Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Friday, 12 June 2015

Pendidikan Moral di Sekolah



Pendidikan moral penting diberikan di sekolah karena pendidikan moral adalah dasar dari sebuah pendidikan. Pendidikan moral akan membentuk dan menentukan tingkah laku dan sikap siswa dalam berinteraksi dengan guru, teman, dan juga masyarakat luas. Pendidikan moral juga akan menumbuhkan sikap-sikap positif dalam diri siswa seperti sikap empati, toleransi, kerja sama, saling mengharga dan lain-lain. Lebih jauh lagi pendidikan moral akan memberikan dasar dan bekal kepada siswa untuk mampu memecahkan masalah, konflik yang terjadi kepada dirinya masing-masing sehingga mampu mencari dan memberikan solusi untuk memecahkan masalahnya tersebut. Dalam pendidikan nilai/moral, siswa juga akan didorong untuk mampu tetap menghargai perbedaan sudut pandang tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusian universal.

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan bidang kajian ilmu yang potensial bagi pengembangan tugas pembelajaran yang kaya akan nilai moral. Karakteristik ilmu yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia sehari-harinya dan banyak membahas tentang bagaimana manusia menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sesama manusia dan lingkungannya membuat bidang keilmuan IPS ini erat berkaitan dengan sikap, nilai, moral, etika dan perilaku.

Menurut Mulyana (2011:190), secara operasional pengembangan nilai/moral dalam pelajaran IPS melibatkan tiga tahapan, yaitu: tahap pertama berkisar pada pengenalan fakta-fakta lingkungan, tahap kedua merupakan tahap pembentukan konsep, dan tahap ketiga adalah tahap pembentukan nilai yang terintegrasi. Nilai yang terintegrasi dalam pembelajaran IPS dapat berupa nilai intrinsic seperti objektivitas, rasionalitas, dan kejujuran ilmiah. Juga terdapat nilai dasar moral seperti kepedulian terhadap orang lain, empati, dan kebaikan sosial lainnya. Nilai-nilai dasar moral ini harus terintegrasi dalam keseluruhan kurikulum IPS sehingga nilai dasar moral yang paling utama dapat dikembangkan dari prinsip-prinsip kebenaran, keadilan, kebaikan, kepedulian, dan keindahan.

Melalui pembelajaran IPS yang terintegrasi dengan nilai, etika, dan moral, peserta didik diharapkan mampu untuk melaksanakan konsep dan prinsip ilmu-ilmu tersebut untuk meningkatkan kualitas hidupnya.


Pendekatan pembelajaran IPS dengan berbasis moral ini dilakukan secara konstruktivistik, artinya dalam proses pembelajaran ini, peserta didik melaksanakan proses pembelajaran dari mulai yang bersifat teoritik sampai pada tingkat praktik. Dalam proses pengembangannya, pelajaran IPS diajarkan dapat berimplikasi pada integrasi kognitif, afektif dan tindakan.

Menurut Mulyana (2011:194), suatu metode akan memiliki kadar keefektifan dalam belajar jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
·         Melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pengarahan dan evaluasi belajar;
·         Mengidentifikasi dan membangun minat dan pengalaman pserta didik;
·         Mengaitkan pengetahuan teoritik dengan praktik, nilai sosial, pengelaman di sekolah, dan materi pada pelajaran lain;
·         Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan dan mendiskusikan keyakinan-keyakinan ilmiahnya dengan teman sebaya, guru, atau dengan orang lain yang ahli dalam bidangnya;
·         Menyediakan lingkungan agar peserta didik dapat mengekspresikan dirinya, menemukan bantuan ketika menghadapi persoalan belajar, mencoba sejumlah keterampilan dan pemecahan serta belajar dari kesalahan dan keberhasilannya.

Dalam pembelajaran IPS berbasis moral ini, guru bisa menerapkan model pengajaran Role Playing. Menurut Joyce (2009: 328), “Role playing merupakan sebuah model pengajaran yang berasal dari dimensi pendidikan individu maupun sosial.” Model ini membantu siswa untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial mereka dan melalui bantuan kelompok sosial dapat membantu untuk memecahkan dilema masing-masing siswa. Dalam dimensi sosial, model ini memudahkan individu untuk bekerja sama dalam menganalisis keadaan sosial, khususnya masalah antar manusia. Model ini juga menyokong beberapa cara dalam proses pengembangan sikap sopan dan demokratis dalam menghadapi masalah. Role playing ditempatkan dalam kelompok model pengajaran sosial karena kelompok sosial memerankan bagian yang mutlak dalam perkembangan manusia, dan karena adanya beberapa keunikan yang membuktikan bahwa role playing memberi tawaran penting dalam memecahkan dilemma interpersonal maupun sosial.

Menurut Joyce, et al (2009: 329), tujuan dari model pembelajaran role playing adalah untuk:
1. Mengeksplorasi perasaan siswa
2. Mentransfer dan mewujudkan pandangan mengenai perilaku, nilai dan persepsi siswa
3. Mengembangkan kemampuan pemecaham masalah dan tingkah laku
4. Mengeksplorasi materi pembelajaran dalam cara yang berbeda

Joyce (2009: 340) menyatakan bahwa model role playing adalah model yang serbaguna dan dapat diterapkan dalam beberapa sasaran pembelajaran yang terbilang penting. Melalui role playing, siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengenali dan memperhitungkan perasaannya sendiri dan perasaan orang lain, mereka bisa memiliki perilaku baru dalam menghadapi situasi sulit yang tengah dihadapi, dan mereka bisa meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah. Selain itu role playing juga bisa merangsang siswa untuk memunculkan beberapa aktivitas. Karena siswa menikmati tindakan dan pemeranan, mereka akan tidak menyadari bahwa role playing adalah salah satu sarana untuk mengembangkan materi pelajaran.

Menurut Joyce (2009), beberapa ciri khas masalah sosial yang mudah ditelusuri dengan bantuan model ini, yakni:
1.      Konflik interpersonal.
2.      Relasi antar keolmpok
3.      Dilema individu
4.      Masalah historis atau kontemporer

Model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam pendidikan nilai/moral karena dalam role playing, siswa bermain main peran, dan dalam perannya itu siswa dilatih untuk memiliki nilai-nilai kemanusian yang universal. Dalam bermain peran, siswa akan dilatih untuk mampu bekerja sama dengan orang lain, mampu menghargai pendapat atau pandangan orang lain yang tidak sama sudut pandangnya. Dalam bermain peran, siswa juga dilatih untuk memiliki sikap empati terhadap perbedaan nilai moral saat berinteraksi dengan orang lain. Dengan bermain peran, siswa juga dapat merasakan contoh kehidupan bermasyarakat lengkap dengan permasalahannya sehingga melalui permainan peran, siswa dilatih untuk bagaimana tindakan dia di masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusian.


Daftar Pustaka

Aqib, Zainal & Sujak. 2012. Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter. Yrama Widya. Bandung

Darmadi, Hamid. 2012. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Alfabeta. Bandung

Joyce, B. et al. 2009. Models of Teaching: Model-Model Pengajaran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta



 

No comments:

Post a Comment