Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Sunday, 22 July 2012

Tiada Merugi Orang Yang Bersyukur


Sometimes when I heard some friends have achieved great things in their life, I got so jealous. I should see others who got nothing in their life yah, so I can be grateful.   
Itulah ‘update’ status yang diposting oleh salah seorang saudariku. Isinya menceritakan kegalauan yang dialaminya karena melihat orang lain berhasil menggapai kesuksesan dalam hidupnya, dan seharusnya dia melihat orang lain yang tidak sukses dalam hidupnya sehingga dia bisa bersyukur.
Yah, manusia memang tidak akan merasa puas dengan apa yang didapatnya dan merasa bahwa orang lain serba lebih daripada dirinya. Lebih kaya, lebih berprestasi, lebih cantik, lebih tampan dan masih banyak lebih lainnya lagi. Dalam hal ini manusia selalu melihat ke atas. Melihat pada seseorang yang ‘serba lebih’ daripadanya.
Mungkin juga karena melihat ‘serba lebih’dari orang lain inilah yang membuat manusia menggunakan cara-cara yang tidak halal untuk menyetarakan diri dengan orang yang ‘serba lebih’ tersebut. Seorang remaja yang rela menjual kesucian dirinya demi untuk sebuah gadget yang terbaru yang dia beli karena melihat temannya menggunakan gadget keluaran terbaru. Atau remaja yang nekat mencuri uang demi membeli tas bermerk seperti yang digunakan oleh temannya. Rasa iri melihat hal yang bagus pada temannya telah membuat seorang remaja nekat melakukan apapun termasuk mencuri dan menjual diri.
Mungkin para koruptor juga malakukan tindak korupsi ini karena iri melihat orang lain mampu lebih dari dirinya, mampu membeli mobil yang lebih mewah, mempunyai rumah yang lebih mewah, memiliki perhiasan dan uang yang lebih banyak. Dia tidak melihat kemampuan yang dimiliki dirinya sendiri, buta akan mata hatinya sendiri sehingga dia melakukan segala cara meskipun haram untuk mendapatkan apa yang dimiliki oleh orang yang serba ‘lebih’ tersebut.
Seperti yang dituliskan oleh saudari saya dalam postingannya bahwa dia merasa iri melihat seseorang yang dia temui di suatu seminar yang menceritakan bahwa orang tersebut adalah seorang PNS yang sedang menempuh S3 nya dan sering mengikuti seminar internasional di berbagai Negara ditambah lagi dia adalah seorang PNS di SMP unggulan di kota metropolitan. Bagaimana begitu indahnya hidup yang dimiliki oleh seseorang yang saudari saya temui di seminar tersebut. Lalu, saudari saya juga bercerita bahwa dalam reuni SMP yang dihadirinya dia bertemu dengan teman SMP nya yang menceritakan bahwa salah satu teman mereka sekarang ini sedang berada di UK ikut suaminya yang bekerja di sebuah perusahaan pertambangan dan sedang ditugaskan di Negara tersebut.
Ada benarnya peribahasa yang mengatakan rumput tetangga lebih hijau. Memang benar adanya jika kita selalu melihat ke atas, kita akan selalu merasa kurang karena kita selalu melihat kelebihan yang dimilki oleh orang lain. Cobalah sesekali kita melihat ke bawah. Melihat kekurangan dari orang-orang yang serba kekurangan. Ketika kita iri melihat seorang PNS guru di SMP unggulan yang sering mengikuti seminar internasional ke berbagai negara, lihatlah guru di pedalaman yang serba kekurangan. Dimana untuk pergi ke sekolahnya untuk mengajar harus menempuh perjalanan berkilo-kilo dengan fasilitas yang seadanya tapi mampu ikhlas dalam menjalani tugasnya tanpa mengeluh akan seminar-seminar yang tidak bisa diikutinya. Lihat juga guru honorer yang masih terombang-ambing dalam ketidakjelasan status dengan gaji yang jauh sekali dibawah standar.
Jika kita iri melihat teman yang memiliki suami yang bekerja di perusahaan tambang minyak internasional yang sedang ditugaskan di luar negeri, maka lihatlah teman yang belum memilki suami yang harus berjuang sendiri untuk menghidupi diri sendiri. Atau lihatlah teman yang memilki suami dengan pekerjaan yang tidak tetap yang tidak memiliki penghasilan yang tetap yang harus bekerja siang dan malam, membanting tulang hanya untuk sekedar mencukupi biaya makan untuk satu atau dua hari saja.
Yah, jika kita selalu melihat ke atas maka hanyalah rasa iri dan rasa tidak bersyukur yang akan selalu merongrong kehidupan kita. Tapi jika sejenak saja melihat ke bawah maka kita akan selalu bersyukur untuk apa yang kita miliki sekarang. Tentu saja sekali-kali kita boleh melihat ke atas untuk memberikan motivasi kepada kita untuk senantiasa berusaha. Melihat teman yang berprestasi tentu dapat memotivasi kita untuk dapat berprestasi pula. Ketika sejenak kita melihat ke atas maka jadikanlah hal itu motivasi untuk kita supaya bisa berusaha lebih keras lagi dan tidak dijadikan hal yang mengotori hati kita dengan rasa iri yang berlebihan. Dan ketika kita sudah mulai tidak bersyukur dengan keadaan kita maka lihatlah ke bawah sehingga kita akan merasa bersyukur dengan apa yang dimiliki. Wallahu’alam …^_^… (thanks to my sister Ine for your 'galau' posting...hehehehe)

No comments:

Post a Comment