Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Saturday, 20 July 2013

'Blusukan' Para Pemimpin

Malam itu, sang khalifah seperti malam-malam sebelumnya berkeliling memantau rakyatnya. Ketika dia sedang berjalan memantau keadaan rumah-rumah rakyatnya, terdengar suara tangis anak-anak dari sebuah rumah. Bertamu lah sang khalifah kemudian ke rumah tersebut dan bertanya perihal sebab-sebab anak-anak tersebut menangis. Si ibu bercerita bahwa anak-anaknya menangis karena kelaparan. Saat itu terlihat si ibu sedang memasak, sang khalifah pun lega karena anak-anak si ibu itu akan berhenti menangis jika masakan si ibu sudah jadi. Tapi apa yang terjadi, ternyata si ibu hanya berpura-pura memasak, dia meletakan batu-batu di pancinya dan berlaku seolah-olah sedang memasak. Sang khalifah pun kaget dan bertanya mengapa ibu tersebut memasak batu. Lalu si ibu pun bercerita bahwa dia sangatlah miskin, tidak punya suami pun sanak saudara. Dia mengatakan bahwa khalifah negeri itu zalim kepadanya. Dia tidak peduli pada rakyatnya. Dan serta merta sang khalifah pun tersentak kaget. Segera dia pamit pulang dan pergi ke baitu maal untuk memanggul sendiri sekarung gandum untuk diberikan kepada si ibu tadi. Saat bawahannya menawarkan diri untuk membantu memanggul karung tersebut, dia menolaknya dan berkata bahwa dia tidak akan membiarkan orang lain menanggung dosanya. Ya, sang khalifah itu adalah Umar bin Khatab. Salah satu sahabat Rasululloh yang dijamin masuk surga. Pemimpin seperti inilah yang kita impikan, yang peduli pada rakyatnya tanpa harus menggembar-gemborkan ‘blusukan’nya.
Sekarang kita lihat ‘blusukan’ para ‘pemimpin’ zaman sekarang di negeri kita tercinta Indonesia. Ada seorang ‘pemimpin’ yang sangat populer karena blusukannya. Hampir semua orang memuji ‘blusukan’ ala si pemimpin ini. Tiap media yang ada di negeri ini semuanya berlomba untuk memberitakannya. Blusukannya dilakukan di siang hari ketika semua rakyat melihatnya. Sesaat sebelum tradisi blusukannya, bawahannya akan memberikan info pada para awak media bahwa si pimpinan akan ‘blusukan’ di daerah A dan B. berbondong-bondong media pun meliput acara ‘blusukan’ tersebut. Dan hasilnya masyarakatpun gembira dengan aksi ‘blusukan’ si pemimpin itu walaupun aksi ‘blusukan’ itu tidak memberikan solusi atas masalah yang terjadi di masyarakat.
Yah, seperti itu lah perbedaan aksi ‘blusukan’ yang dilakukan oleh sang khalifah, Umar bin Khatab dan ‘blusukan’ yang dilakukan oleh seorang pemimpin di negeri ini. Sangat jauh berbeda. Yang satu dilakukan secara sembunyi-sembunyi di malam hari ketika tidak ada seorang pun yang tahu, sedangkan yang satu melakukan aksi agar diketahui oleh seluruh rakyat di negeri ini bahkan kalau bisa diketahui pula oleh publik luar negeri. Aksi yang satu dilakukan karena ketakwaannya pada Alloh SWT dan rasa takut akan dosanya karena tidak bisa menjadi pemimpin yang baik sedangkan aksi yang lainnya dilakukan karena mungkin ‘kehausan’ akan kepopuleran. Aksi yang satu dilakukan oleh manusia yang dijaminkan masuk surga, aksi yang lainnya dilakukan oleh manusia yang belum tentu akhirnya di akhirat nanti. Wallau’alam 

No comments:

Post a Comment