Factors Influencing Reading Literacy at
the Primary School Level
(Faktor-faktor yang Mempengaruhi Literasi
Membaca di Tingkat Sekolah Dasar)
Penulis
Andrejs Geske & Antra Ozola
Pendahuluan
Tujuan dari peneltiannya
adalah untuk mengetahui alasan-alasan dibalik rendahnya literasi membaca
diantara siswa Sekolah Dasar. Objek penelitian ini adalah membaca di Sekolah
Dasar. Data siswa kelas 4 Sekolah Dasar dari Progress in International Reading
Literacy Study (PILRS) dari International Association for the Evaluation of
Educational Achievement (IEA) dianalisa dalam penelitian ini.
Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa banyak penyebab yang berbeda-beda dan kompleks
yang mempengaruhi tingkat tingkat pencapaian siswa di sekolah. Beberapa
diantaranya adalah faktor di luar sekolah seperti, tingkat pendapatan dan
pendidikan, yang berkolerasi dengan pencapaian pendidikan siswa. Hasil
penelitian juga membuktikan bahwa ada koherensi yang dekat antara arti
pendidikan bagi orangtua dan pencapaian belajar siswa. Dalam hal ini
Balster-Liontos (1992) menyatakan, jika dalam keluarga pendidikan dianggap
sebagai sebuah nilai, maka kemungkinan besar anak-anak akan mendapatkan
pencapaian belajar yang tinggi.
Denton (2002)
mengutarakan bahwa kondisi sosial ekonomi mempengaruhi pencapaian awal dalam
membaca; penting bagi orangutan untuk membacakan bacaan kepada anak-anaknya. Di
usia awal sekolah, anak-anak perempuan lebih mudah untuk mencapai kemampuan
membaca.
Metodologi
penelitian
3019 siswa Sekolah Dasar kelas 4
berpartisipasi dalam PIRLS 2001 di Latvia; mereka menyelesaikan tes literasi
membaca dan disurvei, sedangkan orangtua mereka diberi kuesioner. Untuk
membandingkan datanya, penulis membagi 10% anak dengan hasil tertinggi dalam
tes, kemudian disebut kelompok A. 10% siswa dengan hasil tes terendah
dikelompokkan menjadi kelompok Z.
Faktor-faktor yang membuat perbedaan
terbesar antara kelompok A dan Z dieksplorasi dan dicatat ketika data
dianalisa. Faktao-faktor tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa bagian,
yaitu: faktor sosial-ekonomi dari keluarga siswa, kolaborasi anak dan
keluarganya, kebiasaan membaca siswa di rumah dan di sekolah. Untuk
mengevaluasi faktor-faktor tersebut, digunakan regresi linear untuk menentukkan
sejauh mana pencapaian membaca siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.
Hasil
Penelitian
Hasil penelitan menunjukkan bahwa tingkat
literasi siswa perempuan lebih baik daripada siswa laki-laki. Di kelompok A,
siswa perempuan lebih banyak hampir dua kali lipat dibandingkan siswa laki-laki
(siswa perempuan 65%, laki-laki 35%). Sedangkan di kelompok Z, jumlah siswa
laki-laki lebih banyak (Laki-laki 63% dan perempuan 37%). 50% siswa dari
kelompok Z bersekolah di SD sisi kota, 20% bersekolah di kota. Sedangkan untuk
kelompok A, 6% siswa berasal dari area sisi kota sedangkan 58% bersekolah di
kota.
Berikut adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat literasi membaca siswa di Sekolah Dasar kelas empat.
1. Faktor sosial-ekonomi keluarga
Beberapa faktor yang termasuk kedalam
bagian ini adalah; jumlah anak dalam keluarga, tingkat pendidikan orangtua,
posisi finansial, dan pandangan terhadap pendidikan (hal ini dikarakteristikkan
dari jumlah buka dan ensiklopedia yang ada di rumah). Berdasarkan hasil
penelitian, orangtua dari siswa di kelompok A memiliki tingkat pendidikan yang
lebih tinggi, bekerja lebih banyak, memiliki lebih banyak buku dan sedikit
jumlah anak.
2. Kolaborasi siswa dan keluarganya
(orangtua)
Kegiatan dari kolaborasi yang banyak
dilakukan oleh siswa dan orangtua dari kelompok A adalah, membaca bersama
antara anak dan orangtua, orangtua yang membacakan cerita kepada anak, bermain
dengan mainan huruf, bermain permainan kata, menulis huruf dan kata. Sedangkan
kegiatan membaca bersama yang banyak dilakukan oleh kelompok B adalah menonto
tayangan di televise yang menggunakan tulisan terjemahan (subtitle). Kegiatan
berdiskusi tentang materi bacaan dan intensitas pergi ke toko buku dan membeli
buku juga lebih banyak dilakukan oleh kelompok A.
Jadi, literasi membaca siswa dipengaruhi
oleh kolaborasi antara anak dan orangtua
di tingkat pre-school; kolaborasi di usia 10 tahun sudah tidak terlalu penting
lagi, kecuali kegiatan mengunjungi toko buku atau perpustakaan bersama-sama.
3. Kegiatan membaca di luar sekolah
Siswa di kelompok A membaca lebih banyak
di luar sekolah. Hasil analisa data menunjukkan bahwa siswa di kelompok A (95%)
membaca untuk hiburan mereka sekali atau lebih dalam seminggu, membaca lebih
banyak buku dengan tema khusus setiap hari atau hampir setiap hari. Sedangkan
siswa di kelompok B (59%) lebih banyak membaca komik dan majalah. Bisa
disimpulkan bahwa frekuensi membaca buku yang sering dengan tema yang
bervariasi akan meningkatkan literasi membaca siswa dan membaca komik tidak
bisa dimasukkan ke dalam kategori faktor yang memfasilitasi peningkatan
literasi membaca siswa.
4. Kegiatan membaca siswa di sekolah
Jika di rumah siswa bisa dan boleh
membaca apa saja yang disukai, maka di sekolah materi untuk membaca sudah
ditentukan oleh guru. Siswa di kelompok A lebih banyak mendapatkan teks bacaan
yang bervariasi dan lebih serius. Dalam kegiatan membaca di sekolah ini, siswa
seharusnya diberi waktu untuk membaca sendiri pada saat pelajaran, buku yang
lebih serius harus lebih banyak lagi diberikan sebagai pilihan, dan guru
seharusnya tidak terlalu banyak memberikan tes tertulis.
Kesimpulan
1. Posisi sosial-ekonomi orangtua
mempengaruhi pencapaian literasi membaca siswa. Biasanya siswa yang berasal
dari keluarga dengan jumlah anak satu atau dua akan memiliki tingkat pencapaian
literasi yang lebih baik, mereka memiliki banyak buku dan tingkat pendidikan
orangtua yang baik.
2. Literasi membaca siswa dipengaruhi oleh
kolaborasi antara anak dan orangtua di usia pre-school, kolaborasi yang penting
setelah usia 10 tahun adalah pergi bersama mengunjungi toko buku atau
perpustakaan.
3. Membaca komik tidak termasuk faktor yang
meningkatkan literasi membaca siswa kelas
4. Pencapaian literasi yang lebih baik
diperlihatkan oleh siswa yang membaca buku yang bervariasi, puisi, buku-buku
fiksi atau permainan di sekolah setidaknya satu kali dalam seminggu.
No comments:
Post a Comment