Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Sunday, 21 April 2013

Turunnya Hujan Itu Tanda Turunnya Rezeki


الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاء فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ (Al-Baqoroh:22)
[(Dialah) Yang menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia mengeluarkan dengan hujan itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kalian mengadakan bagi Allah sekutu-sekutu, padahal kalian mengetahui.]

Hujan, terkadang dinanti terkadang dicaci. Ketika kemarau yang panjang mendera bumi hujan adalah sesuatu yang sangat dinantikan oleh semua manusia tanpa terkecuali. Kekeringan dimana-mana. Tanah-tanah retak tak kuasa menahan panasnya sinar matahari yang menyerang. Hewan-hewan binasa karena kurangnya cairan dalam tubuh mereka. Banyak penyakit menyerang manusia karena kemarau berkepanjangan. Segala upayapun dikerahkan, mulai dari cara hujan buatan, cara klenik sampai sholat meminta hujan.
Ada cara yang dicontohkan Rasululloh untuk meminta turunnya hujan, yaitu dengan melaksanakan sholat istisqo, pemerintah pun turun tangan dengan mencoba menerapkan hujan buatan. Para pemuja klenik pun tak mau ketinggalan. Banyak diantara pelaku ajaran klenik meminta turunnya hujan dengan cara mempersembahkan hewan ternak mereka ataupun cara-cara klenik lainnya yang sama sekali tidak dicontohkan oleh Rasululloh.
Sampai akhirnya hujan pun dengan derasnya turun mengguyur bumi ini, menghapus dahaga yang panjang. Semua orang bersyukur menyambut turunnya hujan ini. Semua manusia, hewan, dan tumbuhan bersuka cita dengan hujan yang turun dengan indahnya. Manusia tersenyum, hewan tersenyum, tumbuhan pun ikut tersenyum.
Hujan dengan rajinnya turun setiap hari melimpahkan rezeki dari langit bersamanya. Hujan turun dan turun terus. Manusia mulai jengkel dengan datangnya yang terlalu kerap. Akhirnya bencana banjir pun muncul menjadi mimpin buruk bagi manusia. Rumah mereka terendam, ladang mereka hanyut, sawah mereka hancur. Mereka mulai menyalahkan hujan.
Hujan mulai tidak bersahabat dengan manusia. Setiap hari hujan datang tanpa diundang. Setiap sore hujan mengganggu manusia yang akan pulang menuju rumah mereka. Wajah-wajah manusia ini mulai masam ketika langit sudah mulai terlihat gelap. Dengan keluh kesah mereka mengutuki turunnya hujan. Disela gerutuan itu, “huh, hujan lagi hujan lagi”. Manusia mulai mencela hujan, manusia mulai membenci hujan, manusia mulai memusuhi hujan.
Alloh telah menurunkan ayat yang menyatakan bahwa datangnya hujan pertanda datangnya rezeki. Apakah kita akan mendustakan ayat Alloh ini dengan tidak bersyukur atas turunnya hujan. Bukan hujan yang menyebabkan banjir yang menengelamkan rumah-rumah, ladang-ladang dan sawah-sawah manusia. Ulah manusia itu sendiri yang menyebabkan banjir. Ulah manusia yang menghancurkan hutan tempat air hujan itu tinggal. Ulah manusia sendiri yang seenaknya menghancurkan perbukitan dan mendirikan bangunan-bangunan rumah di daerah perbukitan tempat hujan itu menampatkan diri. Ulah manusia itu sendiri yang seenaknya membangun mal-mal, hotel-hotel, gedung pencakar langit tanpa memperhatikan alam menyumbat air hujan untuk mengalir.
Mengapa harus menyalahkan hujan ketika pihak yang harus disalahkan itu adalah manusia itu sendiri yang selalu berkeluh kesah ketika turun hujan. Wallahu’alam …^_^…

(ditulis ketika menunggu redanya hujan di sebuah café)

No comments:

Post a Comment