Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Saturday 24 December 2022

Wujud Cinta Allah

Apakah kita pernah menyadari bentuk cinta Allah kepada kita itu berupa berbagai ujian atau cobaan yang ditimpakan kepada kita di dunia ini?

Sejatinya ujian atau cobaan itu mencerminkan kasih sayang dan keadilan Allah Ta'ala kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Allah Swt "tidak ingin" menimpakan balasan yang tak terkira perih dan pedihnya di akhirat kelak hingga Dia menggantinya dengan memberikan ujian, cobaan, dan musibah di dunia yang ringan dan sedikit.

"Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 155).

Hendaknya kita berhusnudzon atau berprasangka baik pada Allah bahwa semakin Allah cinta kepada kita, maka semakin berat juga ujian yang diberikan pada kita. Sesungguhnya ujian yang Allah berikan pada kita akan semakin menaikkan derajat dan kemuliaan kita di hadapan Allah, lebih lagi ujian, cobaan, dan musibah yang kita alami akan menggugurkan dosa-dosa yang pernah kita berbuat.

Bagaimana kita meyakini bahwa ujian, cobaan, dan musibah yang Allah berikan kepada kita itu manifestasi cinta Allah pada kita?

Jika kita senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala apa yang diharamkan-Nya, maka yakinlah segala ujian dan cobaan yang Allah timpakan ada kita adalah bentuk cinta-Nya pada kita.

Orang yang paling Allah cintai adalah para Nabi dan Rasul. Mereka adalah manusia-manusia yang paling berat dan banyak dalam menerima ujian dan cobaan semasa hidup mereka. 

Rasulullah saw bersabda, “Orang yang paling keras ujiannya adalah para nabi, kemudian yang semisalnya dan yang semisalnya, diuji seseorang sesuai dengan kadar agamanya, kalau kuat agamanya maka semakin keras ujiannya, kalau lemah agamanya maka diuji sesuai dengan kadar agamanya (ujiannya ringan). Maka senantiasa seorang hamba diuji oleh Allah sehingga dia dibiarkan berjalan di atas permukaan bumi tanpa memiliki dosa” (HR. At-Tirmidzy, Ibnu Majah, berkata Syeikh Al-Albany: Hasan Shahih).

Ujian yang Allah berikan pada para nabi sangat berat melebihi ujian yang diberikan kepada manusia lainnya. Contohnya Nabi Ayub as yang diuji oleh Allah dengan kemiskinan dan penyakit yang sangat berat selama berpuluh-puluh tahun, tapi ia tetap sabar dan semakin bertakwa pada Sang Pencipta.

Dalam Al Qur'an tertulis janji Allah, ''Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, lantas tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta'' (Qs. Al Ankabut: 2-3).

"Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan hukuman di dunia. Jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, maka Dia menahan hukuman kesalahannya sampai disempurnakannya pada hari Kiamat'' (HR Imam Ahmad, At Turmidzi, Hakim, Ath Thabrani, dan Baihaqi).

Jadi, kecintaan Allah kepada kita di dunia tidak selalu diwujudkan dalam bentuk kesenangan atau kenikmatan lainnya. Kecintaan Allah bisa berbentuk ujian, cobaan, dan juga musibah. Semoga kesabaran kita semakin meningkat dengan berbagai ujian yang Allah timpakan kepada kita sehingga terangkat derajat kita di hadapan Allah Swt.

Wallahu'alam...

No comments:

Post a Comment