Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Saturday, 22 November 2014

PENGGUNAAN METODE COLLABORATIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH DASAR





ABSTRACT



This research investigated the use of collaborative learning or group work in class. It was assumed that the students who were given the collaborative learning or group work technique enjoyed in learning process. This study also investigated whether collaborative learning or group work technique can be applied in a large classroom.


The aim of this study is to find out whether collaborative learning or group work help students to increase their speaking ability and help the students to enjoy leaning process in classroom. Furthermore, to help students break the barrier in speaking English

This research implemented the collaborative learning or group work in class.  Quantitative and qualitative methods were used in this study. In quantitative method, this study employed questionnaire. Questionnaire result showed that the students enjoy collaborative learning or group work technique in learning process and helped students to increase their speaking ability. As evidenced by students’ statement (90 %) that they enjoyed learning English by using collaborative learning or group work technique.

Meanwhile, in qualitative method this research employed classroom observation. Classroom observation reported that collaborative learning or group work technique can be applied in large classroom effectively and helped teacher to cope the class with large number of students.

Keywords: collaborative learning, group work, large classroom, speaking



ABSTRAK

Artikel ini meneliti penggunaan collaborative learning atau kerja kelompok di kelas. Diasumsikan bahwa siswa yang menggunakan metode belajar collaborative learning akan menikmati proses belajar di kelas. Penelitian ini juga ingin membuktikan apakah metode collaborative learning ini bisa digunakan di kelas degan siswa yang banyak

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui apakah metode collaborative learning ini bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara Bahasa Inggris secara sederhana dan membantu siswa untuk menikmati proses pembelajaran di kelas. Lebih jauh lagi untuk menolong siswa dalam memecahkan hambatan dalam berbicara Bahasa Inggris

Penelitian ini mengimplementasikan collaborative learning atau kerja kelompok di kelas. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan observasi kelas. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa siswa menyenangi teknik collaborative learning atau kerja kelompok dalam proses pembelajaran dan membantu mereka untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam berbahasa Inggris. 90% siswa menyatakan bahwa mereka menyenangi pembelajaran Bahasa Inggris dengan teknik collaborative learning atau kerja kelompok. Hasil dari observasi kelas menunjukkan bahwa metode collaborative learning ini mendorong siswa untuk berbicara dan bisa digunakan di kelas dengan kelas besar serta menolong guru untuk menguasai kelas dengan siswa yang banyak.

Kata kunci: collaborative learning, kerja kelompok, kelas besar, berbicara





Pendahuluan
A.        Latar belakang
Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional sehingga telah menjadi suatu keharusan bagi setiap orang untuk memahami dan mampu untuk berkomunikasi dalam Bahasa Inggris dengan baik dan benar.

Banyak siswa yang mengalami permasalahan dalam mempelajari Bahasa Inggris, mereka mengalami kesulitan dalam berbicara, mendengar, membaca dan menulis dalam Bahasa Inggris. Hal ini diakibatkan kurangnya rasa percaya diri dalam berbicara Bahasa Inggris dan  kekhawatiran melakukan kesalahan dalam menerapkan tata bahasa, menyebutkan kosakata, pelafalan dan lain-lain.

Di Indonesia, masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional atau menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya sehingga siswa hanya sedikit saja mendapatkan pengalaman dalam mendengarkan Bahasa Inggris, akibatnya siswa tidak memiliki sumber yang cukup untuk mereka berbicara dalam Bahasa Inggris. Hal ini semakin menjadikan Bahasa Inggris sebagai pelajaran yang sangat sulit, pun terjadi pada proses kegiatan belajar mengajar tingkat sekolah dasar.

Ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam proses kegiatan belajar  mengajar Bahasa Inggris di kelas. Metode yang digunakan sebaiknya membiarkan siswa untuk menggunakan Bahasa Inggris se-natural mungkin. Salah satu metode adalah metode Collaborative Learning (Working in pairs or Groups). Metode ini adalah pengelompokkan siswa dalam beberapa kelompok kecil sehingga mereka dapat berbicara dengan menggunakan Bahasa Inggris. Namun metode ini dapat menimbulkan masalah lain terutama jumlah siswa yang banyak sehingga guru menghadapi kesulitan dalam mengatur proses belajar siswa.

