Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Friday 12 June 2015

Sejarah Pendidikan di Indonesia



Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum negara Indonesia berdiri. Sejarah pendidikan nasional Indonesia dimulai pada masa sebelum terbentuknya negara Indonesia, dilanjutkan ke masa perjuangan kemerdekaan, masa pembangunan dan masa reformasi.
Pada masa bangsa Indonesia mulai merintis pendidikan, menurut Pidarta (2013:126) ada tiga orang tokoh perjuangan yang berjuang melalui pendidikan. Mereka adalah Mohammad Syafei yang mendirikan sekolah INS (Indonesisch Nederlandse School) di Sumatera Barat, Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta, dan Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi agama Islam di Yogyakarta yang kemudian berkembang menjadi pendidikan Agama Islam (Muhammadiyah).
Berikut adalah tujuan pendidikan INS (Pidarta:2013, h. 126-127):
1. Mendidik anak-anak ke arah hidup yang merdeka, melalui pendidikan mandiri.
2. Menanamkan kepercayaan kepada diri sendiri, membina kemauan keras, dan membiasakan berani bertanggung jawab.
3. Membiayai diri sendiri dengan semboyan cari sendiri dan kerjakan sendiri.
4. Mengembangkan anak secara harmonis, yang mencakup aspek perasaan, kecerdasan dan keterampilan.
5.  Mengembangkan sikap sosial, agar dapat bermasyarakat dengan baik.
6.  Menyesuaikan pendidikan dengan masing-masing bakat anak.
7.  Membiasakan bekerja menurut kebutuhan lingkungan.
8. Ki Hajar Dewantara dengan sekolah Taman Siswanya menerapkan asas atau dasar-dasar yang disebut Panca Darma dengan isi sebegai berikut: (Pidarta: 2013, h. 129)
9. Kemanusian, yaitu berupaya menghargai dan menghayati sesame manusia dan makhluk Tuhan lainnya. Meningkatkan kesucian jiwa dan cinta kasih.
10. Kebangsaan, yaitu bersatu dalam suka dan duka, tetapi menghindari chauvinistis dan tidak bertentangan dengan kemanusiaan.
11. Kebudayaan, yaitu kebudayaan nasional harus dilestarikan dan dikembangkan.
12. Kodrat alam, manusia adalah bagian dari alam, maka manusia harus dibina dan berkembang sesuai dengan kodrat alam.
13. Kemerdekaan/kebebasan, setiap anak diberi kesempatan bebas mengembangkan diri sendiri. Mereka perlu mendisiplinkan diri sendiri untuk mengejar nilai-nilai hidup sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Ahmad Dahlan dengan Pendidikan Muhammadiyah, menerapkan lima dasar pendidikan sebagai berikut: (Pidarta:2013, h. 131)
1. Perubahan cara berpikir, ialah kesediaan jiwa berdasarkan pemikiran baru untuk mengubah cara berpikir dan bertindak dari kebiasaan lama yang kurang tepat, untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Kemasyarakatan, artinya tidak hanya mengembangkan aspek individu saja, melainkan juga aspek kemasyarakatan agar pengembangan individu dan masyarakat berimbang.
3. Aktivitas, anak harus menggunakan aktivitasnya sendiri untuk memperoleh pengetahuan dan harus pula melaksanakan serta melaksanakan dan mengamalkan semua hal yang diketahui dan dipelajarinya.
4. Kreativitas ialah untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan kiat guna menghadapi situasi baru secara tepat dan cepat.
5. Optimisme, anak-anak diberi keyakinan bahwa melalui pendidikan cita-cita mereka akan tercapai, dengan semangat dan berdedikasi mengerjakannya sesuai dengan yang digariskan Tuhan.
Dari ketiga tokoh perjuangan pendidikan tersebut, pandangan dan pemikirannya tentang pendidikan yaitu:
1. Membebaskan jiwa anak dari lingkungan yang merusak, termasuk dari tekanan penjajah, sehingga tumbuh rasa percaya diri, berkemauan keras dan bertanggung jawab;
2. Belajar membiayai diri sendiri, hidup mandiri, dengan mempelajari keterampilan tertentu dan bekerja;
3. Membiasakan anak-anak suka bekerja melalui sekolah kerja dengan berbagai fasilitasnya;
4. Mengejar perkembangan individu yang harmonis yang mencakup afeksi, kognisi dan psikomotor, termasuk perkembangan sosial;
5. Mengembangkan bakat anak;
6. Pendidikan dan pembinaan sejalan dengan kodrat alam, artinya berkembang secara bebas, pendidik hanya menyiapkan fasilitas dan melayani dengan baik;
7. Pendidik mengabdikan dirinya kepada kepentingan perkembangan anak;
8. Pendidikan dan pembinaan melalui ajaran agama Islam;
9. Mendidik rasa persatuan dan kesatuan bangsa serta semangat kebangsaan;
10. Pendidikan demokrasi, dengan menghilangkan tingkat posisi sosial, setiap manusia punya hak dan kewajiban yang sama;
11. Memusatkan pengemabangan budaya pada kebudayaan Indonesia.

Pada masa perjuangan kemerdekaan, sejaran pendidikan Indonesia diwarnai oleh berdirinya Budi Utomo. Tujuan didirikannya Budi Utomo adalah untuk memajukan bangsa Indonesia dalam segala bidang kehidupan, terutama kebudayaan.

Masa pembangunan.
Setelah Indonesia merdeka, pembangunan mulai dilaksanakan pada berbagai bidang, baik spiritual maupun material. Prioritas pembangunan pada masa awal kemerdekaan adalah ekonomi sehingga agar selaras dengan pembangunan ekonomi, bidang pendidikan menerapkan kebijakan Link and Match, artinya pendidikan memiliki kaitan fungsional dengan kebutuhan pasar sehingga lulusannya mampu memenuhi tuntutan pasar. Inovasi-inovasi pendidikan pun mulai diterapkan seperti PPSP yang mencobakan belajar dengan menggunakan modul, SD pamong yaitu pendidikan antara masyarakat, orang tua dan guru.
Pandangan pedagogi terhadap landasan historis nasional adalah bahwa sejak pendidikan berkembang di Indonesia, tujuan pendidikan itu sendiri adalah membentuk dan membangun generasi muda Indonesia menjadi manusia seutuhnya. Pendidikan diharapkan mampu untuk mengembangkan semua potensi anak, mengembangkan kepribadian yang harmonis, memberikan kebebasan kepada anak dalam mengembangkan aspek dirinya secara wajar sehingga mereka dapat mengembangkan bakatnya masing-masing.
Sejak sebelum masa kemerdekaan, pendidikan di Indonesia telah menerapkan konsep pendidikan yang baik. Ranah kognitif, afektif dan psikomotor telah mulai dikembangkan. Memang masih banyak kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaanya terutama dari peran pemerintah yang belum menunjukkan political will yang kuat untuk memperbaiki pendidikan, tetapi para pelaku pendidikan terus berusaha untuk menuju pendidikan yang lebh baik. Desetralisasi pendidikan pun harus dimantapkan kembali karena masih terjadi kesenjangan antara kemampuan daerah-daerah untuk mengelola kebijakan pendidikan di tiap daerahnya.

sumber:

Pidarta, Made. 2013. Landasan Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta


No comments:

Post a Comment