Kuliahnya santai tapi dapat lulus dan dapat ijazahnya gampang.
Butuh ijazah tapi tidak mau susah-susah nyusun skripsi atau tesis. Tenang saja, ada jasa layanan pembuatan skripsi, tesis, bahkan disertasi.
Bagi sebagian orang yang memiliki fixed mindset, yang masih mengagungkan selembar kertas bertuliskan ijazah, sebuah proses mengembangkan diri bukanlah sesuatu yang penting karena bagi penganut fixed mindset, ijazah lebih penting dibandingkan dari kompetensi diri.
Dalam proses perekrutan pegawai baru, beberapa perusahaan besar, memiliki pusat pendidikan dan pelatihan. Pusat pendidikan dan pelartihan ini berfungsi untuk menggembleng para calon pegawai yang baru saja direkrut. Apa artinya ini? Mengapa perusahaan-perusahaan besar memiliki pusat pendidikan dan pelatihan? Bukankah lulusan perguruan dengan nilai bagus sudah cukup siap untuk bekerja?
Ternyata perusahaan-perusahaan besar tersebut tidak berpikir begitu. Mereka beranggapan bahwa pegawai yang direkrut belum cukup siap untuk bekerja sehingga harus digembleng terlebih dahulu di pusat pendidikan dan pelatihan mereka. Di sana para calon pegawai akan diajari berbagai macam soft skill, sejarah perusahaan, tata nilai, budaya kerja, dan masih banyak skill lainnya. (Strawberry Generation, Rhenald Kasali).
Miris bukan? Kebanyakan fresh graduate atau lulusan baru dari perguruan tinggi ternyata belum siap kerja. Apa yang menyebabkan mereka belum siap kerja?
Banyak hal yang menyebabkan lulusan perguruan tinggi tidak atau belum siap kerja. Salah satunya adalah sistem pendidikan dan lingkungan sosial kita yang masih mengagungkan dan mengidolakan sebuah gelar. Orang yang bergelar dilihat sebagai orang-orang yang pandai dan cakap.
Gelar pendidikan berkolerasi dengan tingkat kesejahteraan. Masyarakat akan lebih memandang orang yang memiliki gelar. Sebagian dari mereka beranggapan bahwa orang yang bergelar itu adalah orang-orang yang sukses dalam hidup.
Masih banyak promosi jabatan di lingkungan instasi pemerintahan dan BUMN yang ditentukan oleh gelar. Maka tidak heran jika banyak PNS dan pegawai BUMN berlomba-lomba untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi seperti S2 dan S3.
Sebagian dari mereka beranggapan bahwa memperoleh gelar jauh lebih penting dibandingkan mencari ilmu untuk meningkatkan kompetensi diri. Mereka akan bangga menyematkan gelar tersebut di depan atau di belakang nama mereka. Mereka tidak peduli darimana dan bagaimana mereka mendapatkan gelar tersebut.
Gelar mungkin memang penting, tetapi kompetensi diri jauh lebih penting. Apa artinya selembar kertas bertuliskan ijazah dengan gelar mentereng jika tidak dibarengi oleh diri yang berkualitas.
No comments:
Post a Comment