Menurut Piaget (1954), ada empat tahap perkembangan kognitif, yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasi, tahap operasi konkret, dan tahap operasi formal (Santrock, 2011, hal 28).
· Tahap Sensorimotor. Tahap ini berlangsung mulai dari lahir hingga usia sekitar 2 tahun. Dalam tahap ini, bayi membangun pemahaman mengenai dunianya dengan mengordinasikan pengalaman-pengalaman sensoris (melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan fisik dan motorik.
· Tahap Praoperasi. Tahap ini berlangsung kurang lebih dari usia 2 – 7 tahun. Dalam tahap ini, anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar, melampaui hubungan sederhana antara informasi sensoris dan tindakan fisik. Menurut Piaget, anak-anak prasekolah ini belum mampu melakukan tindakan operasi, yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental apa yang sebelumnya dilakukan secara fisik.
· Tahap Operasi Konkret. Tahap ini berlangsung kurang lebih dari usia 7 – 11 tahun. Dalam tahap ini, anak-anak dapat melakukan operasi yang melibatkan objek-objek dan juga dapat bernalar secara logis, sejauh hal itu diterapkan dengan contoh-contoh yang spesifik atau konkret. Pemikir operasi konkret tidak dapat membayangkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan aljabar, karena terlalu abstrak untuk dipikirkan pada tahap perkembangan ini.
· Tahap Operasi Formal. Tahap ini berlangsung antara usia 11 – 15 tahun dan terus berlangsung hingga masa dewasa. Ini adalah tahapan terakhir menurut Piaget. Dalam tahap ini, individu melampaui pengalaman-pengalaman konkret dan mampu berpikir secara abstrak dan lebih logis. Dalam aspek memecahkan masalah, anak-anak pada tahap ini dapat bekerja secara lebih sistematis dengan mengembangkan hipotesis mengenai mengapa sesuatu terjadi seperti itu kemudian menguji hipotesis tersebut.
Tahap di usia SD adalah tahap konkret. Menurut Rusman (2012:253) konkret bermakna bahwa proses belajar bermula dari hal-hal yang nyata yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas bagi anak Sekolah Dasar.
Jadi dalam mengajar siswa di tahap konkret, guru harus menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa pada usia tahap konkret belum mampu diberikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak. Guru harus mengajar dengan hal-hal yang konkret yang bisa dengan langsung dirasakan, dilihat, didengar, diraba dan diotak-atik. Misalnya dalam mengajarkan sifat benda cair, guru semestinya mengajar dengan membawa bahan-bahan yang bisa membuktikan sifat benda cair atau jika mengajar jenis-jenis hewan, guru harus membawa bendanya ke dalam kelas jika tidak bisa membawa hewan ke dalam kelas, guru bisa menggunakan gambar.
Teori kognitif sosial pertama kali dikenalkan oleh Albert Bandura. Teori kognitif sosial menyatakan bahwa perilaku, lingkungan, dan kognisi merupakan faktor-faktor penting dalam perkembangan. (Santrock: 2011, 30)
Bandura (Santrock:2011) menegaskan bahwa “proses-proses kognitif memiliki kaitan dengan lingkungan dan perilaku”. Model belajar dan perkembangan Bandura yang dikembangkan baru-baru ini melibatkan tiga elemen yaitu: perilaku, pribadi dan lingkungan. Ketiga elemen tersebut saling berinteraksi.
Sebagai contoh, anak-anak yang tumbuh di lingkungan pedesaan akan berbeda dengan anak-anak yang tumbuh di daerah perkotaan. Anak-anak yang tumbuh di kawasan kumuh juga akan berbeda dengan anak-anak yang tumbuh di lingkungan kompleks elit. Dalam proses perkembangannya, kemungkinan anak-anak yang tumbuh di pedesaan akan lebih berkembang secara natural karena dikelilingi oleh alam, perkembangan psikomotornya pun akan lebih aktif dengan permainan-permainan khas pedesaan yang akan melatih jasmani berbeda dengan perkembangan anak di perkotaan yang kebidupan sehari-harinya telah dikelilingi oleh teknologi dengan permainan yang tidak membutuhkan banyak gerak.
Rusman, M. 2012. Model-Model Pembelajaran. RajaGrafindo. Depok
Santrock, J W. 2009. Life-Span Development: Perkembangan Masa-Hidup. Erlangga.
No comments:
Post a Comment