Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Sunday 27 February 2011

Gambaran Hitam Putihnya Cinta

Gambaran Hitam Putihnya Cinta

Cinta tergambar menjadi cinta yang hitam dan cinta yang putih. Cinta yang tercela dan cinta yang terpuji.  Gambaran cinta yang hitam terlukis dalam kisah cinta yang tragis dan merugi  sedangkan gambaran cinta yang putih terlukis dalam kisah cinta yang suci, terpuji dan indah. Dunia senantiasa diwarnai oleh hitam putihnya cinta manusia. Ada yang benar dalam melabuhkan cintanya dan tidak sedikit pula ada yang salah melabuhkan cintanya.
Gambaran cinta yang hitam maupun putih telah terlukis dalam berbagai kisah. Kisah terkenal yang menggambarkan hitamnya cinta adalah kisah cintanya Firaun terhadap kekafirannya, cintanya terhadap dirinya sendiri sehingga bersikeras mengganggap dirinya sebagai Tuhan.
Gambaran cinta hitam terlukis jelas dalam kisah Abu Jahal yang begitu merindukan neraka sehingga sulit sekali bagi dirinya untuk mengucapkan Laa Illaha Illallaah. Abu Jahal pernah berkata ketika dia ditanya apa yang menyebabkan dia masuk neraka lalu dia menjawab “Karena aku mabuk cinta. Janganlah kalian mencemooh karena cintaku yang membara sebab aku akan bergeming terhadap cemoohan kalian”. Jelaslah sudah gambaran cinta Abu Jahal adalah gambaran cinta yang sangat hitam pekat.
Gambaran cinta hitam di masa kini pun sangat terlihat jelas. Kisah cinta manusia yang mendalam terhadap dunia yang sementara. Seyogyanya dunia dijadikan tempat hanya sebagai tempat untuk sebentar melepas lelah sebelum menuju tujuan sebenar. Seyogyanya dunia dijadikan tempat untuk mencari bekal yang cukup untuk akhirat. Tetapi yang terjadi kebanyakan manusia terlalu mencintai dunia seakan-akan dia akan hidup selamanya di dunia hingga melupakan kehidupannya yang kekal di akhirat.
Gambaran cinta yang putih dan suci akan senantiasa terlukis beriringan dengan gambaran cinta yang tercela. Cinta senantiasa mengundang kebahagian meskipun harus menempuh jalan yang terjal dan melewati hadangan badai yang dahsyat. Sesuatu yang sulit akan akan terasa mudah jika cinta telah terpatri dalam hati dan terpancar dalam perbuatan.
Cintanya terhadap surga telah membuat sahabat Rasulullah yang bernama Anas Bin Madhr melesat menerjang barisan musih untuk menjemput kesyahidannya dalam perang Uhud.
Cinta dan rindunya terhadap surga telah membuat Bilal senantiasa mempersembahkan shalat dua rakaat setiap selesai wudhu. Istana Bilal di surga selalu menyenandungkan kalimat:
“Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.” (QS: Az-Zukhruf:72)

Gambaran cinta Rasulullah dilukiskan dengan sangat indah dan mulia. Cinta Rasulullah terhadap umatnya sangat kuat hingga di detik-detik akhir hidupnya beliau tetap memikirkan umatnya sepeninggalan beliau. Beliau sangat berbahagia ketika Jibril mengabarkan bahwa Allah berfirman pada Jibril: “Kuharamkan surga bagi siapa saja kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya”. Mendengar hal itu legalah Rasulullah.
Jadi, apakah gambaran cinta yang telah kita lukiskan selama ini?. Apakah cinta telah kita labuhkan dengan tepat. Apakah cinta kita terhadap surga lebih besar terhadap cinta kita terhadap neraka ataukah sebaliknya. Apakah cinta kita terhadap akhirat yang kekal lebih besar dibandingkan cinta kita terhadap dunia yang fana ini ataukah sebaliknya. Apakah cinta agung Rasulullah terhadap kita telah kita balas dengan sebenar. Hanya kitalah yang dapat menentukan gambaran cinta yang manakah yang akan kita lukiskan dalam kanvas kehidupan kita. Semoga kita melabuhan cinta kita pada cinta yang terpuji.
(oleh: Laila Mega)

No comments:

Post a Comment