ABSTRACT
This research investigated the use of
collaborative learning or group work in class. It was assumed that the students
who were given the collaborative learning or group work technique enjoyed in
learning process. This study also investigated whether collaborative learning
or group work technique can be applied in a large classroom.
The aim of this study is to find out
whether collaborative learning or group work help students to increase their
speaking ability and help the students to enjoy leaning process in classroom.
Furthermore, to help students break the barrier in speaking English
This research implemented the
collaborative learning or group work in class.
Quantitative and qualitative methods were used in this study. In
quantitative method, this study employed questionnaire. Questionnaire result
showed that the students enjoy collaborative learning or group work technique
in learning process and helped students to increase their speaking ability. As
evidenced by students’ statement (90 %) that they enjoyed learning English by
using collaborative learning or group work technique.
Meanwhile, in qualitative method this
research employed classroom observation. Classroom observation reported that
collaborative learning or group work technique can be applied in large
classroom effectively and helped teacher to cope the class with large number of
students.
Keywords:
collaborative learning, group work, large classroom, speaking
info bisnis: http://lkptulipindonesia.weebly.com/
ABSTRAK
Artikel ini meneliti penggunaan
collaborative learning atau kerja kelompok di kelas. Diasumsikan bahwa siswa
yang menggunakan metode belajar collaborative learning akan menikmati proses
belajar di kelas. Penelitian ini juga ingin membuktikan apakah metode
collaborative learning ini bisa digunakan di kelas degan siswa yang banyak
Tujuan dari studi ini adalah untuk
mengetahui apakah metode collaborative learning ini bisa meningkatkan kemampuan
siswa dalam berbicara Bahasa Inggris secara sederhana dan membantu siswa untuk
menikmati proses pembelajaran di kelas. Lebih jauh lagi untuk menolong siswa
dalam memecahkan hambatan dalam berbicara Bahasa Inggris
Penelitian ini mengimplementasikan
collaborative learning atau kerja kelompok di kelas. Penelitian ini menggunakan
kuesioner dan observasi kelas. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa siswa
menyenangi teknik collaborative learning atau kerja kelompok dalam proses
pembelajaran dan membantu mereka untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam
berbahasa Inggris. 90% siswa menyatakan bahwa mereka menyenangi pembelajaran
Bahasa Inggris dengan teknik collaborative learning atau kerja kelompok. Hasil
dari observasi kelas menunjukkan bahwa metode collaborative learning ini
mendorong siswa untuk berbicara dan bisa digunakan di kelas dengan kelas besar
serta menolong guru untuk menguasai kelas dengan siswa yang banyak.
Kata
kunci: collaborative learning, kerja kelompok, kelas besar, berbicara
Pendahuluan
A. Latar
belakang
Bahasa Inggris merupakan bahasa
internasional sehingga telah menjadi suatu keharusan bagi setiap orang untuk
memahami dan mampu untuk berkomunikasi dalam Bahasa Inggris dengan baik dan
benar.
Banyak siswa yang mengalami permasalahan
dalam mempelajari Bahasa Inggris, mereka mengalami kesulitan dalam berbicara,
mendengar, membaca dan menulis dalam Bahasa Inggris. Hal ini diakibatkan
kurangnya rasa percaya diri dalam berbicara Bahasa Inggris dan kekhawatiran melakukan kesalahan dalam
menerapkan tata bahasa, menyebutkan kosakata, pelafalan dan lain-lain.
Di Indonesia, masih banyak guru yang
menggunakan metode konvensional atau menggunakan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantarnya sehingga siswa hanya sedikit saja mendapatkan pengalaman
dalam mendengarkan Bahasa Inggris, akibatnya siswa tidak memiliki sumber yang
cukup untuk mereka berbicara dalam Bahasa Inggris. Hal ini semakin menjadikan
Bahasa Inggris sebagai pelajaran yang sangat sulit, pun terjadi pada proses
kegiatan belajar mengajar tingkat sekolah dasar.
Ada beberapa metode yang bisa digunakan
dalam proses kegiatan belajar mengajar
Bahasa Inggris di kelas. Metode yang digunakan sebaiknya membiarkan siswa untuk
menggunakan Bahasa Inggris se-natural mungkin. Salah satu metode adalah metode Collaborative Learning (Working in pairs or
Groups). Metode ini adalah pengelompokkan siswa dalam beberapa kelompok
kecil sehingga mereka dapat berbicara dengan menggunakan Bahasa Inggris. Namun
metode ini dapat menimbulkan masalah lain terutama jumlah siswa yang banyak
sehingga guru menghadapi kesulitan dalam mengatur proses belajar siswa.
