Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Friday, 6 September 2013

Merubah Pola Pikir Dulu

Bagi saya kehidupan yang saya jalani saat ini adalah kehidupan yang nyaman. Saya hidup mandiri lepas dari dukungan finansial orang tua sudah cukup lama. Tahun 2006, setelah lulus kuliah saya memutuskan untuk hidup mandiri berawal dengan menyewa sebuah kamar kos. Sejak saat itu saya mendapatkan kehidupan yang ‘bebas’.
Hidup mandiri, tanpa dukungan finansial dari orangtua, pun hidup bebas. Hidup bebas ala saya itu maksudnya bebas melakukan apa saja yang saya senangi. Bebas untuk bangun tidur kapan saja, bebas untuk tidur kapan saja, bebas untuk tidak setiap hari beres-beres melakukan pekerjaan domestic. Juga bebas untuk menentukan keputusan.
Dengan kehidupuan seoerti itu saya merasa nyaman, menikmati up dan down kehidupan, menikmati susah dan senangnya belajar hidup mandiri. Hingga akhirnya sahabat terdekat satu persatu mulai melepas masa lajangnya dan mulai kehidupan baru sebagai seorang istri dan juga ibu.
Seringkali saya mendengar cerita dari sahabat-sahabat saya tersebut, jika mereka akan memutuskan sesuatu mereka harus berkonsultasi dulu pada suami mereka. Mereka juga harus bangun pagi-pagi sekali untuk melayani suami yang akan berangkat bekerja. Dan ketika mereka memiliki anak, mereka juga disibukkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan bayi dan lainnya.
Saat itu saya berfikir bahwa saya belum siap untuk segala urusan tetek bengek dalam pernikahan seperti mengurus suami, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, bangun pagi untuk meyiapkan segalanya dan hal-hal lain lagi yang saya pikir bisa merusak ritmehidup saya.  Terdengar ‘kejam’ dan ‘salah’ tapi itulah pikiran saya saat itu.
Sampai akhirnya, sahabat saya, soulmate saya, sahabat terakhir ddi ‘gank’ kami yang belum menikah akhirnya menikah juga. Dari situlah saya mulai merasa bahwa saya harus berubah. Saya harus berani keluar dari zona nyaman saya. Mulai saat ini saya harus merubah pola pikir saya yang ‘salah’. Teringat saat saya ‘dimarahi’ oleh seorang sahabat karena saya mengeluh jika menikah saya akan capek mengurus suami. Serta merta sahabat saya itu memarahi saya dengan mengatakan bahwa mengurus suami adalah salah satu ibadah kita.

Yah, saya harus menguatkan diri, saya harus segera keluar dari zona nyaman saya, saya harus segera merubah pola pikir dan hidup saya. Wallahu’alam…^_^…

No comments:

Post a Comment