Oleh karena itu, penulis bermaksud melakukan penelitian penggunaan Collaborative Learning dalam meningkatkan kemampuan siswa untuk berbicara Bahasa Inggris yang dilakukan di SDN Cicadas 8 Bandung dalam kurun waktu 3 kali pertemuan (7, 14, 21 September 2011) di kelas. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui sejauh mana metode tersebut dapat memotivasi siswa agar dapat berbicara Bahasa Inggris tanpa takut melakukan kesalahan.

B.        Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini, masalah yang akan diteliti adalah:
1.      Apakah metode belajar Collaborative Learning dapat secara efektif meningkatkan kemampuan siswa untuk mampu berbicara Bahasa Inggris?
2.      Apakah siswa merasa senang belajar secara berkelompok di dalam kelas?

C.        Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui apakah metode belajar Collaborative Learning dapat secara efektif meningkatkan kemampuan siswa untuk mampu berbicara Bahasa Inggris.
2.      Untuk mengetahui apakah siswa merasa senang dan nyaman belajar secara berkelompok di dalam kelas

D.        Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.      Mengetahui metode yang mudah untuk diterapkan di dalam kelas dengan jumlah siswa yang banyak.
2.      Mengetahui metode yang menyenangkan, sehingga siswa dan guru dapat menikamti setiap proses belajar di dalam kelas.

Landasan Teori

1.         Definisi Collaborative Learning
Collaborative learning atau group work adalah situasi dimana dua atau lebih belajar tentang sesuatu bersama-sama. (http://en.wikipedia.org/wiki/Collaborative_learning)
Collaborative Learning adalah proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. (Bagus Takwin)

 Gerlach (1994) menyatakan bahwa, Collaborative learning is an educational approach to teaching and learning that involves groups of learners working together to solve a problem, complete a task, or create a product. Collaborative learning is based on the idea that learning is a naturally social act in which the participants talk among themselves. It is through the talk that learning occurs. Collaborative learning adalah pendekatan belajar dimana anggotanya bekerja bersama untuk menyelesaikan masalah, memenuhi tugas atau mengasilkan produk. Collaborative learning didasarkan pada ide bahwa tindakan sosial menunjukkan bahwa partisipan saling berbicara pada masing-masing.

2.         Keuntungan dari collaborative learning atau group work
According to proponents of collaborative learning, the fact that students are actively exchanging, debating and negotiating ideas within their groups increases students’ interest in learning. Importantly, by engaging in discussion and taking responsibility for their learning, students are encouraged to become critical thinkers (Totten, Sills, Digby & Russ, 1989). Many researchers have reported that students working in small groups tend to learn more of what is being taught. Moreover, they retain the information longer and also appear more satisfied with their classes (Beckman, 1990; Chickering & Gamson, 1991; Goodsell, et al, 1992).

Berdasarkan para pendukung collaborative learning, pada kenyataannya para siswa dengan aktifnya saling bertukar pendapat, berdebat dan bernegosiasi dalam kelompok ternyata meningkatkan minat para siswa untuk belajar. Dengan terlibat dalam diskusi dan bertanggung jawab dalam dalam pembelajaran mereka, para siswa terpacu untuk berpikir dengan kritis (Totten, Sills, Digby & Russ, 1989). Banyak peneliti melaporkan bahwa siswa yang belajar secara berkelompok akan mendapatkan pelajaran yang lebih daripada apa yang diajarkan, mereka akan mengingat informasi yang didapat dengan periode yang lebih panjang dan lebih puas dengan kelasnya (Beckman, 1990; Chickering & Gamson, 1991; Goodsell, et al, 1992).

Menurut Vygotsky (1978) students can perform at higher intellectual levels in collaborative situations than when working individually. Siswa akan memperlihatkan tingkat intelektual yang lebih tinggi dalam situasi kolaborasi atau kerjasama dibandingkan ketika mereka bekerja secara individu.

Lebih jauh lagi kelebihan pembelajaran kooperatif ini jika dilihat dari aspek siswa, adalah memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah satu pandangan kelompok (Cilibert .1993).