Oleh karena itu, penulis bermaksud
melakukan penelitian penggunaan Collaborative
Learning dalam meningkatkan kemampuan siswa untuk berbicara Bahasa Inggris
yang dilakukan di SDN Cicadas 8 Bandung dalam kurun waktu 3 kali pertemuan (7,
14, 21 September 2011) di kelas. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui sejauh
mana metode tersebut dapat memotivasi siswa agar dapat berbicara Bahasa Inggris
tanpa takut melakukan kesalahan.
B. Ruang
Lingkup
Dalam penelitian ini, masalah yang akan
diteliti adalah:
1. Apakah
metode belajar Collaborative Learning
dapat secara efektif meningkatkan kemampuan siswa untuk mampu berbicara Bahasa
Inggris?
2. Apakah
siswa merasa senang belajar secara berkelompok di dalam kelas?
C. Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk
mengetahui apakah metode belajar Collaborative
Learning dapat secara efektif meningkatkan kemampuan siswa untuk mampu
berbicara Bahasa Inggris.
2. Untuk
mengetahui apakah siswa merasa senang dan nyaman belajar secara berkelompok di
dalam kelas
D. Manfaat
dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui
metode yang mudah untuk diterapkan di dalam kelas dengan jumlah siswa yang
banyak.
2. Mengetahui
metode yang menyenangkan, sehingga siswa dan guru dapat menikamti setiap proses
belajar di dalam kelas.
Landasan
Teori
1. Definisi
Collaborative Learning
Collaborative learning atau group work
adalah situasi dimana dua atau lebih belajar tentang sesuatu bersama-sama. (http://en.wikipedia.org/wiki/Collaborative_learning)
Collaborative
Learning adalah proses
belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman,
ide, sikap, pendapat, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara
bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.
(Bagus Takwin)
Gerlach (1994) menyatakan bahwa, Collaborative learning is an educational approach to teaching and
learning that involves groups of learners working together to solve a problem,
complete a task, or create a product. Collaborative learning is based on the
idea that learning is a naturally social act in which the participants talk
among themselves. It is through the talk that learning occurs.
Collaborative learning adalah pendekatan belajar dimana anggotanya bekerja
bersama untuk menyelesaikan masalah, memenuhi tugas atau mengasilkan produk.
Collaborative learning didasarkan pada ide bahwa tindakan sosial menunjukkan
bahwa partisipan saling berbicara pada masing-masing.
2. Keuntungan
dari collaborative learning atau group work
According
to proponents of collaborative learning, the fact that students are actively
exchanging, debating and negotiating ideas within their groups increases
students’ interest in learning. Importantly, by engaging in discussion and
taking responsibility for their learning, students are encouraged to become
critical thinkers (Totten, Sills, Digby & Russ, 1989). Many researchers
have reported that students working in small groups tend to learn more of what
is being taught. Moreover, they retain the information longer and also appear
more satisfied with their classes (Beckman, 1990; Chickering & Gamson,
1991; Goodsell, et al, 1992).
Berdasarkan para pendukung collaborative
learning, pada kenyataannya para siswa dengan aktifnya saling bertukar
pendapat, berdebat dan bernegosiasi dalam kelompok ternyata meningkatkan minat
para siswa untuk belajar. Dengan terlibat dalam diskusi dan bertanggung jawab
dalam dalam pembelajaran mereka, para siswa terpacu untuk berpikir dengan
kritis (Totten, Sills, Digby & Russ,
1989). Banyak peneliti melaporkan bahwa siswa yang belajar secara
berkelompok akan mendapatkan pelajaran yang lebih daripada apa yang diajarkan,
mereka akan mengingat informasi yang didapat dengan periode yang lebih panjang
dan lebih puas dengan kelasnya (Beckman,
1990; Chickering & Gamson, 1991; Goodsell, et al, 1992).
Menurut Vygotsky (1978) students can perform at higher intellectual
levels in collaborative situations than when working individually. Siswa
akan memperlihatkan tingkat intelektual yang lebih tinggi dalam situasi
kolaborasi atau kerjasama dibandingkan ketika mereka bekerja secara individu.
