Dulu saya pernah menulis
tentang kisah seseorang yang karena tabiatnya yang tidak jujur, sering
mengambil barang-barang yang bukan haknya, ia sudah kehilangan kepercayaan
orang-orang terhadapnya. Bahkan keluarga besarnya pun sudah tidak
mempercayainya lagi. Lebih jauh lagi, jika ada uang atau barang yang hilang,
maka orang-orang pun akan langsung menyalahkannya.
Ini adalah kisah dari
seorang teman sekantor saya yang tabiatnya kurang lebih sama dengan tabiat
orang tak jujur di atas. Teman saya ini, sebut saja ibu A, adalah seorang
bendahara di kantor saya. Beberapa tahun lalu dia pernah melakukan kesalahan
memakai ‘uang honor’ karyawan di tempat saya bekerja untuk urusan pribadinya. Usut
punya usut, ternyata si ibu A ini sudah 3 bulan ‘memakai dulu’ uang honor
teman-teman di kantor. Lebih parahnya lagi, setelah ‘mengambil’ uang honor
teman-temannya, ibu A ini mengabarkan bahwa dirinya terserang penyakit sehingga
tidak masuk kantor sekitar kurang lebih 3 bulan lamanya.
Wah, pasti heboh lah
keadaan di kantor. 3 bulan honor tidak dibayarkan sehingga ‘bos’ kami harus ‘nombok’
dulu. Dia harus membayarkan honor para karyawannya dan menunggu si ibu A
mengembalikan uang yang pernah dipinjamnya itu dengan mencicil.
Singkat kata, si ibu A
sudah sembuh dan kembali ke pergaulan. Suatu hari, di kantor kami mempunyai
rencana untuk liburan akhir tahun. Untuk persiapan, kamipun berinisiatif untuk
menabung di seorang teman, sebut saja ibu B. kami telah bersepakat untuk
menabung dan uangnya dipegang oleh ibu B. Apa yang terjadi selanjutnya adalah
si ibu A dengan inisiatifnya yang super cepat memotong honor kami semua untuk
tabungan liburan kami. Kebanyakan dari kami hanya bisa menerima saja, karena
posisi ibu A sebagai bendahara (saya tidak mengerti kenapa pimpinan tidak
mengganti peran si ibu A sebagai bendahara).
Tentu saja sebagain
besar dari kami tidak bisa membantah dan merasa tidak enak jika kami menolak
apa yang sudah ditawarkan si ibu A untuk mengelola dana tabungan kami. Ada beberapa
orang yang menolak berpartisipasi untuk menabung dan kebanyakan teman-teman
karyawan kami yang laki-laki, mereka beralasan sudah tidak memiliki lagi
kepercayaan terhadap ibu A. Dengan hati was-was kami menitipkan uang tabungan
kami kepada ibu A dan berdo’a supaya uang kami aman berada di tangannya. Sampai
akhirnya berita untuk pembatalan dana tabunganpun datang, ternyata dari pihak pimpinan
memutuskan untuk mentiadakan tabungan sehingga uang yang sudah disetorkan pun
harus dikembalikan.
Bahagia kami mendengar
berita tersebut. Sempat ibu A mengusulkan agar rencana menabung diteruskan,
tetapi kami semua menolaknya. Inilah kesempatan kami untuk menyelamatkan uang
kami. Dan akhinya, kamipun mendapatkan uang kami kembali dengan utuh.
Yah, begitulah nasib
orang yang sudah kehilangan kepercayaan dari orang lain. Orang lain senantiasa
berpikiran buruk terhadap orang tersebut. Sulit sekali menggembalikan
kepercayaan orang lain. Butuh waktu lama dan bukti nyata. Sekali sudah
tercoreng nama baiknya maka akan sulit sekali untuk menghapusnya. Jadi, jagalah kepercayaan orang lain terhadap
kita, jagalah hal yang berharga ini karena sekalinya hilang maka akan sulit
untuk menemukannya kembali. Wallahu’alam … ^_^ …
7 Maret 2013
No comments:
Post a Comment