Dengan melaksanakan model pembelajaran collaborative learning. siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill) seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas (Stahl 1994). Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Dalam hal ini TTT (teacher talked time) atau waktu berbicara guru tidak mendominasi, sebaliknya STT (students talked time) atau waktu siswa untuk berbicara lebih mendominasi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode ini

Selanjutnya menurut Sharan (1990), siswa yang belajar dengan mengunakan metode pembelajaran kolaboratif akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Cooperative Learning atau kerja kelompok juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar menggunakan sopan-santun, rneningkatkan motivasi siswa memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain (Johnson, 1993).

Stahl et.al (1994), mengemukakan bahwa melalui model cooperative learning atau belajar berkelompok siswa dapat memperoleh pengetahuan, kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta berbuat dan berpartisipasi sosial. Selanjutnya Zaltman et.al ( 1972) mengemukakan bahwa siswa yang bersama-sama bekerja dalam kelompok akan menimbulkan persahabatan yang akrab, yang terbentuk dikalangan siswa ternyara sangat berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing secara individual.

3.         Langkah-Langkah Pembelajaran
Menurut Cerman (2011), ada 8 tahap atau langkah dalam proses pembelajaran di kelas.
1.         Opening (Pembukaan)
Dalam pembukaan melakukan teknik BSD, yaitu Bring something different, Say something different, and Do something different. (membawa sesuatu yang berbeda, mengatakan sesuatu yang berbeda dan melakukan sesuatu yang berbeda). Dengan melakukan teknik BSD, siswa akan disuguhan sesuatu yang berbeda dari yang biasanya dilakukan oleh guru di awal pertemuan. Bring something different, yaitu membawa suatu yang berbeda ke dalam kelas untuk menunjang pembelajaran. Misalnya untuk mengajar Bahasa Inggris dengan tema ‘Time’, guru membawa jam dinding ke dalam kelas, jika akan mengajar tentang sayuran dan buah-buahan, guru membawa sayuran dan buah-buahan yang masih segar ke dalam kelas. Say something different yaitu guru mengatakan sesuatu yang berbeda di awal pertemuan, bukan salam yang biasa seperti, good morning atau good afternoon. Mengatakan sesuatu yang berbeda, guru bisa mengatakan ‘are you ready for fun?’ atau ‘are you ready for more fun?’ sehingga siswa tidak bosan mendengar guru memberi salam good morning atau good afternoon saja. Do something different yaitu melakukan sesuatu yang berbeda. Jika setiap pertemuan guru melakukan sesuatu yang rutin saja, maka siswa pun akan bosan dengan ritual yang dilakukan guru di awal pertemuan. Dengan melakukan sesuatu yang berbeda di dalam kelas, maka siswa akan mendapatkan sesuatu yang menyegarkan. Misalnya dengan meminta siswa untuk bertepuk tangan, lari di tempat, melompat, dan lain-lain.

2.         Ice-breaking
Dalam langkah ini, guru melakukan review dan preview. Guru mengecek ulang pelajaran yang lalu atau memberikan pandangan pelajaran yang akan dilakukan. Dalam melaksanakan langkah ini, siswa dan guru bisa menggunakan teknik Total Physical Response (TPR), yaitu melibatkan fisik untuk melakukannya.

3.         Lead-in
Dalam tahap ini guru mengecek sejauh mana kemampuan siswa dalam pelajaran yang akan diajarkan. Dalam tahap ini guru mengecek kemampuan siswa dalam hal (1) sentence (kalimat), apakah siswa faham dalam tingkat pemilihan kalimat yang tepat, (2) understading (pemahaman), apakah siswa faham apa yang diminta guru, perintah dari guru, (3) vocabulary (kosakata), apakah siswa mampu untuk menggunakan kosakata yang tepat, (4) context (konteks), apakah siswa memahami konteks kalimatnya.

