Sebenarnya, apa
yang benar-benar kita miliki di dunia ini? Apakah kekayaan? Jabatan dan kedudukan?
Tahta? Pasangan? Anak-anak? Benarkah mereka semua milik kita?
Kita ini hidup di
dunia cuma sementara. Rata-rata umur manusia hidup di dunia adalah 60 sampai 70
tahun. Kalaupun ada yang lebih dari itu, berarti sudah mendapatkan bonus
numpang di dunia lebih lama.
Ya, benar sekali
kita hanya numpang hidup di dunia. Harta yang kita miliki cuma titipan, begitu
pun dengan jabatan, pasangan, anak-anak. Semuanya hanya titipan yang Allah
amanahkan kepada kita. Kita ini sejatinya makhluk yang lemah dan tidak memiliki
apapun jika tidak diberi kekuatan oleh Sang Raja penguasa jagat alam raya.
Jadi, jangan
sedih apalagi marah jika suatu saat apa yang Allah titipkan pada kita diambil
kembali. Namanya juga pinjaman dan titipan. Kalau yang punya mau ambil kembali,
apa hak kita untuk menahannya?
Namun, ada kalanya
kita sedih saat kehilangan sesuatu yang kita anggap milik kita. Kita lupa bahwa
apapun yang ada dalam diri kita sejatinya bukanlah miliki kita. Kalaupun kita
kehilangan hal tersebut, pasti Allah akan menggantinya dengan yang lebh baik.
Contohnya saja
ketika kita kita kehilangan sandal, pasti kita akan mendapatkan gantinya baik
kita membeli yang baru atau ada orang yang memberi sepasang sandal untuk kita. Begitu
pun saat kita kehilangan uang. Uang yang hilang, yakinlah bahwa Allah akan
menggantinya dari jalan yang mungkin tidak kita sangka. Bahkan Allah akan
mengganti yang hilang dengan yang lebih baik.
".....Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyusakai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)
Terkadang dan
mungkin seringnya kita mengalami kesedihan yang berlarut-larut saat kita
kehilangan sesuatu, baik itu kehilangan pasangan, anak, jabatan, kekayaan, atau
hal berharga lainnya. Tanpa sadar kita menyalahkan Sang Pembuat Ketetapan. Padahal
jika kita memahami apa yang Allah firmankan dalam surah di atas yang menyatakan
bahwa bisa jadi menyukai sesuatu hingga kita enggan untuk melepasnya padahal
sesungguhnya hal itu membawa keburukan kepada kita.
Saya pernah
mendengar kisah dari seorang artis yang kehilangan hampir segalanya, baik harta
ataupun profesinya sebagai seorang aktor. Hartanya habis karena ditipu dan ia
pun sudah lama tidak mendapatkan tawaran bermain di sinetron. Semua harta dan
benda yang ia miliki sudah terjual untuk menutupi utang. Hingga ia tiba pada
suatu titik dimana ia pasrah dengan keadaannya dan menyerahkan segalanya pada
Sang Pencipta.
Doa dan asanya
terjawab pada suatu waktu. Allah menggantinya dengan hal yang jauh lebih baik. Saat
dalam keadaan terpuruk ia memilih kembali ke jalan Allah dan menjadi pribadi
yang lebih relijius. Tidak lama kemudian, uang yang hilang pun kembali dalam bentuk
yang jauh lebih baik dan banyak. Bagaimana tidak lebih baik saat ia kehilangan ratusan
juta, Allah menggantinya dengan tawaran bermain sinetron yang angkanya jauh
lebih banyak. Bahkan kontrak sinetronnya masih terus berlanjut setelah ia berhasil
melunasi semua utangnya.
Saya pun
mengalami hal yang serupa. Saya pernah mengalami penipuan online dengan nominal
yang tidak sedikit. Jujur saja, saya merasa sedih saat mengetahui kalau saya harus
kehilangan sejumlah uang. Namun, saya menyadari bahwa kehilangan itu mungkin
saja berupa teguran dari Allah atas dosa dan kesalahan yang pernah saya
lakukan.
Kata Ikhlas mungkin
mudah untuk diucapkan tapi sulit untuk dilakukan. Walaupun saat itu mulut saya mengatakan
saya ikhlas dengan kehilangan tapi tetap saja ada sedikit rasa kecewa dalam
hati. Hingga akhirnya saya benar-benar menguatkan hati untuk mengikhlaskannya. Saya
yakin bahwa Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih
bermanfaat.
Janji Allah tidak
pernah meleset. Tidak lama setelahnya, saya mendapatkan sebuah tawaran pekerjaan
dengan bayaran yang lebih dari cukup untuk mengganti uang yang pernah hilang. Tepat
satu hari setelah saya terkena penipuan online tersebut, teman lama saya
menelepon dan menawarkan saya tambahan pekerjaan yang masih saya lakoni hingga
sekarang dimana nominalnya jauh melebihi apa yang pernah hilang dari genggaman
saya.
Betul juga saat
pepatah mengatakan mati satu tumbuh seribu yang artinya segala sesuatu yang hilang
pasti ada gantinya. Tanamkan keyakinan dalam diri kita bahwa pertolongan Allah
itu dekat. Boleh saja kita kehilangan sesuatu tapi jangan sampai kita
kehilangan keyakinan kepada Allah.
No comments:
Post a Comment