Genre surealis
sering dianggap sebagai fiksi yang aneh, absurd dan non rasional. Fiksi
surealis bisa memiliki banyak interpretasi, bisa diterjemahkan atau dimaknai
secara bebas oleh pembacanya. Fiksi surealisme berbeda dengan fiksi realis
apalagi fantasi. Fiksi surealis seperti jembatan antara fiksi realis dan fantasi.
Perbedaan antara fiksi surealis dan fantasi adalah jika dalam fiksi fantasi,
sejak awal unsur-unsur fantasi sudah disajikan pada semesta yang dibangun.
Keanehan itu tampak wajar karena memang dunianya sudah terbangun,
kefantasiannya sejak awal sudah tertata sedangkan dalam fiksi surealisme,
keanehan, keganjilan seringkali tidak logis dan tanpa penjelasan, tidak bisa
dinalar. Hal ini terjadi karena sejak awal unsur-unsur realis tetap
dikedepankan. Fiksi surealis lebih terasa sebagai fiksi yang abstrak, dengan
menggabungkan unsur fantasi dan hal realis dengan padanan yang pas. Fiksi
surealis seringkali dianggap absurd. Keanehan itu terbangun karena ada
banyak unsur realisme yang tetap dipertahankan. Jadi, dalam hal ini unsur
realisme tetap menjadi patokan utama.
Selain padanan
yang pas antara unsur realis dan fantasi, fiksi surealis seringkali menggunakan
metafora dan personifikasi. Penggunaan metafora dan personifikasi menjadi salah
satu ciri dalam fiksi surealisme. Personifikasi membantu menggambarkan suatu
benda atau sesuatu yang bukan mahluk hidup menjadi seperti layaknya mahluk
hidup.
Selain penggunaan
metafora dan personifikasi, ciri lain fiksi surealis adalah penggunaan diksi
yang kaya. Diksi yang kaya bukan berarti diksi yang rumit, berat dan membuat
dahi mengerut, apalagi diksi yang sama sekali tidak sesuai konteks. Pada fiksi
surealis detail atau pun deskripsi terasa lebih hidup dan nyata dengan
penggunaan diksi-diksinya yang unik dan kaya. Pemilihan diksi akan memperkuat
unsur absurd dalam fiksi surealis. Penggunaan diksi unik dan apik untuk
membangun deskripsi dan detail cerita juga bisa kita terapkan pada genre fiksi
mana pun. Karena diksi unik dan kaya akan mampu membangun visualisasi yang
bagus dibenak pembaca selama penggunaan diksinya pas dan tidak berlebihan.
Meski fiksi
surealisme lebih sering disebut sebagai karya fiksi yang aneh dengan banyak
interpretasi, tetapi tidak boleh meninggalkan aturan-aturan baku dalam
kebahasaan dan tidak bisa seenaknya saja disusun demi mencapai efek indah yang diinginkan.
Jadi walau dipandang aneh secara cerita tetapi aturan dan tata bahasanya tetap
diperhatikan.
No comments:
Post a Comment