الَّذِي
جَعَلَ
لَكُمُ
الأَرْضَ
فِرَاشاً
وَالسَّمَاء
بِنَاء
وَأَنزَلَ
مِنَ
السَّمَاء
مَاء
فَأَخْرَجَ
بِهِ
مِنَ
الثَّمَرَاتِ
رِزْقاً
لَّكُمْ
فَلاَ
تَجْعَلُواْ
لِلّهِ
أَندَاداً
وَأَنتُمْ
تَعْلَمُونَ (Al-Baqoroh:22)
[(Dialah) Yang menjadikan untukmu
bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan)
dari langit, lalu Dia mengeluarkan dengan hujan itu buah-buahan sebagai rezeki
untukmu; karena itu janganlah kalian mengadakan bagi Allah sekutu-sekutu,
padahal kalian mengetahui.]
Hujan, terkadang dinanti
terkadang dicaci. Ketika kemarau yang panjang mendera bumi hujan adalah sesuatu
yang sangat dinantikan oleh semua manusia tanpa terkecuali. Kekeringan
dimana-mana. Tanah-tanah retak tak kuasa menahan panasnya sinar matahari yang menyerang.
Hewan-hewan binasa karena kurangnya cairan dalam tubuh mereka. Banyak penyakit
menyerang manusia karena kemarau berkepanjangan. Segala upayapun dikerahkan,
mulai dari cara hujan buatan, cara klenik sampai sholat meminta hujan.
Ada cara yang dicontohkan
Rasululloh untuk meminta turunnya hujan, yaitu dengan melaksanakan sholat istisqo,
pemerintah pun turun tangan dengan mencoba menerapkan hujan buatan. Para pemuja
klenik pun tak mau ketinggalan. Banyak diantara pelaku ajaran klenik meminta
turunnya hujan dengan cara mempersembahkan hewan ternak mereka ataupun
cara-cara klenik lainnya yang sama sekali tidak dicontohkan oleh Rasululloh.
Sampai akhirnya hujan
pun dengan derasnya turun mengguyur bumi ini, menghapus dahaga yang panjang.
Semua orang bersyukur menyambut turunnya hujan ini. Semua manusia, hewan, dan
tumbuhan bersuka cita dengan hujan yang turun dengan indahnya. Manusia
tersenyum, hewan tersenyum, tumbuhan pun ikut tersenyum.
Hujan dengan rajinnya
turun setiap hari melimpahkan rezeki dari langit bersamanya. Hujan turun dan
turun terus. Manusia mulai jengkel dengan datangnya yang terlalu kerap.
Akhirnya bencana banjir pun muncul menjadi mimpin buruk bagi manusia. Rumah
mereka terendam, ladang mereka hanyut, sawah mereka hancur. Mereka mulai
menyalahkan hujan.
Hujan mulai tidak
bersahabat dengan manusia. Setiap hari hujan datang tanpa diundang. Setiap sore
hujan mengganggu manusia yang akan pulang menuju rumah mereka. Wajah-wajah
manusia ini mulai masam ketika langit sudah mulai terlihat gelap. Dengan keluh
kesah mereka mengutuki turunnya hujan. Disela gerutuan itu, “huh, hujan lagi
hujan lagi”. Manusia mulai mencela hujan, manusia mulai membenci hujan, manusia
mulai memusuhi hujan.
Alloh telah menurunkan
ayat yang menyatakan bahwa datangnya hujan pertanda datangnya rezeki. Apakah kita
akan mendustakan ayat Alloh ini dengan tidak bersyukur atas turunnya hujan. Bukan
hujan yang menyebabkan banjir yang menengelamkan rumah-rumah, ladang-ladang dan
sawah-sawah manusia. Ulah manusia itu sendiri yang menyebabkan banjir. Ulah manusia
yang menghancurkan hutan tempat air hujan itu tinggal. Ulah manusia sendiri
yang seenaknya menghancurkan perbukitan dan mendirikan bangunan-bangunan rumah
di daerah perbukitan tempat hujan itu menampatkan diri. Ulah manusia itu
sendiri yang seenaknya membangun mal-mal, hotel-hotel, gedung pencakar langit
tanpa memperhatikan alam menyumbat air hujan untuk mengalir.
Mengapa harus
menyalahkan hujan ketika pihak yang harus disalahkan itu adalah manusia itu
sendiri yang selalu berkeluh kesah ketika turun hujan. Wallahu’alam …^_^…
(ditulis ketika menunggu redanya hujan di
sebuah café)
No comments:
Post a Comment