Pendidikan
di Indonesia sudah ada sebelum negara Indonesia berdiri. Sejarah pendidikan
nasional Indonesia dimulai pada masa sebelum terbentuknya negara Indonesia,
dilanjutkan ke masa perjuangan kemerdekaan, masa pembangunan dan masa
reformasi.
Pada
masa bangsa Indonesia mulai merintis pendidikan, menurut Pidarta (2013:126) ada
tiga orang tokoh perjuangan yang berjuang melalui pendidikan. Mereka adalah
Mohammad Syafei yang mendirikan sekolah INS (Indonesisch Nederlandse School) di
Sumatera Barat, Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta,
dan Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi agama Islam di Yogyakarta yang
kemudian berkembang menjadi pendidikan Agama Islam (Muhammadiyah).
Berikut
adalah tujuan pendidikan INS (Pidarta:2013, h. 126-127):
1. Mendidik anak-anak ke arah hidup yang
merdeka, melalui pendidikan mandiri.
2. Menanamkan kepercayaan kepada diri
sendiri, membina kemauan keras, dan membiasakan berani bertanggung jawab.
3.
Membiayai diri sendiri dengan semboyan
cari sendiri dan kerjakan sendiri.
4. Mengembangkan anak secara harmonis, yang
mencakup aspek perasaan, kecerdasan dan keterampilan.
5.
Mengembangkan sikap sosial, agar dapat
bermasyarakat dengan baik.
6.
Menyesuaikan pendidikan dengan
masing-masing bakat anak.
7.
Membiasakan bekerja menurut kebutuhan
lingkungan.
8. Ki Hajar Dewantara dengan sekolah Taman
Siswanya menerapkan asas atau dasar-dasar yang disebut Panca Darma dengan isi
sebegai berikut: (Pidarta: 2013, h. 129)
9. Kemanusian, yaitu berupaya menghargai dan
menghayati sesame manusia dan makhluk Tuhan lainnya. Meningkatkan kesucian jiwa
dan cinta kasih.
10. Kebangsaan,
yaitu bersatu dalam suka dan duka, tetapi menghindari chauvinistis dan tidak
bertentangan dengan kemanusiaan.
11. Kebudayaan,
yaitu kebudayaan nasional harus dilestarikan dan dikembangkan.
12. Kodrat
alam, manusia adalah bagian dari alam, maka manusia harus dibina dan berkembang
sesuai dengan kodrat alam.
13. Kemerdekaan/kebebasan,
setiap anak diberi kesempatan bebas mengembangkan diri sendiri. Mereka perlu
mendisiplinkan diri sendiri untuk mengejar nilai-nilai hidup sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat.
Ahmad Dahlan
dengan Pendidikan Muhammadiyah, menerapkan lima dasar pendidikan sebagai
berikut: (Pidarta:2013, h. 131)
1. Perubahan cara berpikir, ialah kesediaan
jiwa berdasarkan pemikiran baru untuk mengubah cara berpikir dan bertindak dari
kebiasaan lama yang kurang tepat, untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Kemasyarakatan, artinya tidak hanya
mengembangkan aspek individu saja, melainkan juga aspek kemasyarakatan agar
pengembangan individu dan masyarakat berimbang.
3. Aktivitas, anak harus menggunakan
aktivitasnya sendiri untuk memperoleh pengetahuan dan harus pula melaksanakan
serta melaksanakan dan mengamalkan semua hal yang diketahui dan dipelajarinya.
4. Kreativitas ialah untuk memperoleh
kecakapan, keterampilan, dan kiat guna menghadapi situasi baru secara tepat dan
cepat.
5. Optimisme, anak-anak diberi keyakinan
bahwa melalui pendidikan cita-cita mereka akan tercapai, dengan semangat dan
berdedikasi mengerjakannya sesuai dengan yang digariskan Tuhan.
Dari
ketiga tokoh perjuangan pendidikan tersebut, pandangan dan pemikirannya tentang
pendidikan yaitu:
1. Membebaskan jiwa anak dari lingkungan
yang merusak, termasuk dari tekanan penjajah, sehingga tumbuh rasa percaya
diri, berkemauan keras dan bertanggung jawab;
2. Belajar membiayai diri sendiri, hidup
mandiri, dengan mempelajari keterampilan tertentu dan bekerja;
3. Membiasakan anak-anak suka bekerja
melalui sekolah kerja dengan berbagai fasilitasnya;
4. Mengejar perkembangan individu yang
harmonis yang mencakup afeksi, kognisi dan psikomotor, termasuk perkembangan
sosial;
5. Mengembangkan bakat anak;
6. Pendidikan dan pembinaan sejalan dengan
kodrat alam, artinya berkembang secara bebas, pendidik hanya menyiapkan
fasilitas dan melayani dengan baik;
7. Pendidik mengabdikan dirinya kepada
kepentingan perkembangan anak;
8. Pendidikan dan pembinaan melalui ajaran
agama Islam;
9. Mendidik rasa persatuan dan kesatuan
bangsa serta semangat kebangsaan;
10. Pendidikan
demokrasi, dengan menghilangkan tingkat posisi sosial, setiap manusia punya hak
dan kewajiban yang sama;
11. Memusatkan
pengemabangan budaya pada kebudayaan Indonesia.
Pada
masa perjuangan kemerdekaan, sejaran pendidikan Indonesia diwarnai oleh berdirinya
Budi Utomo. Tujuan didirikannya Budi Utomo adalah untuk memajukan bangsa
Indonesia dalam segala bidang kehidupan, terutama kebudayaan.
Masa pembangunan.
Setelah
Indonesia merdeka, pembangunan mulai dilaksanakan pada berbagai bidang, baik
spiritual maupun material. Prioritas pembangunan pada masa awal kemerdekaan
adalah ekonomi sehingga agar selaras dengan pembangunan ekonomi, bidang
pendidikan menerapkan kebijakan Link and Match, artinya pendidikan memiliki
kaitan fungsional dengan kebutuhan pasar sehingga lulusannya mampu memenuhi
tuntutan pasar. Inovasi-inovasi pendidikan pun mulai diterapkan seperti PPSP
yang mencobakan belajar dengan menggunakan modul, SD pamong yaitu pendidikan
antara masyarakat, orang tua dan guru.
Pandangan
pedagogi terhadap landasan historis nasional adalah bahwa sejak pendidikan
berkembang di Indonesia, tujuan pendidikan itu sendiri adalah membentuk dan
membangun generasi muda Indonesia menjadi manusia seutuhnya. Pendidikan
diharapkan mampu untuk mengembangkan semua potensi anak, mengembangkan
kepribadian yang harmonis, memberikan kebebasan kepada anak dalam mengembangkan
aspek dirinya secara wajar sehingga mereka dapat mengembangkan bakatnya
masing-masing.
Sejak
sebelum masa kemerdekaan, pendidikan di Indonesia telah menerapkan konsep
pendidikan yang baik. Ranah kognitif, afektif dan psikomotor telah mulai
dikembangkan. Memang masih banyak kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaanya
terutama dari peran pemerintah yang belum menunjukkan political will yang kuat
untuk memperbaiki pendidikan, tetapi para pelaku pendidikan terus berusaha
untuk menuju pendidikan yang lebh baik. Desetralisasi pendidikan pun harus
dimantapkan kembali karena masih terjadi kesenjangan antara kemampuan
daerah-daerah untuk mengelola kebijakan pendidikan di tiap daerahnya.
sumber:
Pidarta, Made. 2013. Landasan Pendidikan.
Rineka Cipta. Jakarta
No comments:
Post a Comment