Ketika media ribut
memberitakan film ini, saya cukup tertarik juga. Saya penasaran seperti apa
kualitas film ini. Apakah karena karakter di film ini seorang tokoh nasional,
mantan Presiden RI sehingga banyak para petinggi dan pejabat negeri ini
berbondong-bondong menontonnya dan beramai-ramai pula memberikan pujian pada
film ini.
Mulanya saya tidak
terlalu interest dengan film ini.
Apalagi para para pemainnya saya anggap tidak terlalu cocok memerankan tokoh
Habibie dan Ainun. Menurut opini awal saya Reza Rahadian sebagai pemeran
Habibie tidak cocok karena postur tubuhnya yang tinggi berbanding terbalik
dengan tokoh Habibie yang sebenarnya tidak terlalu tinggi. Juga Bunga Citra
Lestari sebagai pemeran Ainun, dalam pandangan saya dia tidak terlalu cocok
dengan peran itu karena karakter seksi yang sudah melekat dalam diri BCL.
Akhirnya kesempatan saya
menonton film fenomenal ini pun kesampaian. Beramai-ramai bersama beberapa
teman saya menonton film ini. Di awal film saya sudah terkesan dengan acting
dari Reza. Dia mampu memerankan tokoh Habibie dengan ciamik. Aksen berbicara
tokoh Habibie mampu dia lakukan. Juga gerak-gerik, mimik dan bahasa tubuh khas
dari Habibie mampu Reza perankan, menurut saya, dengan sangat indah. Kekurangan
dia, karena tinggi tubuhnya tidak mengurangi kualitas dia dalam memerankan
tokoh Habibie. Dua jempol saya untuk acting Reza Rahadian.
Begitupun dengan tokoh
Ainun yang lagi-lagi menurut saya berhasil BCL perankan dengan sangat baik.
Kesan seksi yang melekat pada BCL seakan-akan terbuang jauh. Dia mampu
mendalami peran Ainun walaupun tidak sempat bertemu dan berinteraksi secara
langsung dengan mantan Ibu Negara, Ibu Ainun. Berbeda dengan Reza yang
beruntung dapat berinterksi langsung dengan Prof BJ Habibie dan mempelajari
langsung karakter dari tokoh nasional ini.
Film ini pun mampu
sedikitnya menyampaikan pesan kepada para penontonnya dengan baik. Banyak
sekali pelajaran yang bisa diambil dari film ini. Hal yang paling saya suka
dari film ini adalah ketika film ini menceritakan mimpi dari seorang Habibie.
Mimpi membuat pesawat terbang. Mimpi membuat pesawat terbang hasil karya anak
bangsa Indonesia yang mampu terbang melintasi udara negara bahari ini. Mimpi
untuk menghubungkan pulau-pulau di Indonesia. Mimpi yang akhirnya terwujud dengan
kerja keras dan pengorbanan luar biasa. Mimpi yang akhirnya dipersembahkan
untuk istrinya. Mimpi yang terwujud karena support luar biasa dari istrinya,
Ibu Ainun.
Romantisme sejati yang
diperlihatkan oleh tokoh Habibie dan Ainun juga sangat cocok menjadi contoh
bagi pasangan suami istri. Dalam film ini diceritakan bahwa suami mendukung
istri dan sebaliknya istri juga mendukung penuh suami. Dalam film ini
diceritakan peran Ibu Ainun pada masa-masa Habibie sebagai Menristek dan juga
Presiden RI. Bagaimana Ainun tidak ingin membebani suaminya dengan sakit yang
dideritanya karena saat itu keadaan negara sedang genting.
Pun ketika film ini
menceritakan kekecewaan tokoh Habibie dikala pemerintah tidak lagi mendukung
pembuatan pesawat juga ketika rakyat Indonesia menghujatnya. Dikala Habibie
berjuang untuk menyelamatkan negara ini dan hanya tidur 1 jam saja dalam
seharinya karena memikirkan bangsa ini dan memikirkan solusi terbaik untuk
menghadapi krisis tapi yang beliau terima hanyalah hujatan dan tidak diterimanya
pertanggungjawaban beliau oleh DPR saat itu. Begitu bangsa ini tidak menghargai
apa yang telah dikorbankan, begitu bangsa ini tidak menghargai apa yang telah
diberikannya. Begitu mirisnya ketika Habibie ini begitu dihargai di negara
Jerman tapi tidak di negaranya sendiri. Bagaimana para professor dan masyarakat
Jerman begitu menghargai Habibie. Miris, ketika negara lain lebih menghargainya
dibandingkan negaranya sendiri yang sangat dia cintai.
Tapi itulah Habibie,
bagaimanapun negara ini tidak menghargainya beliau tetap mencintai negara ini.
Bagaimanapun negara ini dimasa lalunya telah mengkhianatinya, beliau tetap
mencintai negeri ini.
Sungguh, banyak sekali
pelajaran yang bisa diambil dari film ini. Tidak cukup kata-kata ini
melukiskannya. Yah walaupun ada beberapa hal yang saya anggap ‘absurd’ di film
ini. Seperti banyaknya iklan yang lalu lalang di film ini. Beberapa penempatan
slot iklan yang tidak cocok dan beberapa screenplay yang tidak begitu mulus.
Saya melihat scene ketika tokoh Habibie berjalan dalam hujan salju, terlihat
bahwa proses pengambilan gambar dilakukan di studio dan itu terlihat sangat
jelas. Tapi secara keseluruhan film ini sangat bagus. Film ini adalah salah
satu dari sedikit film Indonesia yang wajib ditonton…^_^…
No comments:
Post a Comment