Pendidikan moral penting diberikan di sekolah
karena pendidikan moral adalah dasar dari sebuah pendidikan. Pendidikan moral
akan membentuk dan menentukan tingkah laku dan sikap siswa dalam berinteraksi
dengan guru, teman, dan juga masyarakat luas. Pendidikan moral juga akan
menumbuhkan sikap-sikap positif dalam diri siswa seperti sikap empati,
toleransi, kerja sama, saling mengharga dan lain-lain. Lebih jauh lagi
pendidikan moral akan memberikan dasar dan bekal kepada siswa untuk mampu
memecahkan masalah, konflik yang terjadi kepada dirinya masing-masing sehingga
mampu mencari dan memberikan solusi untuk memecahkan masalahnya tersebut. Dalam
pendidikan nilai/moral, siswa juga akan didorong untuk mampu tetap menghargai
perbedaan sudut pandang tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusian universal.
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan
bidang kajian ilmu yang potensial bagi pengembangan tugas pembelajaran yang
kaya akan nilai moral. Karakteristik ilmu yang erat kaitannya dengan kehidupan
manusia sehari-harinya dan banyak membahas tentang bagaimana manusia menjalin
hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sesama manusia dan lingkungannya membuat
bidang keilmuan IPS ini erat berkaitan dengan sikap, nilai, moral, etika dan
perilaku.
Menurut Mulyana
(2011:190), secara operasional pengembangan nilai/moral dalam pelajaran IPS
melibatkan tiga tahapan, yaitu: tahap pertama berkisar pada pengenalan
fakta-fakta lingkungan, tahap kedua merupakan tahap pembentukan konsep, dan
tahap ketiga adalah tahap pembentukan nilai yang terintegrasi. Nilai yang
terintegrasi dalam pembelajaran IPS dapat berupa nilai intrinsic seperti
objektivitas, rasionalitas, dan kejujuran ilmiah. Juga terdapat nilai dasar
moral seperti kepedulian terhadap orang lain, empati, dan kebaikan sosial
lainnya. Nilai-nilai dasar moral ini harus terintegrasi dalam keseluruhan
kurikulum IPS sehingga nilai dasar moral yang paling utama dapat dikembangkan
dari prinsip-prinsip kebenaran, keadilan, kebaikan, kepedulian, dan keindahan.
Melalui pembelajaran
IPS yang terintegrasi dengan nilai, etika, dan moral, peserta didik diharapkan
mampu untuk melaksanakan konsep dan prinsip ilmu-ilmu tersebut untuk
meningkatkan kualitas hidupnya.
Pendekatan
pembelajaran IPS dengan berbasis moral ini dilakukan secara konstruktivistik,
artinya dalam proses pembelajaran ini, peserta didik melaksanakan proses
pembelajaran dari mulai yang bersifat teoritik sampai pada tingkat praktik. Dalam
proses pengembangannya, pelajaran IPS diajarkan dapat berimplikasi pada
integrasi kognitif, afektif dan tindakan.
Menurut Mulyana
(2011:194), suatu metode akan memiliki kadar keefektifan dalam belajar jika
memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
·
Melibatkan peserta didik secara aktif
dalam perencanaan, pengarahan dan evaluasi belajar;
·
Mengidentifikasi dan membangun minat dan
pengalaman pserta didik;
·
Mengaitkan pengetahuan teoritik dengan
praktik, nilai sosial, pengelaman di sekolah, dan materi pada pelajaran lain;
·
Mendorong peserta didik untuk
mengungkapkan dan mendiskusikan keyakinan-keyakinan ilmiahnya dengan teman
sebaya, guru, atau dengan orang lain yang ahli dalam bidangnya;
·
Menyediakan lingkungan agar peserta didik
dapat mengekspresikan dirinya, menemukan bantuan ketika menghadapi persoalan
belajar, mencoba sejumlah keterampilan dan pemecahan serta belajar dari
kesalahan dan keberhasilannya.
Dalam pembelajaran IPS berbasis moral ini,
guru bisa menerapkan model pengajaran Role Playing. Menurut Joyce (2009: 328),
“Role playing merupakan sebuah model pengajaran yang berasal dari dimensi
pendidikan individu maupun sosial.” Model ini membantu siswa untuk menemukan
makna pribadi dalam dunia sosial mereka dan melalui bantuan kelompok sosial
dapat membantu untuk memecahkan dilema masing-masing siswa. Dalam dimensi
sosial, model ini memudahkan individu untuk bekerja sama dalam menganalisis keadaan
sosial, khususnya masalah antar manusia. Model ini juga menyokong beberapa cara
dalam proses pengembangan sikap sopan dan demokratis dalam menghadapi masalah.
Role playing ditempatkan dalam kelompok model pengajaran sosial karena kelompok
sosial memerankan bagian yang mutlak dalam perkembangan manusia, dan karena
adanya beberapa keunikan yang membuktikan bahwa role playing memberi tawaran
penting dalam memecahkan dilemma interpersonal maupun sosial.
Menurut Joyce, et al (2009: 329), tujuan
dari model pembelajaran role playing adalah untuk:
1. Mengeksplorasi perasaan siswa
2. Mentransfer dan mewujudkan pandangan
mengenai perilaku, nilai dan persepsi siswa
3. Mengembangkan kemampuan pemecaham
masalah dan tingkah laku
4. Mengeksplorasi materi pembelajaran
dalam cara yang berbeda
Joyce (2009: 340) menyatakan bahwa model
role playing adalah model yang serbaguna dan dapat diterapkan dalam beberapa
sasaran pembelajaran yang terbilang penting. Melalui role playing, siswa dapat
meningkatkan kemampuannya dalam mengenali dan memperhitungkan perasaannya
sendiri dan perasaan orang lain, mereka bisa memiliki perilaku baru dalam
menghadapi situasi sulit yang tengah dihadapi, dan mereka bisa meningkatkan
kemampuan untuk memecahkan masalah. Selain itu role playing juga bisa
merangsang siswa untuk memunculkan beberapa aktivitas. Karena siswa menikmati
tindakan dan pemeranan, mereka akan tidak menyadari bahwa role playing adalah
salah satu sarana untuk mengembangkan materi pelajaran.
Menurut Joyce (2009), beberapa ciri khas
masalah sosial yang mudah ditelusuri dengan bantuan model ini, yakni:
1.
Konflik
interpersonal.
2.
Relasi
antar keolmpok
3.
Dilema
individu
4.
Masalah
historis atau kontemporer
Model pembelajaran ini dapat diterapkan
dalam pendidikan nilai/moral karena dalam role playing, siswa bermain main
peran, dan dalam perannya itu siswa dilatih untuk memiliki nilai-nilai
kemanusian yang universal. Dalam bermain peran, siswa akan dilatih untuk mampu
bekerja sama dengan orang lain, mampu menghargai pendapat atau pandangan orang
lain yang tidak sama sudut pandangnya. Dalam bermain peran, siswa juga dilatih
untuk memiliki sikap empati terhadap perbedaan nilai moral saat berinteraksi
dengan orang lain. Dengan bermain peran, siswa juga dapat merasakan contoh
kehidupan bermasyarakat lengkap dengan permasalahannya sehingga melalui
permainan peran, siswa dilatih untuk bagaimana tindakan dia di masyarakat yang
tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusian.
Daftar
Pustaka
Aqib,
Zainal & Sujak. 2012. Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter. Yrama
Widya. Bandung
Darmadi,
Hamid. 2012. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Alfabeta. Bandung
Joyce,
B. et al. 2009. Models of Teaching: Model-Model Pengajaran. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
No comments:
Post a Comment