Lebih jauh lagi kelebihan pembelajaran
kooperatif ini jika dilihat dari aspek siswa, adalah memberi peluang kepada
siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang
diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah satu
pandangan kelompok (Cilibert .1993).
Dengan melaksanakan model pembelajaran collaborative learning. siswa
memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga bisa
melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir (thinking
skill) maupun keterampilan sosial (social skill) seperti keterampilan untuk
mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama,
rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam
kehidupan kelas (Stahl 1994). Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk
mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam
suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek
pembelajaran namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Dalam
hal ini TTT (teacher talked time) atau waktu berbicara guru tidak mendominasi,
sebaliknya STT (students talked time) atau waktu siswa untuk berbicara lebih
mendominasi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode ini
Selanjutnya menurut Sharan (1990), siswa
yang belajar dengan mengunakan metode pembelajaran kolaboratif akan memiliki
motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Cooperative Learning atau kerja kelompok
juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi,
belajar menggunakan sopan-santun, rneningkatkan motivasi siswa memperbaiki
sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik,
serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain (Johnson, 1993).
Stahl et.al
(1994), mengemukakan bahwa melalui model cooperative learning atau belajar
berkelompok siswa dapat memperoleh pengetahuan, kecakapan sebagai pertimbangan
untuk berpikir dan menentukan serta berbuat dan berpartisipasi sosial.
Selanjutnya Zaltman et.al ( 1972)
mengemukakan bahwa siswa yang bersama-sama bekerja dalam kelompok akan
menimbulkan persahabatan yang akrab, yang terbentuk dikalangan siswa ternyara
sangat berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing secara
individual.
3. Langkah-Langkah Pembelajaran
Menurut Cerman (2011), ada 8 tahap atau
langkah dalam proses pembelajaran di kelas.
1. Opening (Pembukaan)
Dalam pembukaan melakukan teknik BSD,
yaitu Bring something different, Say
something different, and Do something different. (membawa sesuatu yang
berbeda, mengatakan sesuatu yang berbeda dan melakukan sesuatu yang berbeda).
Dengan melakukan teknik BSD, siswa akan disuguhan sesuatu yang berbeda dari
yang biasanya dilakukan oleh guru di awal pertemuan. Bring something different, yaitu membawa suatu yang berbeda ke
dalam kelas untuk menunjang pembelajaran. Misalnya untuk mengajar Bahasa
Inggris dengan tema ‘Time’, guru
membawa jam dinding ke dalam kelas, jika akan mengajar tentang sayuran dan
buah-buahan, guru membawa sayuran dan buah-buahan yang masih segar ke dalam
kelas. Say something different yaitu
guru mengatakan sesuatu yang berbeda di awal pertemuan, bukan salam yang biasa
seperti, good morning atau good afternoon. Mengatakan sesuatu yang
berbeda, guru bisa mengatakan ‘are you
ready for fun?’ atau ‘are you ready
for more fun?’ sehingga siswa tidak bosan mendengar guru memberi salam good morning atau good afternoon saja. Do something different yaitu melakukan sesuatu yang berbeda. Jika
setiap pertemuan guru melakukan sesuatu yang rutin saja, maka siswa pun akan
bosan dengan ritual yang dilakukan guru di awal pertemuan. Dengan melakukan
sesuatu yang berbeda di dalam kelas, maka siswa akan mendapatkan sesuatu yang
menyegarkan. Misalnya dengan meminta siswa untuk bertepuk tangan, lari di
tempat, melompat, dan lain-lain.
2. Ice-breaking
Dalam langkah ini, guru melakukan review dan preview. Guru mengecek ulang pelajaran yang lalu atau memberikan
pandangan pelajaran yang akan dilakukan. Dalam melaksanakan langkah ini, siswa
dan guru bisa menggunakan teknik Total
Physical Response (TPR), yaitu melibatkan fisik untuk melakukannya.
3. Lead-in
Dalam tahap ini guru mengecek sejauh
mana kemampuan siswa dalam pelajaran yang akan diajarkan. Dalam tahap ini guru
mengecek kemampuan siswa dalam hal (1) sentence (kalimat), apakah siswa faham
dalam tingkat pemilihan kalimat yang tepat, (2) understading (pemahaman),
apakah siswa faham apa yang diminta guru, perintah dari guru, (3) vocabulary
(kosakata), apakah siswa mampu untuk menggunakan kosakata yang tepat, (4)
context (konteks), apakah siswa memahami konteks kalimatnya.
