Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Tuesday, 15 September 2015

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Literasi Membaca di Tingkat Sekolah Dasar

Factors Influencing Reading Literacy at the Primary School Level
(Faktor-faktor yang Mempengaruhi Literasi Membaca di Tingkat Sekolah Dasar)

Penulis           
Andrejs Geske & Antra Ozola

Pendahuluan
Tujuan dari peneltiannya adalah untuk mengetahui alasan-alasan dibalik rendahnya literasi membaca diantara siswa Sekolah Dasar. Objek penelitian ini adalah membaca di Sekolah Dasar. Data siswa kelas 4 Sekolah Dasar dari Progress in International Reading Literacy Study (PILRS) dari International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA) dianalisa dalam penelitian ini.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak penyebab yang berbeda-beda dan kompleks yang mempengaruhi tingkat tingkat pencapaian siswa di sekolah. Beberapa diantaranya adalah faktor di luar sekolah seperti, tingkat pendapatan dan pendidikan, yang berkolerasi dengan pencapaian pendidikan siswa. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa ada koherensi yang dekat antara arti pendidikan bagi orangtua dan pencapaian belajar siswa. Dalam hal ini Balster-Liontos (1992) menyatakan, jika dalam keluarga pendidikan dianggap sebagai sebuah nilai, maka kemungkinan besar anak-anak akan mendapatkan pencapaian belajar yang tinggi.
Denton (2002) mengutarakan bahwa kondisi sosial ekonomi mempengaruhi pencapaian awal dalam membaca; penting bagi orangutan untuk membacakan bacaan kepada anak-anaknya. Di usia awal sekolah, anak-anak perempuan lebih mudah untuk mencapai kemampuan membaca.

Metodologi penelitian
3019 siswa Sekolah Dasar kelas 4 berpartisipasi dalam PIRLS 2001 di Latvia; mereka menyelesaikan tes literasi membaca dan disurvei, sedangkan orangtua mereka diberi kuesioner. Untuk membandingkan datanya, penulis membagi 10% anak dengan hasil tertinggi dalam tes, kemudian disebut kelompok A. 10% siswa dengan hasil tes terendah dikelompokkan menjadi kelompok Z.
Faktor-faktor yang membuat perbedaan terbesar antara kelompok A dan Z dieksplorasi dan dicatat ketika data dianalisa. Faktao-faktor tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu: faktor sosial-ekonomi dari keluarga siswa, kolaborasi anak dan keluarganya, kebiasaan membaca siswa di rumah dan di sekolah. Untuk mengevaluasi faktor-faktor tersebut, digunakan regresi linear untuk menentukkan sejauh mana pencapaian membaca siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

Hasil Penelitian
Hasil penelitan menunjukkan bahwa tingkat literasi siswa perempuan lebih baik daripada siswa laki-laki. Di kelompok A, siswa perempuan lebih banyak hampir dua kali lipat dibandingkan siswa laki-laki (siswa perempuan 65%, laki-laki 35%). Sedangkan di kelompok Z, jumlah siswa laki-laki lebih banyak (Laki-laki 63% dan perempuan 37%). 50% siswa dari kelompok Z bersekolah di SD sisi kota, 20% bersekolah di kota. Sedangkan untuk kelompok A, 6% siswa berasal dari area sisi kota sedangkan 58% bersekolah di kota.

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat literasi membaca siswa di Sekolah Dasar kelas empat.
1. Faktor sosial-ekonomi keluarga
Beberapa faktor yang termasuk kedalam bagian ini adalah; jumlah anak dalam keluarga, tingkat pendidikan orangtua, posisi finansial, dan pandangan terhadap pendidikan (hal ini dikarakteristikkan dari jumlah buka dan ensiklopedia yang ada di rumah). Berdasarkan hasil penelitian, orangtua dari siswa di kelompok A memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, bekerja lebih banyak, memiliki lebih banyak buku dan sedikit jumlah anak.

2. Kolaborasi siswa dan keluarganya (orangtua)
Kegiatan dari kolaborasi yang banyak dilakukan oleh siswa dan orangtua dari kelompok A adalah, membaca bersama antara anak dan orangtua, orangtua yang membacakan cerita kepada anak, bermain dengan mainan huruf, bermain permainan kata, menulis huruf dan kata. Sedangkan kegiatan membaca bersama yang banyak dilakukan oleh kelompok B adalah menonto tayangan di televise yang menggunakan tulisan terjemahan (subtitle). Kegiatan berdiskusi tentang materi bacaan dan intensitas pergi ke toko buku dan membeli buku juga lebih banyak dilakukan oleh kelompok A.
Jadi, literasi membaca siswa dipengaruhi oleh kolaborasi  antara anak dan orangtua di tingkat pre-school; kolaborasi di usia 10 tahun sudah tidak terlalu penting lagi, kecuali kegiatan mengunjungi toko buku atau perpustakaan bersama-sama.

3. Kegiatan membaca di luar sekolah
Siswa di kelompok A membaca lebih banyak di luar sekolah. Hasil analisa data menunjukkan bahwa siswa di kelompok A (95%) membaca untuk hiburan mereka sekali atau lebih dalam seminggu, membaca lebih banyak buku dengan tema khusus setiap hari atau hampir setiap hari. Sedangkan siswa di kelompok B (59%) lebih banyak membaca komik dan majalah. Bisa disimpulkan bahwa frekuensi membaca buku yang sering dengan tema yang bervariasi akan meningkatkan literasi membaca siswa dan membaca komik tidak bisa dimasukkan ke dalam kategori faktor yang memfasilitasi peningkatan literasi membaca siswa.

4. Kegiatan membaca siswa di sekolah
Jika di rumah siswa bisa dan boleh membaca apa saja yang disukai, maka di sekolah materi untuk membaca sudah ditentukan oleh guru. Siswa di kelompok A lebih banyak mendapatkan teks bacaan yang bervariasi dan lebih serius. Dalam kegiatan membaca di sekolah ini, siswa seharusnya diberi waktu untuk membaca sendiri pada saat pelajaran, buku yang lebih serius harus lebih banyak lagi diberikan sebagai pilihan, dan guru seharusnya tidak terlalu banyak memberikan tes tertulis.

Kesimpulan
1. Posisi sosial-ekonomi orangtua mempengaruhi pencapaian literasi membaca siswa. Biasanya siswa yang berasal dari keluarga dengan jumlah anak satu atau dua akan memiliki tingkat pencapaian literasi yang lebih baik, mereka memiliki banyak buku dan tingkat pendidikan orangtua yang baik.
2. Literasi membaca siswa dipengaruhi oleh kolaborasi antara anak dan orangtua di usia pre-school, kolaborasi yang penting setelah usia 10 tahun adalah pergi bersama mengunjungi toko buku atau perpustakaan.
3. Membaca komik tidak termasuk faktor yang meningkatkan literasi membaca siswa kelas 
4. Pencapaian literasi yang lebih baik diperlihatkan oleh siswa yang membaca buku yang bervariasi, puisi, buku-buku fiksi atau permainan di sekolah setidaknya satu kali dalam seminggu.

No comments:

Post a Comment