Dalam keterampilan berbahasa,ada empat jenis keterampilan yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan ini tidak bisa dipisah-pisahkan. Pada dasarnya keempat keterampilan ini merupakan satu kesatuan yang disebut caturtunggal (Tarigan:2008). Keterampilan berbicara erat kaitannya dengan keterampilan menyimak dan juga keterampilan membaca erat kaitannya dengan menulis. Jadi sebenarnya keempat keterampilan bahasa ini saling berkaitan. Menurut Tarigan (2008), keterampilan menyimak dan berbicara didapat dan dipelajari sebelum memasuki sekolah. Jika dilihat dari urutan pemerolehan keterampilan berbahasa ini, berbicara menempati urutan kedua setelah menyimak baru setelah menyimak dan berbicara, diikuti oleh keterampilan membaca dan menulis. Seorang anak sebelum mampu untuk berbicara, dia akan menguasai dulu kemampuan menyimak. Setelah kemampuan menyimak didapat dengan baik maka anak akan mulai untuk memperoleh dan mempelajari kemampuan berbicara. Sejalan dengan ini Tarigan (2008) menyebutkan bahwa dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan. Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara; sesudah itu kita mempelajari membaca dan menulis.
Berbicara adalah salah satu
keterampilan yang penting karena melalui keterampilan berbicara yang baik maka
pesan yang ingin disampaikan oleh pembicara akan diterima dengan baik pula oleh
pendengar. Sejalan dengan ini, Tarigan (1990) mengemukakan bahwa keterampilan
berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, mengatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Lebih lanjut, Tarigan (1990) menyatakan bahwa berbicara adalah
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara pesan dan
bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat berat. Pesan yang diterima oleh
pendengar tidaklah dalam wujud asli, tetapi dalam bentuk lain yakni bunyi
bahasa. Pendengar kemudian mencoba mengalihkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa
itu menjadi bentuk semula.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi siswa dalam menampilkan keterampilan berbicara. Dalam berbagai studi, kebanyakan membahas tentang faktor yang mempengaruhi siswa dalam berbicara bahasa asing, dalam hal ini adalah berbicara dalam bahasa Inggris. Hanya saja menurut saya faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam berbicara bahasa asing juga sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi siswa berbicara dalam bahasa Indonesia. Menurut studi yang dilakukan Kanwal & Kurshid (2012), siswa enggan untuk berbicara karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: Takut melakukan kesalahan ketika berbicara, Terbatasnya kosakata yang mendukung, Malu dan gugup atau Tidak percaya diri.
Faktor lain yang mempengaruhi keterampilan berbicara anak adalah karena mereka kurang berlatih untuk berbicara. Hal ini mungkin disebabkan oleh pola pembelajaran yang diterapkan sebagian guru di kelas yang masih teacher-centered atau berpusat pada guru. Dalam pendekatan pembelajaran teacher-centered, guru sebagai pusat proses pembelajaran ditunjukkan dengan porsi berbicara guru yang lebih banyak dibandingkan porsi anak untuk berbicara sehingga dengan pendekatan teacher-centered ini kesempatan anak untuk berbicara sangat sedikit dan keterampilan berbicaranya pun jadi kurang terlatih. Menurut Paul (2003), seorang guru harus mampu kapan dia menerapkan pendekatan teacher-centered dan kapan menerapkan students-centered. Ketika menerapkan teacher-centered, seorang guru harus menempatkan dirinya sebagai pemegang hak untuk mengatur apa yang akan diajarkannya di kelas. Dan ketika seorang guru menerapkan students-centered, maka dia memberikan waktu seluasnya untuk memberikan kesempatan kepada siswanya untuk beraktivitas dan berbicara seoptimal mungkin.
Agar siswa terbebas dari
berbagai faktor yang menghambat mereka dalam berbicara, adalah tugas seorang
guru untuk menciptakan suasana yang kondusif dan mampu untuk memotivasi siswa agar
mau dan berani berbicara menyampaikan ide, gagasan, pikiran maupun pendapatnya.
Dalam hal ini Mueen (1992) berpendapat bahwa atmosfir kelas yang bagus dan
lingkungan yang cocok dapat membantu siswa untuk berbicara dengan benar dan
aktif.
Mayani (2010) dalam materi perkuliahan Menyimak dan Berbicara
menjelaskan bahwa terdapat beberapa strategi pengajaran berbicara yaitu sebagai
berikut.
1.
Ulang
ucap
2.
Lihat
ucap
2.
Memerikan/
mendeskripsikan
3.
Bertanya
jawab
4.
Melanjutkan
cerita
5.
Menceritakan
kembali
6.
Percakapan
7.
Parafrase
8.
Reka
cerita gambar
9. Bercerita
10. Memberi petunjuk
11. Bermain peran
12. Wawancara
13. Diskusi
14. Bertelpon
15. Dramatisasi
Daftar
Pustaka
Damayanti, Vismaia. 2015. Materi
Perkuliahan: Strategi Pengajaran Berbicara. UPI
David,
Paul. 2003. Teaching English to Children in Asia. Pearson Longman
Tarigan,
Henry Guntur. 1990. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa.
Bandung
No comments:
Post a Comment