4. Presentasi
Dalam tahap ini, guru memberikan konsep
dari pejaran yang diberikan. Dalam memberikan presentasi, guru menyampaikan
konsep dengan sederhana, singkat dan mudah dipahami. Dalam memberikan
presentasi, guru lebih banyak memberikan contoh daripada penjelasan. Dalam
menggunakan papan tulis, guru tidak hanya sekedar menuliskan materi tetapi
melakukan Board Management, yaitu
mengatur papan tulis sehingga memudahkan guru menyampaikan materi atau konsep.
5. Controlled Practice
Dalam tahap ini, saatnya siswa untuk
menerapkan konsep yang sudah diberikan oleh guru. Dalam kelompok kecil, siswa melakukan
latihan seperti bertanya, menjawab atau menjelaskan. Dalam tahap ini, guru
mengontrol kegiatan yang dilakukan siswa, mengkoreksi lansung kesalahan yang
dilakukan siswa.
6. Semi-controlled Practice
Dalam tahap ini, siswa tetap melakukan
latihan. Di tahap ini guru tidak melakukan koreksi secara lansung tapi
membiarkan siswa yang lain untuk melakukan koreksi.
7. Real-life Practice
Di tahap ini, siswa menggunakan Bahasa
Inggris seperti dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tahap ini, siswa dapat melakukan
drama.
8. Feed-back & Closing
Di tahap ini, siswa dan guru sama-sama
memberikan kesimpulan tentang pelajaran yang telah dilakukan. Di tahap ini,
guru mencari tahu apakah siswa senang dalam melaksanakan proses pelajaran dan
apakah mereka akan menggunakan konsep pelajaran tersebut dalam kehidupan
sehari-harinya.
Metode
Penelitian
A. Instrumen
atau Alat Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner dan observasi kelas. Kuesioner didistribusikan
kepada siswa untuk mengetahui ketertarikan dan kesulitan mereka dalam belajar
Bahasa Inggris, khususnya kemampuan berbicara Bahasa Inggris secara berkelompok. Observasi kelas dilakukan
oleh guru selama proses belajar untuk mengetahui apakah teknik work group dapat
secara efektif digunakan di kelas dengan jumlah siswa yang banyak.
B. Teknik Analisis Data
1. Kuesioner
Dalam penelitian ini, kuesioner
digunakan untuk mendapatkan deskripsi opini siswa tentang belajar Bahasa
Inggris secara berkelompok. Pertanyaan kuesioner berjumlah 8 pertanyaan. Data
kuesioner akan dianalisa dengan prosedur sebagai berikut: (1) identifikasi, (2)
analisa; (3) intrepretasi.
2. Observasi Kelas
Catatan observasi kelas akan dianalisa
dengan prosedur sebagai berikut: (1) identifikasi, (2) analisa; (3)
intrepretasi; (4) penulisan laporan.
Hasil
dan Pembahasan
A. Deskripsi
Hasil Pembelajaran
Data penelitian dianalisa dan
diinterpretasikan. Data yang terkumpul digunakan untuk menjawab ruang lingkup
masalah yang telah dirumuskan. Data
diambil dari kuesioner dan observasi kelas.
Hasil dari data yang telah dianalisa adalah sebagai berikut:
Peserta diberi kuisioner yang berisi 8
pertanyaan yang berhubungan dengan opini siswa terhadap belajar Bahasa Inggris,
keuntungan atau kerugian dari pelaksaan group work dan ketertarikan terhadap
metode collaborative learning atau group work.
B. Analisis
Hasil Pembelajaran
Berdasarkan data yang telah dianalisa,
menunjukkan bahwa 97% siswa merasa bahwa Bahasa Inggris adalah pelajaran yang
menyenangkan. Sebanyak 39% siswa menyatakan bahwa Bahasa Inggris adalah
pelajaran yang sulit. 100% siswa menyatakan bahwa mereka senang belajar Bahasa
Inggris di kelas. Sebanyak 48% siswa menyatakan bahwa mereka takut dalam
berbicara Bahasa Inggris. Sebanyak 90% siswa menyukai belajar dan melakukan
permainan secara berkelompok dan 67% siswa menyatakan bahwa mereka dapat
meningkatkan kemampuan mereka dalam berbicara Bahasa Inggris tanpa takut salah
dengan berkelompok. Dan 97% siswa menyatakan bahwa mereka senang bisa berbicara
Bahasa Inggris.
