Menurut Dr. Seiler, penulis buku “Battling the Enemy
Within: Conquering the causes of inner
struggle and Unhappiness”, memberi apapun yang anak inginkan secara terus
menerus akan memanjakan dan tentu saja memberi kontribusi yang nyata kepada
berkembangnya perilaku narsisme pada anak. Menurut Seiler, narsisme itu juga
sebenarnya dikarenakan kurangnya perhatian dan pengasuhan emosi.
Hurlock (1978) berpendapat bahwa penyebab dari anak yang
narsis atau egosentrik adalah:
·
Perlindungan secara berlebihan dari orangtua
· Favoritisme orangtua. Orangtua yang
menunjukkan favoritisme terhadap anak mereka mendorong mereka yang disukai
untuk mengembangkan perasaan bahwa dirinya penting.
·
Aspirasi orangtua. Aspirasi orangtua yang
kuat akan mendorong anak untuk bersikap superior.
· Usia orangtua. Orangtua muda cenderung lebih
memperhatikan kepentingan mereka sendiri daripada kepentingan anak sebaliknya
orangtua yang berusia tua sering berorientasi pada anak dan hal ini mendorong
anak menjadi egosentrik.
·
Pusat perhatian di rumah
·
Ukuran keluarga yang kecil
·
Urutan posisi (anak pertama atau bungsu)
Janet Lehman, SMW dari The Total Transformation program,
menyatakan ada beberapa alasan mengapa anak-anak sekarang bersikap permisif dan
memicu sifat narsistik. Salah satunya adalah karena para orangtua sekarang ini
bekerja lebih keras dan lebih lama sehingga orangtua mengalami kelelahan yang
lebih dan juga stress. Dengan tingkat stress dan keletihan yang lebih tinggi,
orangtua sudah tidak memiliki cukup energy untuk beragumen dengan anak-anaknya
sehingga orangtua akan memberi apapun yang diminta oleh anak-anaknya. Menurut
Lehman, umumnya orangtua akan memberikan apapun kepada anak-anaknya apapun yang
tidak bisa mereka dapatkan di masa mereka anak-anak. Dan orangtua akan merasa
senang jika bisa memberikan apapun yang anak-anak mereka minta.
Menurut Sadarjoen (2003)
yang mengutip Mitchell JJ dalam bukunya, The Natural Limitations of Youth, ada
lima penyebab kemunculan narsis pada remaja, yaitu adanya kecenderungan
mengharapkan perlakuan khusus, kurang bisa berempati sama orang lain, sulit
memberikan kasih sayang, belum punya kontrol moral yang kuat, dan kurang
rasional. Kedua aspek terakhir inilah yang paling kuat memicu narsisme yang
berefek gawat.
No comments:
Post a Comment