Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Monday, 23 April 2012

Guru Curang, Murid pun Curang


Jangan salahkan murid ketika dia berbuat curang. Seorang murid layaknya selembar kertas putih bersih ketika dia menimba ilmu di sekolah. Seorang guru menjadi teladan bagi murid-muridnya. Seperti kata guru yang ‘kondang’ dengan istilah guru, digugu dan dituru. Guru, digugu artinya semua perkataan dari seorang guru sepertinya ‘perintah’ bagi muridnya. Semua yang guru katakan di dalam kelas akan diserap hampir 100% oleh setiap muridnya.
Pernah suatu waktu, adik saya yang sedang belajar di TK menceritakan perihal guru bahasa Inggrisnya. Karena, saya pun seorang guru bahasa Inggris, maka saya tanyakan pada adik saya tentang apa saja pelajaran bahasa Inggris yang telah dipelajari di sekolah. Maka dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi dia menyebutkan berbagai macam warna dalam bahasa Inggris hingga sampai warna green, dia menyebutkan green itu dengan pelafalan /gren/. Waduh, gurunya ‘menyesatkan’ dan benar saja, adik saya itu lebih memegang teguh apa yang telah dijarkan oleh gurunya walaupun sekuat tenaga dan pikiran saya mengkoreksinya.
Guru, ditiru artinya guru menjadi seorang teladan di sekolah. Bisa jadi guru itu segalanya bagi muridnya, gurunya itu adalah seorang idola bagi muridnya. Tapi, sangat miris sekali hati ini ketika melihat seorang guru yang seenaknya saja merokok di dalam kelas ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlansung. Atau ada beberapa oknum guru yang tidak menjaga adab pergaulan antara guru perempuan dan laki-laki. Bagaimana jadinya, jika guru yang demikian menjadi teladan bagi murid-muridnya.
Kembali ke masalah kecurangan yang mungkin marak tejadi pada saat ujian nasional. Banyak pemberitaan yang melaporkan kecurangan yang dilakukan oleh para murid ketika ujian berlansung. Saling menyontek, membuat catatan kecil sampai membeli soal dan kunci jawaban.
Ternyata kecurangan yang dilakukan oleh murid itu adalah ‘teladan’ yang diberikan oleh guru itu sendiri. Pertama adalah kecurangan yang dilakukan dalam pemberkasan CPNS. Banyak guru ‘siluman’ anak atau saudara dari seorang ‘pejabat’ yang masuk dalam data CPNS padahal sebenarnya dia tidak mengajar. Atau banyak juga oknum guru yang memalsukan lamanya dia mengajar agar bisa diikutsertakan dalam tes CPNS. Kedua adalah dalam proses sertifikasi, banyak oknum guru yang membeli sertifikat demi lolos dalam tes sertifikasi. Ketiga, dalam tes kompetensi yang harus dilakukan oleh guru, banyak guru yang saling contek menyontek.
Maka, tidak heran jika murid berlaku curang. Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment