Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Monday, 29 December 2014

Mengembangkan Teori 'Multiple Intelligences' di Kelas



Teori multiple intelligence memberi kita cara melihat gambaran lengkap potensi seorang siswa sehingga berbagai kemampuan mereka yang terabaikan bisa dikembangkan dan dihargai.
Menurut Amstrong (2000), teori multiple intelligences memberikan jalan bagi pendidik/ guru untuk memikirkan metode mengajar yang paling tepat dan untuk memahami mengapa metode ini dapat berhasil, mengapa metode ini cocok untuk sebagian siswa dan mengapa metode ini tidak cocok untuk sebagian siswa yang lain.  Teori ini juha membantu para pendidik untuk memperkaya penbendaharaan teknik, metode mengajar, dan materi mengaajr sehingga dapat semakin luas, menarik dan beragam.
Sebagai pendidik kita harus mengetahui bahwa setiap anak mempunyai kedelapan kecerdasan dan setiap hari menggunakannya dalam kombinasi yang berbeda. Guru juga harus ingat bahwa setiap masing-masing anak mempunyai kedelapan kecerdasan ini dan memanfaatkannya dengan cara mereka masing-masing. Ada anak yang unggul dalam kecerdasan tertentu tapi lemah dalam kecerdasan yang lain, ada juga anak yang mengalami kesulitan dalam berbagai kecerdasan tapi menonjol dalam satu kecerdasan saja, ada juga anak yang berada di tengah-tengah yang mempunyai seluruh kecerdasan tapi tidak ada yang menonjolkan salah satu kecerdasan. Anak mempunyai satu atau lebih kecerdasan yang bisa dengan mudah diungkapkan, ada beberapa anak yang dalam taraf sedang-sedang saja dalam mengungkapkannya dan juga ada sebagian anak yang  merasa kesulitan untuk mengungkapkan kecerdasannya.
Sayangnya, kebanyakan masyarakat kita biasanya hanya memusatkan perhatian pada dua jenis kecerdasan saja dalam memutuskan tingkat kecerdasan yang dimilki oleh anak. Kebanyakan masyarakat lebih menghargai orang atau anak yang mempunyai kecerdasan lingustik dan matematika-logis yang tinggi.
Di sekolah, anak-anak yang memiliki kecerdasan musikal, kinestetik-jasmani, spasial, intrapersonal, interpersonal dan naturalis ini sering terabaikan dalam pembahasan mengenai kecerdasan superior. Kebanyakan sekolah juga lebih menghargai ansk-snsk dengan kemampuan lingustik dan logis-matematis. Anak-anak yang berbakat dalam kedua bidang ini biasanya berprestasi di sekolah sebaliknya anak-anak yang kurang dala kecerdasan linguistic dan matematik-logis ini seringkali dianggap jelek dan gagal dalam proses pembelajarannya meskipun sebenarnya mereka mungkin sangat berbakat dalam satu atau lebih bidang kecerdasan yang lain.
Setiap siswa mempunyai delapan kecerdasan dan bisa jadi proporsinya berlainan. Seorang anak bisa jadi seorang pembaca yang hebat tapi nilai matematikanya buruk, pandai dalam menggambar tapi buruk dalam bidang olahraga. Anak-anak bahkan bisa memperlihatkan kangkauan kelemahan dan kekuatan  yang luas dalam satu bidang kecerdasan.
Guru di kelas yang menggunakan teori multiple intelligences tentu akan berbeda dengan guru yang masih mengandalkan metode tradisional. De kelas tradisional, guru mengajar sambil berdiri di depan kelas, menulis di papan tulis, bertanya kepada murid tentang teks bacaan atau buku pelajaran kemudian duduk menunggu di meja guru sementara siswa meyelesaikan pekerjaan tertulis mereka. Di dalam kelas multiple intelligences, guru harus selalu mengubah metode mengajarnya, mulai dari metode linguistik ke metode spasial, lalu ke metode musik dan seterusnya. Guru juga kerap mengombinasikan berbagai kecerdasan secara kreatif.
Bagaimana upaya guru agar mampu mengembangkan multiple intelligences dari masing-masing siswanya. Pertama-tama seorang guru harus paham apa itu multiple intelligences. Kecerdasan-kecerdasan apa saja yang bisa dimiliki oleh siswanya. Seorang guru harus paham bahwa setiap anak pasti memiliki kecerdasan, hanya saja ada anak yang dengan mudah mengungkapkan kecerdasannya tapi ada juga anak yang kesulitan dan mengungkapkan kecerdasannya. Tugas guru kemudian adalah membantu anak yang kesulitan dalam mengungkapkan kecerdasannya sehingga anak tersebut mampu untuk menemukan dan mengembangkan apa yang menjadikan kecerdasannya dan dapat berhasil dengan kecerdasan yang dimilikinya.
Dalam proses pembelajaran juga, seorang guru seharusnya tidak hanya fokus dalam bidang linguistic dan matematika-logis saja, tetapi harus mengembangkan seluruh kecerdasan yang ada. Di dalam kelas, selain mempelajari bidang linguistic dan matematika-logis juga, guru memperhatikan bidang yang mencakup kecerdasan lain seperti memanfaatkan kecerdasan intrapersonal dalam permainan seperti role-playing sehingga anak-anak bisa mengeluarkan kemampuan mereka dalam bekerja sama, menghargai orang lain dan juga berempati kepada orang lain. Guru juga bisa memanfaatkan kecerdasan spasial yang dimiliki anak dengan mendekor ulang keadaan di kelas, mempercantik ruangan kelas dan meminta anak-anak dengan kecerdasan spasial yang tinggi untuk melukis atau menggambar sesuatu untuk dipajang di ruang kelas. Lalu guru bisa melakukan aktivitas bernyanyi bersama-sama de dalam kelas atau sesekali belajar dengan menggunakan media musik dan lagu. Untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik-jasmani, bisa melakukan aktivitas bermain di dalam kelas seperti contohnya melompat-lompat untuk menirukan gerakan yang dilakukan kelinci atau menerikan gerakan-gerakan hewan lain atau benda lain yang bergerak. Dalam mengembangkan kecerdasan naturalis, guru bisa meminta siswa untuk membuat kebun mini di depan kelas atau menghias depan kelas dengan berbagai macam tumbuhan atau bunga atau jika memungkinkan siswa bisa memelihara satu hewan peliharaan di sekolah dengan tanggung jawab seluruh siswa di kelas untuk memelihara hewan peliharaan tersebut.
Jadi agar guru bisa mengembangkan multiple intelligences siswa adalah sebisanya mengkombinasikan jenis aktivitas di kelas atau sekolah yang meliputi kedelapan kecerdasan tersebut dan tidak hanya terfokus dalam aktivitas yang mendukung dua atau tiga jenis kecerdasan saja

No comments:

Post a Comment