Jangan salahkan murid
ketika dia berbuat curang. Seorang murid layaknya selembar kertas putih bersih
ketika dia menimba ilmu di sekolah. Seorang guru menjadi teladan bagi
murid-muridnya. Seperti kata guru yang ‘kondang’ dengan istilah guru, digugu
dan dituru. Guru, digugu artinya semua perkataan dari seorang guru sepertinya ‘perintah’
bagi muridnya. Semua yang guru katakan di dalam kelas akan diserap hampir 100%
oleh setiap muridnya.
Pernah suatu waktu, adik
saya yang sedang belajar di TK menceritakan perihal guru bahasa Inggrisnya. Karena,
saya pun seorang guru bahasa Inggris, maka saya tanyakan pada adik saya tentang
apa saja pelajaran bahasa Inggris yang telah dipelajari di sekolah. Maka dengan
tingkat kepercayaan diri yang tinggi dia menyebutkan berbagai macam warna dalam
bahasa Inggris hingga sampai warna green, dia menyebutkan green itu dengan
pelafalan /gren/. Waduh, gurunya ‘menyesatkan’ dan benar saja, adik saya itu
lebih memegang teguh apa yang telah dijarkan oleh gurunya walaupun sekuat
tenaga dan pikiran saya mengkoreksinya.
Guru, ditiru artinya
guru menjadi seorang teladan di sekolah. Bisa jadi guru itu segalanya bagi
muridnya, gurunya itu adalah seorang idola bagi muridnya. Tapi, sangat miris
sekali hati ini ketika melihat seorang guru yang seenaknya saja merokok di
dalam kelas ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlansung. Atau ada
beberapa oknum guru yang tidak menjaga adab pergaulan antara guru perempuan dan
laki-laki. Bagaimana jadinya, jika guru yang demikian menjadi teladan bagi murid-muridnya.
Kembali ke masalah
kecurangan yang mungkin marak tejadi pada saat ujian nasional. Banyak pemberitaan
yang melaporkan kecurangan yang dilakukan oleh para murid ketika ujian
berlansung. Saling menyontek, membuat catatan kecil sampai membeli soal dan
kunci jawaban.
Ternyata kecurangan yang
dilakukan oleh murid itu adalah ‘teladan’ yang diberikan oleh guru itu sendiri.
Pertama adalah kecurangan yang dilakukan dalam pemberkasan CPNS. Banyak guru ‘siluman’
anak atau saudara dari seorang ‘pejabat’ yang masuk dalam data CPNS padahal
sebenarnya dia tidak mengajar. Atau banyak juga oknum guru yang memalsukan
lamanya dia mengajar agar bisa diikutsertakan dalam tes CPNS. Kedua adalah
dalam proses sertifikasi, banyak oknum guru yang membeli sertifikat demi lolos
dalam tes sertifikasi. Ketiga, dalam tes kompetensi yang harus dilakukan oleh
guru, banyak guru yang saling contek menyontek.
Maka, tidak heran jika
murid berlaku curang. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment