikirkan metode apa saja yang sebaiknya digunakan oleh kita sebagai guru untuk menerapkan pemahaman kita berfilsafat dalam proses mendidik siswa kita. salah satu contoh penerapan dari pemahaman kita akan filsafat ilmu pendidikan adalah mengetahui metode yang terbaik untuk mendidik siswa kita. Dalam hal ini, Sadulloh (2014:204) berpendapat bahwa metode yang sebaiknya dilakukan dalam mendidik adalah disiplin dan bukan dengan kekuasaan. Disiplin terbentuk karena tumbuhnya dan keluarnya minat dan kemauan dari dalam diri siswa itu sendiri. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam mendidik, yaitu:
1. Guru tidak boleh memaksakan suatu ide atau tindakan yang tidak sesuai dengan minat dan kemampuan siswa.
2. Guru hendaknya menciptakan suatu situasi yang memungkinkan siswa agar merasakan masalah sehingga muncul minat untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Guru hendaknya mengenal minat dan bakat masing-masing dari anak didiknya sehingga mampu untuk membantu mengembangkan minat dan bakat dari siswanya.
4. Guru harus mampu menciptakan situasi yang bisa membangkitkan rasa kerja sama, antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan juga antar sesama guru.
No comments:
Post a Comment