Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Thursday 10 March 2011

Egoiskah ini?

oleh: Laila Mega
Mendapatkan pasangan yang sepadan adalah impian setiap orang.  Setiap perempuan menginginkan pasangan yang berpendidikan tinggi. Begitupun laki-laki menginginkan perempuan yang cerdas. Tentu saja kelak dia tidak menginginkan anak-anaknya dididik oleh perempuan yang kurang cerdas. Tapi apakah selembar ijazah atau sepenggal title di belakang nama seseorang menjadikan dia pribadi yang paling hebat? Tentu bukan jadi jaminan dengan ijazah sarjana atau title yang berderet di belakang nama seseorang menjadikan dia pribadi yang baik, pemimpin yang baik, ataupun pasangan yang dapat membuat pasangannya bahagia. Bukan ijazah atau title yang menjadikan dia hebat.  Jadi apa yang membuat seseorang menjadi istimewa? Tentu saja yang pertama dan utama adalah keimanannya terhadap Sang Khalik. Ilmu agamanya yang mumpuni dan bagaimana dia mengaplikasikan ilmu agamanya itu dalam kehidupannya sehari-hari. Bukankan Rasululloh pernah bersabda bahwa perempuan itu dinikahi karena 4 hal; kecantikan, harta, keturunan dan agamanya. Dan yang sebaik-baiknya adalah menikahinya karena agamanya. Tidak hanya berlaku untuk laki-laki dalam menikahi perempuan. Juga bagaimana seorang perempuan menikahi lelaki sebaiknya karena agamanya.
Ada sebuah cerita. Suatu waktu ada perempuan dan laki-laki yang mencoba untuk saling berkenalan dalam rangka menuju pernikahan. Sang perempuan adalah seorang dengan gelar sarjana, sedangkan sang lelaki hanya menamatkan pendidikannya hingga tamat SMA saja. Saat itu, si perempuan sudah berlapang dada untuk menerima keadaan si lelaki. Si perempuan pun sudah mengkondisikan keluarganya agar bisa menerima calon suaminya itu dengan keadaannya. Alhamdulilllah keluarga perempuan sudah bisa menerimanya. Tapi apa yang terjadi, ternyata pihak laki-laki itu membatalkan proses perkenalan mereka dengan alasan yang tidak jelas. Sampai suatu saat terdengar kabar bahwa si lelaki tidak bisa meneruskan proses perkenalan mereka karena dia minder dengan keadaanya. Dia takut si istri dengan title yang dimilikinya tidak akan bisa menghormatinya. Apakah itu sikap minder dari laki-laki atau sikap egois?
Rasa minder seharusnya dibuang jauh-jauh. Dia harus yakin bahwa istrinya kelak tentu akan menghormatinya. Perempuan yang terhormat adalah perempuan yang bisa menghormati suaminya. Setinggi apapun kedudukan sang istri, tetap saja dia akan menghormati suaminya. Atau apakah itu sikap egois dari laki-laki yang tidak ingin istrinya memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi? Sungguh tidak adil sekali bagi pihak perempuan jika memang sikap egois yang mencuat. Bukankah sudah perintah Allah dan Raaul-Nya untuk mencari ilmu setinggi-tingginya.
Sungguh bukan selambar ijazah dan title di belakang nama yang dicari perempuan dari seorang pria untuk menjadi pasangan hidupnya kelak.  Kami, para perempuan hanya menginginkan suami yang bisa mengantarkannya ke dalam surga, yang memimpinnya untuk lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya, yang melindungi keluarganya, yang menyayanginya, yang melindunginya, yang menghormatinya.
Untuk para laki-laki, jangan egois. Biarkan kami menuntut ilmu setinggi-tingginya. Jangan takut dengan bertumpuknya ijazah kami dan berderetnya title kami, akan membuat kami melecehkanmu ataupun tidak menghormatimu. 

No comments:

Post a Comment