Menulis
Hakikat Menulis
Menulis bisa dikatakan
sebagai kegiatan yang membentuk simbol-simbol. Tetapi menulis lebih dari
sekedar memproduksi simbol grafis, seperti berbicara yang diartikan bukan hanya
sebagai produksi suara. Simbol-simbol ini harus disusun, berdasarkan konvensi
tertentu, untuk membentuk kata-kata dan kata-kata disusun untuk membentuk
kalimat.
Menulis dapat
didefinisikan sebagai suatu kegiatan berkomunikasi atau penyampaian pesan
dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya (Suparno dan Yunus:2003, 3).
Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam
Menulis
dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai media penyampai (Tarigan, 1986:15). Menulis, menurut
McCrimmon (dalam Saddhono dan Slamet: 2014, 151), merupakan kegiatan menggali
pikiran dan perasaan mengenai suatu objek, memilih hal-hal yang akan ditulis,
menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah
dan jelas.
Slamet
(2008:72) mengemukakan kemampuan menulis yaitu kemampuan berbahasa yang
bersifat produktif; artinya, kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang
menghasilkan; dalam hal ini menghasilkan tulisan.
Menurut
Solehan, dkk (2008: 9.4) kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh
secara otomatis. Solehan menjelaskan bahwa kemampuan menulis seseorang bukan
dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh melalui tindak pembelajaran.
Berhubungan dengan cara pemerolehan kemampuan menulis, seseorang yang telah
mendapatkan pembelajaran menulis belum tentu memiliki kompetensi menulis dengan
andal tanpa banyak latihan menulis.
Menurut
Nurgiyantoro (2014: 422), aktivitas menulis merupakan sebuah bentuk manifestasi
kompetensi berbahasa paling akhir dikuasai pembelajar bahasa setelah kompetensi
menyimak, berbicara dan membaca. Dibandingkan ketiga kompetensi bahasa
tersebut, kompetensi menulis bisa dikatakan lebih sulit untuk dikuasai bahkan
oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan karena
kompetensi menulis menghendaki penguasaaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur
di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi dari tulisan. Baik unsur
bahasa maupun unsur isi pesan harus terjalin sedemikian rupa sehingga
menghasilkan tulisan yang runtut, padu dan berisi.
Kegiatan
menulis menghendaki orang untuk menguasai lambang atau symbol-simbol visual dan
aturan tata tulis, khususnya yang menyangkut masalah ejaan. (Nurgiyantoro:2014,
423)
Pada dasarnya menulis
itu bukan hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan
pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu dan pengalaman hidup seseorang dalam bentuk
bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana
dan tidak perlu dipelajari, tetapi harus dikuasai.
Penguasaan terhadap
menulis berarti keterampilan untuk mengetahui dan memahami struktur bahasa yang
sesuai dengan kaidah yang berlaku. Keterampilan tersebut adalah sebagian dari
persyaratan keterampilan menulis seseorang untuk mengetahui, memahami, dan
menggunakan unsur-unsur kata, kalimat, paragraf, serta tata tulis
menulis.(Saddhono dan Slamet:2014, 153)
Menulis pada hakikatnya
adalah melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami seseorang untuk dibaca orang lain yang dapat memahami bahasa dan
lambang grafis tersebut.
No comments:
Post a Comment