Ketika kita menonton
acara olahraga, apapun acara olahraganya, pasti hadir pembawa acara dan komentator
di sebelum, di tengah-tengah acara ketika masa istirahat dan di akhir acara. Adapula
komentator disepanjang acara tersebut yang mengomentari setiap detilnya.
Nah, ternyata mental
komentator inipun menjalar ke kehidupan sehari-hari. Manusia tipe komentator
ini selalu mengomentari apa yang orang lain perbuat dan lakukan. Dia akan
senang sekali membicarakan keburukan dari pihak yang dia komentari.
Contohnya saja ketika
dia mengomentari hasil pekerjaan dari seseorang. Jika dia merasa dikecewakan
ataupun tidak puas dengan hasil kerja dari seseorang karena tidak memberikan
keuntungan pribadi pada dirinya maka dia akan mencap bahwa pekerjaan dari orang
tersebut tidak bagus dan akan mengabaikan kerja-kerja bagus dari orang lain
itu.
Para manusia seperti ini
mirip sekali dengan komentator pertandingan sepakbola, terutama komentator
amatiran di rumah. Seringkali ketika kita menonton pertandingan sepakbola lewat
televisi kita akan mengomentari segala hal tentang pertandingan tersebut. Jika ada
pemain dari tim kesayangan kita melakukan kesalahan, maka serta merta kita akan
mengomentari hal-hal yang buruk tentang pemain tersebut. Akan keluar
kalimat-kalimat seperti berikut; ‘bisa ga sih main bola’, ‘masa ga bisa nahan
serangan lawan sih’, ‘bola udah di depan gawang kok gak bisa bikin gol sih’ dan
berbagai macam lagi kritikan tidak membangun ini akan berhamburan keluar dari
mulut kita.
Padahal, jika kita mau
berfikir, apa hak kita mengkritik pemain tersebut. Jika kita di posisi nya
apakah kita juga bisa. Kita mengkritik pemain tersebut tanpa ingin tahu apa
yang sebenarnya terjadi di balik kejadian tersebut. Kita tidak mengetahui kerja
keras yang dilakukan pemain tersebut di lapangan.
Terkadang ketika tim
kesayangan kita kalah dipertandingan, kita akan mengkritiknya habis-habisan. Kita
kritik para pemain juga pelatihnya. Kita anggap para pemain di tim itu tidak
becus bermain bola. Kita anggap si pelatih gagal dalam mengatur strategi. Tetapi
kita tidak tahu usaha-usaha apa saja yang telah dilakukan oleh para pemain dan
pelatih untuk memberikan hasil yang terbaik. Kita tidak tahu jika para pemain
itu berlatih tiap hari. Kita tidak tahhu bahwa pelatih itu memeras otaknya
untuk membuat timnya menang. Kita tidak tahu bagaimana para pemain itu berusaha sekuat tenaga mereka
untuk bisa menang di setiap pertandingan. Tetapi, mereka tidak bisa pasti
selalu menang dalam setiap pertandingan. Ada faktor-faktor lain yang bisa
membuat mereka kalah.
Sayangnya, kita hanya
melihat hasilnya tanpa mau melihat prosesnya. Kita hanya bisa melihat yang
terlihat oleh mata saja tanpa mau melihat proses yang terjadi. Kita hanya bisa
menghargai hasil tanpa mau menghargai proses. Kita hanya memikirkan kesenangan
pribadi saja. Ketika hati kita tidak terpuaskan maka pandangan kita pun negatif
tanpa mau melihat hal-hal yang positif. Apapun yang orang lain perbuat jika hal
itu tidak memberikan keuntungan pribadi buat kita maka apa yang dilakukan oleh
orang lain itu salah. Sebaliknya, jika yang dilakukan oleh orang lain itu salah
tapi bisa memuaskan pribadi kita maka kita akan menutup mata akan kesalahan
yang dilakukan oleh orang lain itu.
Jika ingin memberikan
nasihat kepada manusia tipe komentator ini, maka perkataan nasihat apapun yang
berusaha kita berikan akan terlihat buruk di mata mereka. Tidak bisa mereka
menerima nasihat yang kita sampaikan. Yang pada akhirnya mereka akan
memutarbalikkan apapun opini atau nasihat yang kita berikan sampai akhirnya
kita akan merasa muak sendiri.
Manusia macam mereka ada
banyak di dunia ini. Yang merasa dirinya paling benar dan orang lain salah. Manusia
yang merasa dirinya master. Manusia yang merasa dirinya superior dan orang lain
inferior. Manusia-manusia yang disetiap perkataannya tidak memberikan
ketenangan. Manusia jenis ini ada sejak zaman Rasululloh dulu dan akan tetap
ada hingga akhir zaman. Akhirnya, kita hanya bisa mengabaikan saja apapun yang
mereka katakana atau pemikiran yang mereka paksakan. Kalau kata orang bule sih
take it or leave it. Wallau’alam…^_^…
No comments:
Post a Comment