4.         Presentasi
Dalam tahap ini, guru memberikan konsep dari pejaran yang diberikan. Dalam memberikan presentasi, guru menyampaikan konsep dengan sederhana, singkat dan mudah dipahami. Dalam memberikan presentasi, guru lebih banyak memberikan contoh daripada penjelasan. Dalam menggunakan papan tulis, guru tidak hanya sekedar menuliskan materi tetapi melakukan Board Management, yaitu mengatur papan tulis sehingga memudahkan guru menyampaikan materi atau konsep.

5.         Controlled Practice
Dalam tahap ini, saatnya siswa untuk menerapkan konsep yang sudah diberikan oleh guru. Dalam kelompok kecil, siswa melakukan latihan seperti bertanya, menjawab atau menjelaskan. Dalam tahap ini, guru mengontrol kegiatan yang dilakukan siswa, mengkoreksi lansung kesalahan yang dilakukan siswa.

6.         Semi-controlled Practice
Dalam tahap ini, siswa tetap melakukan latihan. Di tahap ini guru tidak melakukan koreksi secara lansung tapi membiarkan siswa yang lain untuk melakukan koreksi.

7.         Real-life Practice
Di tahap ini, siswa menggunakan Bahasa Inggris seperti dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tahap ini, siswa dapat melakukan drama.

8.         Feed-back & Closing
Di tahap ini, siswa dan guru sama-sama memberikan kesimpulan tentang pelajaran yang telah dilakukan. Di tahap ini, guru mencari tahu apakah siswa senang dalam melaksanakan proses pelajaran dan apakah mereka akan menggunakan konsep pelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.

Metode Penelitian

A.        Instrumen atau Alat Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan observasi kelas. Kuesioner didistribusikan kepada siswa untuk mengetahui ketertarikan dan kesulitan mereka dalam belajar Bahasa Inggris, khususnya kemampuan berbicara Bahasa Inggris  secara berkelompok. Observasi kelas dilakukan oleh guru selama proses belajar untuk mengetahui apakah teknik work group dapat secara efektif digunakan di kelas dengan jumlah siswa yang banyak.

B.        Teknik Analisis Data
1. Kuesioner
Dalam penelitian ini, kuesioner digunakan untuk mendapatkan deskripsi opini siswa tentang belajar Bahasa Inggris secara berkelompok. Pertanyaan kuesioner berjumlah 8 pertanyaan. Data kuesioner akan dianalisa dengan prosedur sebagai berikut: (1) identifikasi, (2) analisa; (3) intrepretasi.

2. Observasi Kelas
Catatan observasi kelas akan dianalisa dengan prosedur sebagai berikut: (1) identifikasi, (2) analisa; (3) intrepretasi; (4) penulisan laporan.

Hasil dan Pembahasan

A.        Deskripsi Hasil Pembelajaran
Data penelitian dianalisa dan diinterpretasikan. Data yang terkumpul digunakan untuk menjawab ruang lingkup masalah yang telah dirumuskan.  Data diambil dari kuesioner dan observasi kelas.  Hasil dari data yang telah dianalisa adalah sebagai berikut:

Peserta diberi kuisioner yang berisi 8 pertanyaan yang berhubungan dengan opini siswa terhadap belajar Bahasa Inggris, keuntungan atau kerugian dari pelaksaan group work dan ketertarikan terhadap metode collaborative learning atau group work.



B.        Analisis Hasil Pembelajaran
Berdasarkan data yang telah dianalisa, menunjukkan bahwa 97% siswa merasa bahwa Bahasa Inggris adalah pelajaran yang menyenangkan. Sebanyak 39% siswa menyatakan bahwa Bahasa Inggris adalah pelajaran yang sulit. 100% siswa menyatakan bahwa mereka senang belajar Bahasa Inggris di kelas. Sebanyak 48% siswa menyatakan bahwa mereka takut dalam berbicara Bahasa Inggris. Sebanyak 90% siswa menyukai belajar dan melakukan permainan secara berkelompok dan 67% siswa menyatakan bahwa mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam berbicara Bahasa Inggris tanpa takut salah dengan berkelompok. Dan 97% siswa menyatakan bahwa mereka senang bisa berbicara Bahasa Inggris.

