Di hadapan Allah, kita
semua dipandang berdasarkan tingkat keimanan dan ketakwaan kita. walaupun kita
seorang presiden, direktur, ataupun kepala sekolah jika keimanan dan ketakwaan
kita lebih buruk dari seorang tukang becak maka seorang tukang becak itu akan
lebih baik baik dipandangan Allah dari pada presiden, direktur atau kepala
sekolah tersebut.
Pun, dalam shalat
berjamaah jika ada seorang laki-laki, katakanlah dia seorang pesuruh sekolah
dan ada beberapa guru perempuan. Maka yang akan menjadi pemimpin (imam) dalam
shalat berjamaan itu adalah si pesuruh sekolah yang laki-laki itu. Tidak bisa
karena posisinya yang sebagai Kepala Sekolah atau guru (perempuan) karena tidak
ingin dipimpin oleh pesuruh sekolah, maka dia menjadi pemimpin dalam shalat
berjamaah tersebut. Walaupun kedudukannya lebih tinggi, jika ingin ikut dalam
shalat berjamaah maka harus mau dipimpin oleh pesuruh sekolah yang menjadi imam
shalat, kecuali memang tidak ikut shalat berjamaah dengan kata lain shalat
sendiri saja.
Jadi ceritanya, kemarin
sore pas waktu shalat Ashar, saya dan beberapa orang guru perempuan bersiap
untuk melaksanakan shalat ashar. Saat itu ada seorang pesuruh sekolah yang juga
akan melaksanakan shalat ashar. Kemudian pesuruh sekolah itu menawarkan untuk
shalat berjamaah yang tentu saja saya dan guru yang lain menerima ajakannya.
Kami ingat bahwa shalat berjamaah pahalanya 27 kali lipat. Selesai shalat saya
menyadari bahwa di hadapan Allah, kedudukan seseorang di mata manusia tidaklah sebanding
dengan kedudukan manusia di hadapan Allah. Allah menentukan bahwa dalam shalat
berjamaah, laki-laki lah yang menjadi imam bagi laki-laki dan perempuan
sehingga dalam shalat berjamaah kemarin sore itu, bapak pesuruh sekolah lah
yang menjadi pemimpin (imam) kami (para guru) dalam shalat berjamaah itu.
Mudah-mudahan peristiwa
kemarin itu menjadi pelajaran buat saya agar tidak memandang rendah pada orang
dengan profesi yang mungkin lebih rendah. Karena kita tidak pernah tahu apa
pandangan Allah terhadap kita, bisa jadi orang yang telah kita hina
habis-habisan kelak menjadi penolong kita atau orang yang kita hina profesinya
kelak menjadi pemimpin kita. Jangan sampai deh karena tidak ingin dipimpin
(diimami) seorang pesuruh sekolah, kita tidak ikut dalam shalat berjamaah
tersebut. Wallahu’alam…
No comments:
Post a Comment