Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Wednesday, 9 January 2013

After Watching Habibie & Ainun


Ketika media ribut memberitakan film ini, saya cukup tertarik juga. Saya penasaran seperti apa kualitas film ini. Apakah karena karakter di film ini seorang tokoh nasional, mantan Presiden RI sehingga banyak para petinggi dan pejabat negeri ini berbondong-bondong menontonnya dan beramai-ramai pula memberikan pujian pada film ini.
Mulanya saya tidak terlalu interest dengan film ini. Apalagi para para pemainnya saya anggap tidak terlalu cocok memerankan tokoh Habibie dan Ainun. Menurut opini awal saya Reza Rahadian sebagai pemeran Habibie tidak cocok karena postur tubuhnya yang tinggi berbanding terbalik dengan tokoh Habibie yang sebenarnya tidak terlalu tinggi. Juga Bunga Citra Lestari sebagai pemeran Ainun, dalam pandangan saya dia tidak terlalu cocok dengan peran itu karena karakter seksi yang sudah melekat dalam diri BCL.
Akhirnya kesempatan saya menonton film fenomenal ini pun kesampaian. Beramai-ramai bersama beberapa teman saya menonton film ini. Di awal film saya sudah terkesan dengan acting dari Reza. Dia mampu memerankan tokoh Habibie dengan ciamik. Aksen berbicara tokoh Habibie mampu dia lakukan. Juga gerak-gerik, mimik dan bahasa tubuh khas dari Habibie mampu Reza perankan, menurut saya, dengan sangat indah. Kekurangan dia, karena tinggi tubuhnya tidak mengurangi kualitas dia dalam memerankan tokoh Habibie. Dua jempol saya untuk acting Reza Rahadian.
Begitupun dengan tokoh Ainun yang lagi-lagi menurut saya berhasil BCL perankan dengan sangat baik. Kesan seksi yang melekat pada BCL seakan-akan terbuang jauh. Dia mampu mendalami peran Ainun walaupun tidak sempat bertemu dan berinteraksi secara langsung dengan mantan Ibu Negara, Ibu Ainun. Berbeda dengan Reza yang beruntung dapat berinterksi langsung dengan Prof BJ Habibie dan mempelajari langsung karakter dari tokoh nasional ini.
Film ini pun mampu sedikitnya menyampaikan pesan kepada para penontonnya dengan baik. Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari film ini. Hal yang paling saya suka dari film ini adalah ketika film ini menceritakan mimpi dari seorang Habibie. Mimpi membuat pesawat terbang. Mimpi membuat pesawat terbang hasil karya anak bangsa Indonesia yang mampu terbang melintasi udara negara bahari ini. Mimpi untuk menghubungkan pulau-pulau di Indonesia. Mimpi yang akhirnya terwujud dengan kerja keras dan pengorbanan luar biasa. Mimpi yang akhirnya dipersembahkan untuk istrinya. Mimpi yang terwujud karena support luar biasa dari istrinya, Ibu Ainun.
Romantisme sejati yang diperlihatkan oleh tokoh Habibie dan Ainun juga sangat cocok menjadi contoh bagi pasangan suami istri. Dalam film ini diceritakan bahwa suami mendukung istri dan sebaliknya istri juga mendukung penuh suami. Dalam film ini diceritakan peran Ibu Ainun pada masa-masa Habibie sebagai Menristek dan juga Presiden RI. Bagaimana Ainun tidak ingin membebani suaminya dengan sakit yang dideritanya karena saat itu keadaan negara sedang genting.
Pun ketika film ini menceritakan kekecewaan tokoh Habibie dikala pemerintah tidak lagi mendukung pembuatan pesawat juga ketika rakyat Indonesia menghujatnya. Dikala Habibie berjuang untuk menyelamatkan negara ini dan hanya tidur 1 jam saja dalam seharinya karena memikirkan bangsa ini dan memikirkan solusi terbaik untuk menghadapi krisis tapi yang beliau terima hanyalah hujatan dan tidak diterimanya pertanggungjawaban beliau oleh DPR saat itu. Begitu bangsa ini tidak menghargai apa yang telah dikorbankan, begitu bangsa ini tidak menghargai apa yang telah diberikannya. Begitu mirisnya ketika Habibie ini begitu dihargai di negara Jerman tapi tidak di negaranya sendiri. Bagaimana para professor dan masyarakat Jerman begitu menghargai Habibie. Miris, ketika negara lain lebih menghargainya dibandingkan negaranya sendiri yang sangat dia cintai.
Tapi itulah Habibie, bagaimanapun negara ini tidak menghargainya beliau tetap mencintai negara ini. Bagaimanapun negara ini dimasa lalunya telah mengkhianatinya, beliau tetap mencintai negeri ini.
Sungguh, banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari film ini. Tidak cukup kata-kata ini melukiskannya. Yah walaupun ada beberapa hal yang saya anggap ‘absurd’ di film ini. Seperti banyaknya iklan yang lalu lalang di film ini. Beberapa penempatan slot iklan yang tidak cocok dan beberapa screenplay yang tidak begitu mulus. Saya melihat scene ketika tokoh Habibie berjalan dalam hujan salju, terlihat bahwa proses pengambilan gambar dilakukan di studio dan itu terlihat sangat jelas. Tapi secara keseluruhan film ini sangat bagus. Film ini adalah salah satu dari sedikit film Indonesia yang wajib ditonton…^_^…

No comments:

Post a Comment