Malam itu, sang khalifah
seperti malam-malam sebelumnya berkeliling memantau rakyatnya. Ketika dia
sedang berjalan memantau keadaan rumah-rumah rakyatnya, terdengar suara tangis
anak-anak dari sebuah rumah. Bertamu lah sang khalifah kemudian ke rumah
tersebut dan bertanya perihal sebab-sebab anak-anak tersebut menangis. Si ibu
bercerita bahwa anak-anaknya menangis karena kelaparan. Saat itu terlihat si
ibu sedang memasak, sang khalifah pun lega karena anak-anak si ibu itu akan
berhenti menangis jika masakan si ibu sudah jadi. Tapi apa yang terjadi,
ternyata si ibu hanya berpura-pura memasak, dia meletakan batu-batu di pancinya
dan berlaku seolah-olah sedang memasak. Sang khalifah pun kaget dan bertanya
mengapa ibu tersebut memasak batu. Lalu si ibu pun bercerita bahwa dia
sangatlah miskin, tidak punya suami pun sanak saudara. Dia mengatakan bahwa
khalifah negeri itu zalim kepadanya. Dia tidak peduli pada rakyatnya. Dan serta
merta sang khalifah pun tersentak kaget. Segera dia pamit pulang dan pergi ke
baitu maal untuk memanggul sendiri sekarung gandum untuk diberikan kepada si
ibu tadi. Saat bawahannya menawarkan diri untuk membantu memanggul karung
tersebut, dia menolaknya dan berkata bahwa dia tidak akan membiarkan orang lain
menanggung dosanya. Ya, sang khalifah itu adalah Umar bin Khatab. Salah satu
sahabat Rasululloh yang dijamin masuk surga. Pemimpin seperti inilah yang kita
impikan, yang peduli pada rakyatnya tanpa harus menggembar-gemborkan ‘blusukan’nya.
Sekarang kita lihat ‘blusukan’
para ‘pemimpin’ zaman sekarang di negeri kita tercinta Indonesia. Ada seorang ‘pemimpin’
yang sangat populer karena blusukannya. Hampir semua orang memuji ‘blusukan’
ala si pemimpin ini. Tiap media yang ada di negeri ini semuanya berlomba untuk
memberitakannya. Blusukannya dilakukan di siang hari ketika semua rakyat
melihatnya. Sesaat sebelum tradisi blusukannya, bawahannya akan memberikan info
pada para awak media bahwa si pimpinan akan ‘blusukan’ di daerah A dan B.
berbondong-bondong media pun meliput acara ‘blusukan’ tersebut. Dan hasilnya
masyarakatpun gembira dengan aksi ‘blusukan’ si pemimpin itu walaupun aksi ‘blusukan’
itu tidak memberikan solusi atas masalah yang terjadi di masyarakat.
Yah, seperti itu lah
perbedaan aksi ‘blusukan’ yang dilakukan oleh sang khalifah, Umar bin Khatab
dan ‘blusukan’ yang dilakukan oleh seorang pemimpin di negeri ini. Sangat jauh
berbeda. Yang satu dilakukan secara sembunyi-sembunyi di malam hari ketika
tidak ada seorang pun yang tahu, sedangkan yang satu melakukan aksi agar
diketahui oleh seluruh rakyat di negeri ini bahkan kalau bisa diketahui pula
oleh publik luar negeri. Aksi yang satu dilakukan karena ketakwaannya pada
Alloh SWT dan rasa takut akan dosanya karena tidak bisa menjadi pemimpin yang
baik sedangkan aksi yang lainnya dilakukan karena mungkin ‘kehausan’ akan
kepopuleran. Aksi yang satu dilakukan oleh manusia yang dijaminkan masuk surga,
aksi yang lainnya dilakukan oleh manusia yang belum tentu akhirnya di akhirat
nanti. Wallau’alam
No comments:
Post a Comment