Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Thursday 11 September 2014

Di Hadapan Allah



Di hadapan Allah, kita semua dipandang berdasarkan tingkat keimanan dan ketakwaan kita. walaupun kita seorang presiden, direktur, ataupun kepala sekolah jika keimanan dan ketakwaan kita lebih buruk dari seorang tukang becak maka seorang tukang becak itu akan lebih baik baik dipandangan Allah dari pada presiden, direktur atau kepala sekolah tersebut.
Pun, dalam shalat berjamaah jika ada seorang laki-laki, katakanlah dia seorang pesuruh sekolah dan ada beberapa guru perempuan. Maka yang akan menjadi pemimpin (imam) dalam shalat berjamaan itu adalah si pesuruh sekolah yang laki-laki itu. Tidak bisa karena posisinya yang sebagai Kepala Sekolah atau guru (perempuan) karena tidak ingin dipimpin oleh pesuruh sekolah, maka dia menjadi pemimpin dalam shalat berjamaah tersebut. Walaupun kedudukannya lebih tinggi, jika ingin ikut dalam shalat berjamaah maka harus mau dipimpin oleh pesuruh sekolah yang menjadi imam shalat, kecuali memang tidak ikut shalat berjamaah dengan kata lain shalat sendiri saja.
Jadi ceritanya, kemarin sore pas waktu shalat Ashar, saya dan beberapa orang guru perempuan bersiap untuk melaksanakan shalat ashar. Saat itu ada seorang pesuruh sekolah yang juga akan melaksanakan shalat ashar. Kemudian pesuruh sekolah itu menawarkan untuk shalat berjamaah yang tentu saja saya dan guru yang lain menerima ajakannya. Kami ingat bahwa shalat berjamaah pahalanya 27 kali lipat. Selesai shalat saya menyadari bahwa di hadapan Allah, kedudukan seseorang di mata manusia tidaklah sebanding dengan kedudukan manusia di hadapan Allah. Allah menentukan bahwa dalam shalat berjamaah, laki-laki lah yang menjadi imam bagi laki-laki dan perempuan sehingga dalam shalat berjamaah kemarin sore itu, bapak pesuruh sekolah lah yang menjadi pemimpin (imam) kami (para guru) dalam shalat berjamaah itu.
Mudah-mudahan peristiwa kemarin itu menjadi pelajaran buat saya agar tidak memandang rendah pada orang dengan profesi yang mungkin lebih rendah. Karena kita tidak pernah tahu apa pandangan Allah terhadap kita, bisa jadi orang yang telah kita hina habis-habisan kelak menjadi penolong kita atau orang yang kita hina profesinya kelak menjadi pemimpin kita. Jangan sampai deh karena tidak ingin dipimpin (diimami) seorang pesuruh sekolah, kita tidak ikut dalam shalat berjamaah tersebut. Wallahu’alam…

No comments:

Post a Comment