Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Monday 23 April 2012

Allah Memberi yang Terbaik Menurut Pandangan-Nya


Terkadang yang baik menurut pandangan manusia belum tentu baik menurut pandangan Allah. Dan yang buruk menurut pandangan manusia belum tentu buruk menurut pandangan Allah. Bisa jadi yang baik menurut pandangan manusia ternyata buruk menurut pandangan Allah dan sebaliknya yang buruk menurut pandangan manusia bisa jadi itu lah yang baik menurut pandangan Allah.
Hari ini, mendengan kabar yang menyenang dari seorang teman yang mendapatkan beasiswa S3 ke luar negeri dari pemerintah. Dia dan suaminya berhasil mendapatkan beasiswa itu bersama-sama sehingga keduanya pun bisa belajar di Negara yang sama dengan waktu yang sama. Sungguh indah hidup teman saya ini menurut pandangan saya. Lulus kuliah lansung menikah, mendaftar CPNS dan lansung lulus ditempatkan di sekolah favorit di suatu kota. Tak lama setelah menikah memiliki anak, sepasang putra dan putri. Memiliki rumah sendiri, bukan hanya 1 rumah tapi lebih dari itu ditambah dengan tanah yang luas. Dia pun mendapatkan kesempatan untuk kuliah S2, dan tidak lama setelah lulus saya pun mendengar dia dan suaminya berkesempatan untuk mendapatkan beasiswa S3 ke luar negeri.
Menurut pandangan saya, lengkap dan begitu indahnya hidup teman saya ini. Kehidupan rumah tangga, karier dan pendidikannya sangat sukses. Terbersit dalam hati kecil saya, saya pun ingin merasakan indah dan nikmat hidup seperti teman saya tersebut. Menikah dengan pendidikan dan karier yang cemerlang. Tapi sungguh keadaan saya ini sangat bertolak belakang sekali dengan keadaan teman saya tersebut. Menikah belum, pekerjaan masih serabutan alias belum stabil, pendidikan pun cukup puas dengan S1, keinginan untuk melanjutkan pendidikan sangat kuat tapi keadaan ekonomi yang kurang kuat. Ada kalanya terlintas dalam hati saya sebagai manusia biasa. Ya Allah, kenapa saya tidak mendapatkan hal-hal menyenangkan seperti hidup teman saya tersebut. Dengan usia yang tahun ini mencapai usia 30 tahun, kenapa belum ada laki-laki yang berperan menjadi suami saya, qowwam saya. Kenapa sampai saat ini, saya belum juga diangkat menjadi PNS, kenapa Engkau sangat baik kepada orang lain tapi Engkau ‘pelit’ sekali kepada saya. Banyak pertanyaan kenapa yang memenuhu kepala saya. Seeprtinya saya ini tidak puas dengan apa yang telah Allah berikan kepada saya. Sepertinya Allah tidak adil kepada saya.
Astagfirulloh, seharusnya saya banyak beristigfar. Sungguh seharusnya kita yakin dan berbaik sangka kepada Allah. Allah tidak akan tidak pernah adil kepada hamba-Nya. Allah Yang Maha Tahu apa yang terbaik buat hamba-Nya, termasuk saya. Yang baik buat teman saya belum tentu baik buat saya. Yang indah buat untuk teman saya belum tentu indah buat saya di dalam pandangan Allah.
Inilah manusia, selalu tidak puas dengan keadaan hidupnya. Selalu merasa ketidakadilan. Kerap kali lupa bahwa Allah telah menetapkan rezeki masing-masing dari tiap hamba-Nya. Dan Allah pun akan menilai dan memberi sesuai dengan ikhtiar yang dilakukan oleh hamba-Nya. Mungkin saja Allah menganggap bahwa kit belum pasntas untuk mendapatkan apa yang seharusnya Allah akan berikan. Mungkin saja saat ini saya belum pantas untuk mendapatkan apa yang teman saya itu dapatkan. Belum pantas untuk menikah, belum pantas untuk menjadi PNS, belum pantas untuk meneruskan kuliah. Karena saya belum memantaskan diri utnuk mendapatkan itu semua. Atau bisa jadi menurut pandangan Allah, ilmu dan iman saya belum pantas mendapatkan itu semua. Bisa jadi Allah saat ini sedang mempersiapkan saya untuk pada suatu saat nanti pantas untuk memegang amanah menjadi seorang istri, siap memegag amanah menjadi seorang PNS, dan siap memegang amanah dengan pendidikan yang saya dapatkan. Karena jika semua yang kita dapatkan itu tidak untuk Allah semata maka akan sia-sia. Akan sia-sia ketika kita melalaikan amanah kita sebagai istri dan ibu dalam sebuah rumah tangga. Akan sia-sia ketika kita melalaikan tugas sebagai PNS, yaitu melayani umat. Alan sia-sia ketika pendidikan tinggi yang kita miliki ternyata tidak memberika maslahat pada umat. Seharusnya kita sebagai umat Islam, khususnya saya menyadari bahwa keindahan hidup seperti menikah, punya anak, menjadi PNS, sekolah tinggi bukanlah amanah yang ringan. Banyak yang harus dipersiapkan untuk menjalankan amanah tersebut. Ketika semua keindahan hidup tersebut hanya menjadi lembaran untuk memenuhi halaman buku kehidupan kita saja tanpa memberi arti bagi kehidupan orang lain maka akan sia-sia belaka, tanpa memberikan maslah pada banyak orang maka akan sia-sia saja.
Maka, seharusnya bukan mengeluh dan mempertanyakan ketidakadilan Allah saja. tapi diri kita yang harus memantaskan diri untuk mendapatkan yang terbaik dari Allah. Dan yakinlah bahwa Allah memang akan memberikan yang baik menurut pandangan-Nya buangan pandangan manusia. Allah akan memberikan sesuatu sesuai dengan nilai kepantasan yang kita miliki. Wallahu’alam 

No comments:

Post a Comment