Seorang ahli ibadah akan optimis dalam
hidupnya. Ia optimis bahwa Allah akan menolong dan mengarahkan hidupnya.
Semua yang ada di alam ini mutlak ada
dalam kekuasaan Allah. Ketika melihat fenomena alam, idealnya kita bisa ingat
kepada Allah. Puncak ilmu adalah mengenal Allah (ma'rifatullah). Kita
dikatakan sukses dalam belajar bila dengan belajar itu kita semakin mengenal
Allah. Jadi percuma saja sekolah tinggi, luas pengetahuan, gelar prestisius,
bila semua itu tidak menjadikan kita makin mengenal Allah.
Mengenal Allah adalah aset terbesar.
Mengenal Allah akan membuahkan akhlak mulia. Betapa tidak, dengan mengenal
Allah kita akan merasa ditatap, didengar, dan diperhatikan selalu. Inilah
kenikmatan hidup sebenarnya. Bila demikian, hidup pun jadi terarah, tenang,
ringan, dan bahagia. Sebaliknya, saat kita tidak mengenal Allah, hidup kita
akan sengsara, terjerumus pada maksiat, tidak tenang dalam hidup, dan
sebagainya.
Ciri orang yang ma'rifat adalah laa
khaufun 'alaihim wa lahum yahzanuun. Ia tidak takut dan sedih dengan urusan
duniawi. Karena itu, kualitas ma'rifat kita dapat diukur. Bila kita
selalu cemas dan takut kehilangan dunia, itu tandanya kita belum ma'rifat.
Sebab, orang yang ma'rifat itu susah senangnya tidak diukur dari ada
tidaknya dunia. Susah dan senangnya diukur dari dekat tidaknya ia dengan Allah.
Maka, kita harus mulai bertanya bagaimana agar setiap aktivitas bisa membuat
kita semakin kenal, dekat dan taat kepada Allah.
Salah satu ciri orang ma'rifat
adalah selalu menjaga kualitas ibadahnya. Terjaganya ibadah akan mendatangkan
tujuh keuntungan hidup. Pertama, hidup selalu berada di jalan yang benar (on
the right track). Kedua, memiliki kekuatan menghadapi cobaan hidup.
Kekuatan tersebut lahir dari terjaganya keimanan. Ketiga, Allah akan
mengaruniakan ketenangan dalam hidup. Tenang itu mahal harganya. Ketenangan
tidak bisa dibeli dan ia pun tidak bisa dicuri. Apa pun yang kita miliki, tidak
akan pernah ternikmati bila kita selalu resah gelisah.
Keempat, seorang ahli ibadah akan selalu
optimis. Ia optimis karena Allah akan menolong dan mengarahkan kehidupannya.
Sikap optimis akan menggerakkan seseorang untuk berbuat. Optimis akan
melahirkan harapan. Tidak berarti kekuatan fisik, kekayaan, gelar atau jabatan
bila kita tidak memiliki harapan. Kelima, seorang ahli ibadah memiliki kendali
dalam hidupnya, bagaikan rem pakem dalam kendaraan.
Setiap kali akan melakukan maksiat, Allah
SWT akan memberi peringatan agar ia tidak terjerumus. Seorang ahli ibadah akan
memiliki kemampuan untuk bertobat. Keenam, selalu ada dalam bimbingan dan
pertolongan Allah. Bila pada poin pertama Allah sudah menunjukkan jalan yang
tepat, maka pada poin ini kita akan dituntun untuk melewati jalan tersebut.
Ketujuh, seorang ahli ibadah akan memiliki kekuatan ruhiyah, tak heran bila
kata-katanya bertenaga, penuh hikmah, berwibawa dan setiap keputusan yang
diambilnya selalu tepat.
Untuk menjadi ahli ibadah kita bisa
menumbuhkan ACM (Aku Cinta Masjid). Seorang Muslim dengan masjid bagikan ikan
dengan air. Tidak mungkin seorang Muslim tidak betah di masjid. Diragukan
keimanannya bila ia tidak akrab dengan masjid. Ikhtiar menumbuhkan kecintaan
terhadap shalat dan masjid adalah dengan berusaha shalat tepat waktu, di masjid
dan dilakukan secara berjamaah. Cara paling mudah untuk melaksanakannya adalah
dengan datang lebih awal ke masjid untuk menunggu shalat.
Saudaraku, di tengah kondisi yang semakin
sulit, tidak ada yang bisa menolong kita selain Allah SWT. Salah satu ikhtiar
untuk menggapai pertolongan Allah dengan meningkatkan pengenalan kita kepada
Allah. Cara menggapainya adalah dengan ibadah secara istikamah. Wallaahu
a'lam
( KH
Abdullah Gymnastiar )
No comments:
Post a Comment