Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Sunday 3 July 2011

Cerai Lagi…Cerai Lagi


Akhir-akhir ini dikejutkan oleh berita tentang perceraian beberapa teman. Pernikahan yang saya kira akan berlansung dengan tenang, damai dan penuh keharmonisan. Percintaan mereka dimulai sejak masa kuliah. Alasan dari perceraian ‘beberapa’ teman ini sama, yaitu perselingkuhan yang dilakukan oleh pihak suami. Padahal, yang saya ketahui dari kisah percintaan mereka adalah para lelakinya lah yang mengejar cinta dari perempuannya. Hingga saya bertanya-tanya, lho kok bisa sih para lelaki itu punya WIL (wanita idaman lain), padahal dulu mereka yang mengejar-ngejar sang perempuan. Ya, hal itu bisa saja. Apa sih yang tidak bisa terjadi di dunia ini. Melihat kasus perceraian ini, saya mencoba untuk menumpahkan beberapa ‘ide’ atau mungkin ini bentuk dari kegelisahan saya-seorang yang belum menikah (tapi saya tidak takut kok untuk menikah). Mungkin ada beberapa orang yang tidak mau manikah karena melihat kegagalan yang dialami oleh teman-temannya, seperti halnya seorang actor Hollywood yang terkenal, Leonardo Dicaprio. Saya pernah membaca artikel tentang Leo, dia mengatakan bahwa dia takut berkomitmen untuk menikah karena dia melihat banyak rekan-rekannya sesama actor tidak berhasil dalam rumah tangganya, sehingga dia takut untuk menikah dan memilih untuk ‘hidup bersama’ saja (waduh ini sih parah banget).
Kalau dilihat dari kisah cinta sepasang manusia (lelaki dan perempuan), kita akan melihat dasar apa yang menjadikan mereka saling mencintai. Mungkin awal dari seorang lelaki mencintai seorang perempuan karena suka pada pandangan pertama. Pandangan pertama seseorang terhadap lawan jenisnya adalah rupanya. Apakah perempuan itu cantik, atau apakah lelaki itu tampan. Selanjutnya mungkin karena perangainya, hatinya, otaknya, kantongnya, dan lain-lain. Jika kita mencintai seseorang karena rupanya, mungkin ketika pasangan kita sudah tua atau mendapat musibah sampai mukanya tidak berbentuk indah lagi, kita akan dengan segera tidak lagi mencintai pasangan kita. Jika kita mencintai pasangan kita karena fisik yang indah, mungkin ketika dia tidak lagi lansing semampai untuk perempuan atau tidak berdada bidang dan berperut ‘six packs’ untuk lelaki, maka hilanglah cinta seperti hilangnya kelansingan dan otot-otot itu.
Jika seseorang mencintai karena isi dompet alias kekayaan, lihatlah ketika pasangannya jatuh miskin. Ada satu contoh yang bisa mewakili kisah ini. Saya ingat ada seorang artis perempuan yang dengan gigihnya mendapatkan seorang suami yang kaya. Si lelaki saat itu masih terikat dalam pernikahan. Tetapi dengan gigihnya si artis ini mencoba untuk mendapatkan lelaki ini. Kalau dipikir-pikir, heran juga sih, kok mau artis secantik dia dengan lelaki yang sudah jauh lebih tua, menikah dengan paras yang bisa dibilang standar saja. Ternyata, si lelakinya mempunyai isi dompet yang tebal alias kaya raya. Sampai akhirnya berhasil juga usaha si artis untuk diperistri pengusaha tersebut. Menikahlah mereka dengan segala kontroversi yang mengikuti kisah ‘cinta’ mereka. Setelah beberapa tahun mengarungi samudra rumah tangga, memiliki anak-anak yang tampan dan cantik, datanglah musibah itu. Ternyata eh ternyata, sang suami yang pengusaha itu terlibat kasus korupsi atau apalah yang membuat dia kehilangan hampir seluruh kekayaannya. Bisa ditebaklah, tidak berapa lama kemudian, si artis cantik itu meminta cerai. Alasannya sih sangat klise, sudah tidak ada kecocokan. Ya, begitulah cinta karena harta, setelah harta itu hilang, hilang juga cinta yang ada.
Rasulullah SAW kita yang tercinta pernah bersabda tentang hal 4 hal sebab seseorang dinikahi, intinya dari hadit tersebut adalah seseorang dinikahi karena 4 hal, hartanya, parasnya, nasabnya dan agamanya, dan sebaik-baiknya itu menikah karena dasar agamanya yang baik. Jika menikah atas dasar agamanya maka ketika seseorang mencintai pasangannya maka cintanya itu atas dasar cinta kepada Allah. Wallahu’alam bishowab.

No comments:

Post a Comment