Berdasarkan observasi kelas yang dilakukan guru, ditemukan bahwa belajar secara berkelompok efektif bagi guru untuk mengawasi siswa dalam belajar. Dengan menempatkan siswa dengan kemampuan Bahasa Inggris yang lebih diantara teman-temannya sebagai pemimpin membuat tugas guru dalam memberikan konsep pelajaran lebih mudah. Dalam hal ini diterapkan metode ‘teaching assistant’ atau guru dibantu oleh asisten yaitu pemimpin dari tiap kelompok untuk mengontrol proses belajar. Waktu belajar pun lebih efisien karena dalam satu waktu siswa dapat melakukan latihan berbicara Bahasa Inggris dengan kontrol dari guru dan asisten guru, pemimpin kelompok.

Kesimpulan dan Saran

A.        Kesimpulan
Setelah menyebarkan kuesioner pada siswa dapat disimpulkan bahwa siswa menyukai belajar Bahasa Inggris secara berkelompok. Dengan belajar secara berkelompok, siswa tidak malu lagi untuk berbicara Bahasa Itggris. Dari observasi kelas disimpulkan bahwa proses belajar secara berkelompok dapat meringankan Tugas guru di kelas untuk melakukan pengawasan tidak terlalu sulit dikarenakan mempunyai asisten dalam proses pengajaran dan pengawasan.

Dari hasil kuesioner dan observasi guru dapat disimpulkan berikut adalah keuntungan dari pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan metode collaborative learning atau cooperative learning atau belajar kelompok.
1.      Memberikan kesempatan kepada siswa waktu untuk berbicara Bahasa Inggris.
2.      Mengelompokan siswa dengan berbagai macam level.
3.      Memberikan siswa rasa puas ketika mereka mencapai tujuan.
4.      Mengajarkan siswa bagaimana jadi pemimpin dan orang yang dipimpin.
5.      Memudahkan guru untuk mengontrol siswa.
6.      Memaksimalkan STT (Students Talk Time) dan meminimalkan TTT (Teacher Talk Time).

B.        Saran
Setelah melakukan penelitian kelas. Berikut beberapa saran bagi penelitian selanjutnya. Collaborative learning atau group work atau belajar berkelompok direkomendasikan sebagai metode yang secara efektif membantu siswa dalam berbicara Bahasa Inggris dan membantu guru dalam proses mengajar.
Collaborative learning atau group work atau belajar berkelompok sangat efektif dilakukan di dalam kelas dengan jumlah siswa yang banyak.


Daftar Pustaka
Alwasilah. A.Chaedar. 2002. Pokoknya Kualitatif. PT Dunia Pustaka Jaya & Pusat Studi Sunda. Jakarta

Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by principles: An Interactive Approach to Language     Pedagogy, Second Edition. Longman. New York.

Byrne, D. 1983. English Teaching Extracts. Essex: Longman Group Ltd.

Byrne, D. 1983. English Teaching Perspective. Essex: Longman Group Ltd.

Cerman, A. 2011. Introducing Fun, Creative, and Effective Stages of a Lesson in Teaching English as a Foreign Language: International English TEFL TESOL Institute.

Chaudron, Craig. 1988. Second Language Classroom; Research on Teaching and Learning. Cambridge University Press. Cambridge.

Dooly, M. (2008). Telecollaborative Language Learning.  A guidebook to moderating intercultural collaboration online.

Hatch, Evelyn and Farhady, Hossein. 1982. Research design and Statistics for Applied Linguistics. Newbury House Publisher, Inc. Rowley, Massachussets.

Haycraft, John. 1984. An Introduction to English Language Teaching. Longman Group Ltd. England.

Johnson, DW & Johnson RT . An Educational Psychology Success Story: Social Interdependence Theory and Cooperative Learning.
http://edr.sagepub.com/cgi/content/abstract/38/5/365

Sharan, Y & Sharan, S. The Essential Elements of Cooperative Learning in the Classroom.

Smith, B. L., & MacGregor, J. T. (1992). What is collaborative learning? 
http:// learningcommons.evergreen.edu/pdf/collab.pdf

Stahl, RJ. The Essential Elements of Cooperative Learning in the Classroom.



 

No comments:

Post a Comment