Guru, digugu dan ditiru. Itilah
tersebut saya pribadi berpendapat tepat sekali karena siswa benar-benar
melakukan apa yang dikatakan ataupun yang dilakukan oleh guru. Pernah suatu
kali saya mengkritik guru Bahasa Inggris dari adik saya tentang pengucapan
kata, tidak mengherankan adik saya lebih menurut apa yang dikatakan oleh
gurunya dibandingkan nurut kepada saya, padahal saya juga guru Bahasa Inggris.
Ya itu lah alasan kenapa saya bisa mengatakan bahwa Guru itu digugu dan ditiru.
Hanya saja, saya meilhat permasalah kualitas guru di Indonesia yang tidak
merata dan pengaruhnya pada perkembangan siswanya kelak. Berikut akan saya coba
kemukakan tentang pengaruh mutu guru yang masih rendah terhadap pencapaian
prestasi belajar siswa dan efek jangka panjang perkembangan siswa.
Menurut Slameto (1995:56-62),
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya tetapi dapat
digolongkan menjadi 2 golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Fakor intern adalah faktor-faktor yang ada dalam individu yang sedang
belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar
individu.
Dalyono (1997:55) mengemukakan
faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar adalah:
a) Faktor internal (yang
berasal dari dalam diri) seperti kesehatan, intelegensi dan
bakat, minat dan motivasi, cara
belajar.
b) Faktor eksternal (yang
berasal dari luar diri) seperti keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan
sekolah.
Berdasarkan faktor yang
menpengaruhi prestasi belajar, maka kualitas guru termasuk dalam faktor
eksternal. Kualitas guru yang rendah tentu saja akan berpengaruh pada prestasi
belajar dan perkembangan siswa. Guru yang tidak bisa mengembangkan metode atau
cara mengajarnya akan menyulitkan siswa dalam mengembangkan potensinya. Guru
yang tidak memperhatikan aspek kecerdasan majemuk siswa dan hanya berkutat pada
pengajaran tradisional tentu tidak akan bisa atau sulit untuk menemukan
kecerdasan yang dimiliki oleh siswa-siswanya. Guru yang mengajar tidak sesuai dengan
disiplin ilmu yang dipelajarinya juga tidak akan maksimal dalam memberikan
pelajaran. Guru yang tidak memiliki wawasan tentang perkembangan anak,
kemungkinan akan kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan potensi anak
didiknya di sekolah sehingga kecerdasan dan potensi siswa yang diajarkannya
tidak akan terkembangkan dengan baik. Sebagai contoh, guru yang tidak memilki
wawasan tentang kecerdasan majemuk tenta saja akan kesulitan untuk menilai
kecerdasan sebenarnya dari masing-masing siswa. Potensi dan kecerdasan siswa
dalam bidang populer seperti bahasa dan matematika saja yang mungkin akan
diperhatikan oleh guru sedangkan siswa dengan kecerdasan lain seperti
kinestetik, musical, naturalis, dan lainnya tidak terperhatikan oleh guru
sehingga potensi siswa dengan kecerdasan lain diluar bahasa dan
matematika-logis akan dianggap tidak berprestasi. Padahal jika guru mampu untuk
mengenal, mengidentifikasi, dan mengembangkan potensi siswa dengan kecerdasa
lain maka siswa dengan kecerdasan selain bahasa dan matematika-logis juga akan
mencapai prestasi dengan caranya sendiri.
No comments:
Post a Comment