Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Wednesday 18 June 2014

Halaqoh, Sudah Baikkah Diri Kita?



Apakah lamanya seseorang mengikuti pengajian (halaqoh) menjadi jaminan tingkat kesholehan yang tinggi? ... hmmm jawabannya mungkin bisa beragam, tapi kalau saya ditanya seperti itu maka jawaban saya adalah BELUM TENTU
Mungkin banyak diantara ‘kita’ yang sudah lama ataupun baru bergabung dengan halaqoh merasa diri lebih baik dari orang-orang yang tidak mengikuti halaqoh, baik dari segi keilmuan maupun amalan sehari-hari. Dengan bergabungnya diri pada sebuah lingkaran halaqoh, terkadang merasa diri sudah pandai dan sholeh/sholehah saja padahal bisa jadi keilmuan kita yang sudah berhalaqoh kalah dengan yang tidak atau belum berhalaqoh, ataupun amalan harian kita atau juga bahkan akhlak kita bisa jadi tidak lebih baik dari orang-orang yang belum berhalaqoh.
Jujur, terkadang sifat manusia saya yang negatif kerap muncul ke permukaan. Contohnya saja ketika saya berinteraksi dengan perempuan yang jilbabnya tidak sepanjang saya. Saya terkadang menganggap ‘remeh’ orang yang ada di hadapan saya itu. Saya men’judge’ bahwa keilmuan, amalan, dan akhlak orang itu tidak lebih baik dari saya. Karena tampilan jilbabnya yang kurang panjang sehingga dengan seenaknya saya menilai tingkat ketakwaan orang tersebut. Padahal di hadapan Allah belum tentu saya lebih baik daripada dia. Bisa jadi karena kesombongan yang tidak saya sadari, derajat ketakwaan saya malah jauh lebih buruk dari pada orang yang saya nilai buruk di mata saya.
Sifat manusia yang bernama sombong itu seringkali dengan suksesnya menyelusup ke dalam sanubari orang-orang yang sudah lama mengikuti halaqoh. Jujur lagi dari pengalaman pribadi. Saya (mungkin bisa dianggap) sudah cukup lama berhalaqoh, dimulai dari tahun 2001 an, berarti kalau dihitung matematika, sudah 13 tahun saya berhalaqoh. Dengan (mungkin) cukup lamanya mengikuti halaqoh, ada kalanya saya memandang remeh orang-orang yang tidak mengikuti halaqoh. Saya menganggap keilmuan agama saya, amalan harian saya dan akhlak saya jauh lebih bagus dari orang-orang yang tidak atau belum berhalaqoh. Terkadang dalam obrolan pun sifat sombong yang ‘merasa paling tau’ kerap muncul dari obrolan yang keluar dari mulut saya. Saat itu saya tidak sadar bahwa kesombongan saya itu malah bisa menghapus semua amalan saya. Saya tidak sadar bahwa kesombongan saya itu malah menjadikan saya rendah. Saya tidak sadar bahwa kesombongan saya itu menutupi mata hati saya dari kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh orang di sekitar saya. Saya tidak sadar bahwa bisa jadi orang-orang yang saya rendahkan ternyata bernilai tinggi di mata Allah, bisa jadi akhlaknya jauh lebih bagus, amalannya jauh lebih banyak, bacaan Qur’annya lebih baik, hapalan Qur’an nya lebih banyak dan juga kelimuannya jauh lebih bermanfaat.
Akhirnya hanya memohon ampunan, beristigfar yang dapat dilakukan. Hanya do’a semoga dilindungi dari sifat sombong. Semoga apa yang saya tulis ini bisa menjadi pengingat selalu khususnya untuk diri saya untuk tidak menilai orang dari luarnya saja, istilah kerennya sih ‘Don’t judge a book from its cover’. Jangan pernah menilai orang lain dari tampilan luarnya saja. karena kita tidak pernah tahu kualitas diri maupun orang lain di hadapan Allah. Hanya Allah yang bisa menilai kedudukan seseorang di mata-Nya. Wallahu’alam …


Hasil obrolan bersama ‘my best-est friend ’, semoga bisa menjadi pengingat diri…

No comments:

Post a Comment