Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Saturday 2 June 2012

Korean Boyband Versus Indonesian Boyband


Tidak dipungkiri bahwa ‘virus’ boyband dan girlband di Indonesia tertular oleh ‘wave hallyu’ nya Korea atau gelombang budaya Kpop yang tersebar ke banyak Negara bukan hanya Indonesia ataupun negara-negara lainnya di Asia tapi juga merambah Eropa dan Amerika.
Sebenarnya kepopuleran boyband tidak terjadi diawal era 2010 an, tapi juga melanda Indonesia di awal tahun 1990 an hingga akhir millennium 20. Saat itu boyband macam NKOTB, Take That, Boyzone, BSB, hingga Westlife begitu merasuki para remaja, terutama remaja putri di Indonesia. Konser-konser mereka selalu dipenuhi oleh para remaja putrid yang histeris. Saat itu bermunculan pula boyband lokal macam Coboy, Cool Colours, dan ME. Dengan tampang yang ganteng dan suara yang merdu, mereka berhasil membuat para remaja putri berteriak histeriak tatkala mereka tampil di atas panggung.

Memasuki tahun 2000 an, boyband seaakan lenyap ditelan ganasnya industri musik di Indonesia. Tidak ada satupun boyband yang menampakkan batang hidungnya di dunia ‘persilatan’ musik Indonesia, pun tidak terliaht boyband impor dari Amerika maupun Eropa. Di era tahun 2000 sampai 2010 an, musik dari band lah yang berjaya dan mereka begitu ganasnya menguasai jagat permusikan Indonesia. Sebut saja band seperti Peterpan dan Ungu yang begitu menguasai jagat musik Indonesia.

Begitu memasuki tahun 2010 muncullah boyband yang terdiri dari 7 pemuda yang cukup ganteng-ganteng menggebrak dunia ‘persilatan’ musik Indonesia dengan lagu hitsnya ‘cenat cenut’. Kemunculan Smash sepertinya memancing para kapitalis di dunia hiburan untuk memanfaatkan keadaan. Dengan berkiblat ke gaya Korea atau disebut Kpop, maka kemunculan boyband dan girlband di Indonesia seperti tumbuhnya cawan di musim hujan. Mereka terus bermunculan seperti halnya hama yang akhir-akhir ini melanda Indonesia. Bermunculan tanpa bisa dikendalikan. Entah darimana boyband dan girlband ini berhamburan ‘merusak’ indahnya dunia musik di Indonesia.

Kiblat yang mereka contoh, yaitu Kpop begitu mempengaruhi gaya boyband dan girlband di Indonesia. Tipe orang Korea yang sipit mempengaruhi para ‘kapitalis’ dunia musik itu dalam memilih personil boyband atau girlband. Hasilnya bisa dilihat muka-muka anggota boyband dan girlband yang memiliki warna oriental. Ada juga boyband yang memasang orang Korea asli dalam boybandnya. Juga lirik-lirik lagunya banyak juga yang memadukan dengan bahasa Korea.
Hasilnya adalah bukannya bagus tapi terlihat ‘kampungan’. Tidak ada dalam kamusnya sesuatu yang plagiat akan lebih bagus dari yang aslinya. Walaupun banyak remaja ‘alay’ yang menyukai boyband dan girlband ‘kopian’ ini, tapi tidak sejalan dengan kualitas yang diberikan oleh mereka. Popularitas tidak sebanding dengan kualitas.
Sekarang kita bandingkan boyband asli Korea dengan ‘kopian’ nya asal Indonesia. Para anggota boyband ataupun girlband di Korea tidaklah secara instan tampil di dunia hiburan. Sebelum mereka debut, baik sebagai penyanyi solo ataupun bagian dari sebuah grup, mereka ditraining di perusahaan tempat mereka bernaung. Training yang mereka jalankan tidaklah singkat. Contohnya adalah para anggota Super Junior. Beberapa dari mereka ditraining selama beberapa tahun sebelum akhirnya mereka melakukan debut sebagai grup. Sebut saja Leeteuk dan Eunhyuk (Super Junior) ditraining selama kurang lebih 6 tahun. Yesung (Super junior) ditraining selama 5 tahun. Yoseob (Beast) ditraining selama 7 tahun. Beberapa anggota SNSD juga mendapatkan training selama 5-7 tahun. Mereka, bahkan mendapatkan training sejak mereka di bangku sekolah dasar. Dan mereka harus tinggal di asrama selama mereka menjalankan training. Selama training mereka dibekali beberapa keahlian seperti manjadi MC, actor, penyanyi, dll. Sehingga ketika akhirnya mereka melakukan debut dan berkontribusi di dunia hiburan mereka siap dengan segalanya.

Mari kita bandingkan dengan kondisi yang terjadi di Indonesia. Entah dari mana para boyband dan girlband itu bermunculan. Tiba-tiba saja mereka datang membanjiri dunia hiburan Indonesia. Panggung-panggung musik tiba-tiba terkontaminasi oleh performa yang kualitasnya sulit dibilang bagus. jangankan gaya dance mereka, suara pun terkadang pas-pas an. Hanya mengandalkan muka cantik dan ganteng, postur tubuh yang bagus, dan dance seadanya. Sangat jauh sekali jika dibandingkan dengan Kpop.
Jika dilihat dari kemampuan untuk bertahan di arena permusikan. Para boyband dan girlband di Korea tampaknya sudah memperlihatkan eksistensi mereka di dunia musik. Dimulai oleh kesuksesan boyband HOT, Shinwa, mixed grup ROORA dan juga beberapa boyband dan girlband yang tidak terlalu saya kenal ditahun 1990 an. Fly to the Sky, DBSK diawal tahun 2000 an melanjutkan eksistensi pendahulu mereka. Diikuti oleh Super Junior, Shinee, SNSD, 2AM, 2PM, Mblaq, Beast, Big Bang, dan banyak lagi. Dipimpin oleh Super Junior, hallyu wave terus mewabah ke seluruh belahan bumi lainnya. Tampaknya, eksistensi boyband dan girlband Korea terus bertahan bahkan telah lebih dari 20 tahun.
Sekarang kita lihat eksistensi boyband dan girlband di Indonesia yang saya ramalkan tidak lama lagi akan habis masa ‘aktif’ nya. Ini bukanlah kepesismisan tapi lebih kepada melihat kenyataan yang ada bahwa boyband atau girlband di Indonesia hanyalah mengikuti arus yang ada. Mereka tidak mempunyai akar yang jelas dan pondasi yang kuat. Mereka terbentuk dengan instan dan sesuatu yang instan tidak akan bertahan dengan lama. 

No comments:

Post a Comment