Berdasarkan observasi kelas yang
dilakukan guru, ditemukan bahwa belajar secara berkelompok efektif bagi guru
untuk mengawasi siswa dalam belajar. Dengan menempatkan siswa dengan kemampuan
Bahasa Inggris yang lebih diantara teman-temannya sebagai pemimpin membuat
tugas guru dalam memberikan konsep pelajaran lebih mudah. Dalam hal ini
diterapkan metode ‘teaching assistant’ atau guru dibantu oleh asisten yaitu
pemimpin dari tiap kelompok untuk mengontrol proses belajar. Waktu belajar pun
lebih efisien karena dalam satu waktu siswa dapat melakukan latihan berbicara
Bahasa Inggris dengan kontrol dari guru dan asisten guru, pemimpin kelompok.
Kesimpulan
dan Saran
A. Kesimpulan
Setelah menyebarkan kuesioner pada siswa
dapat disimpulkan bahwa siswa menyukai belajar Bahasa Inggris secara
berkelompok. Dengan belajar secara berkelompok, siswa tidak malu lagi untuk
berbicara Bahasa Itggris. Dari observasi kelas disimpulkan bahwa proses belajar
secara berkelompok dapat meringankan Tugas guru di kelas untuk melakukan
pengawasan tidak terlalu sulit dikarenakan mempunyai asisten dalam proses
pengajaran dan pengawasan.
Dari hasil kuesioner dan observasi guru
dapat disimpulkan berikut adalah keuntungan dari pembelajaran Bahasa Inggris
dengan menggunakan metode collaborative learning atau cooperative learning atau
belajar kelompok.
1. Memberikan
kesempatan kepada siswa waktu untuk berbicara Bahasa Inggris.
2. Mengelompokan
siswa dengan berbagai macam level.
3. Memberikan
siswa rasa puas ketika mereka mencapai tujuan.
4. Mengajarkan
siswa bagaimana jadi pemimpin dan orang yang dipimpin.
5. Memudahkan
guru untuk mengontrol siswa.
6.
Memaksimalkan STT (Students Talk Time) dan meminimalkan TTT (Teacher Talk Time).
B. Saran
Setelah melakukan penelitian kelas.
Berikut beberapa saran bagi penelitian selanjutnya. Collaborative learning atau group
work atau belajar berkelompok direkomendasikan sebagai metode yang secara
efektif membantu siswa dalam berbicara Bahasa Inggris dan membantu guru dalam
proses mengajar.
Collaborative
learning atau group
work atau belajar berkelompok sangat efektif dilakukan di dalam kelas
dengan jumlah siswa yang banyak.
Daftar
Pustaka
Alwasilah. A.Chaedar. 2002. Pokoknya Kualitatif. PT Dunia Pustaka Jaya & Pusat Studi Sunda.
Jakarta
Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy, Second Edition. Longman. New
York.
Byrne, D. 1983. English
Teaching Extracts. Essex: Longman Group Ltd.
Byrne, D. 1983. English
Teaching Perspective. Essex: Longman Group Ltd.
Cerman, A. 2011. Introducing
Fun, Creative, and Effective Stages of a Lesson in Teaching English as a
Foreign Language: International English TEFL TESOL Institute.
Chaudron, Craig. 1988. Second Language Classroom; Research on Teaching and Learning.
Cambridge University Press. Cambridge.
Dooly,
M. (2008). Telecollaborative Language
Learning. A guidebook to moderating
intercultural collaboration online.
Hatch, Evelyn and Farhady, Hossein. 1982. Research design and Statistics for Applied
Linguistics. Newbury House Publisher, Inc. Rowley, Massachussets.
Haycraft,
John. 1984. An Introduction to English Language Teaching. Longman Group
Ltd. England.
Johnson,
DW & Johnson RT . An Educational Psychology Success Story:
Social Interdependence Theory and Cooperative Learning.
http://edr.sagepub.com/cgi/content/abstract/38/5/365
Sharan,
Y & Sharan, S. The Essential Elements
of Cooperative Learning in the Classroom.
Smith,
B. L., & MacGregor, J. T. (1992). What is collaborative learning?
http:// learningcommons.evergreen.edu/pdf/collab.pdf
Stahl,
RJ. The Essential Elements of Cooperative
Learning in the Classroom.
No comments:
Post a Comment