Sekarang ini, masih
diperdebatkan antara pendapat yang membolehkan mengajar baca dan tulis kepada
anak usia dini dan pendapat yang tidak memperbolehkan mengajarkan baca tulis
pada anak usia dini. Kalangan yang tidak setuju dengan proses belajar baca
tulis pada usia dini berpendapat bahwa anak-anak di usia dini belum siap untuk
mendapatkan pengajaran karena dunia mereka masih duni bermain. Mereka
menyatakan bahwa pengajaran baca tulis itu seharusnya diajarkan pada usia SD
ketika anak memang sudah siap untuk menerima pelajaran. Jika anak usia dini dipaksa
untuk belajar baca tulis, maka mereka akan kehilangan masa bermain sehingga
kemungkinan akan menghambat perkembangan potensi dan kemampuan anak secara
optimal dikemudian hari. Sejalan dengan ini, Sekjen Federasi Serikat Guru
Indonesia (FSGI) Retno Listiyarti menyatakan bahwa pemaksaan belajar membaca
dapat menghambat pertumbuhan otak kanan anak.
Sebaliknya beberapa ahli
juga menyatakan bahwa anak usia dini dapat dan mampu belajar baca tulis. Glenn
Doman menyatakan bahwa anak-anak yang masih sangat muda usia dapat dan mau
belajar membaca kata-kata, kalimat dan paragraph, tepat seperti cara mereka
belajar untuk mengerti kata-kata, kalimat dan paragraph yang diucapkan secara
lisan. Lebih jauh lagi Doman berpendapat bahwa anak-anak di usia satu sampai
lima tahun sebaiknya belajar membaca karena pada masa inilah anak-anak berada
dalam fase perasaan ingin tahu yang
sangat tinggi.
Walaupun beberapa ahli
berpendapat bahwa anak-anak usia dini boleh dan mampu belajar baca tulis, tidak
otomatis kita boleh memaksa mereka untuk belajar dengan tuntutan. Tidak boleh
ada pemaksaan dalam memberikan pejaran baca dan tulis kepada mereka sehingga
mereka menjadi benci dengan kegiatan ini juga tidak boleh ada target yang harus
ditentukan oleh orang dewasa dalam menuntut anak usia dini untuk mencapai
kemampuan baca tulis mereka dalam jangka waktu tertentu. Sejalan dengan ini
Herbert Spencer menyatakan bahwa otak tidak boleh mengalami kelaparan.
Pendidikan harus dimulai sejak masih bayi dalam suasana yang menarik. Anak yang
memperoleh informasi melalui tugas-tugas yang melelahkan disertai ancaman
hukuman tidak menjadi murid yang baik dikemudian hari, sedangkan yang menerima
dengan cara yang alami pada saat yang tepat, biasanya akan terus belajar
sendiri sepanjang hidupnya.
Prof. DR. Dedi Supriadi,
Guru Besar Universitas Pendidikan Bandung, dengan tegas menyatakan bahwa anak
usia dini dapat diajari membaca, menulis, dan berhitung. Bahkan menurutnya anak
usia dini dapat diajar tentang sejarah, geografi, dan lain-lainnya.
Pertanyaannya bukan lagi apakah seorang balita bisa diajar membaca atau tidak
tetapi ”Bagaimana mengajar anak balita membaca.”
Berikut adalah
alasan-alasan mengapa anak-anak harus belajar baca tulis ketika usia mereka
masih sangat mudah menurut Glenn Doman:
(1) Hiperaktivitas seorang anak usia dua atau
tiga tahun ternyata diakibatkan oleh kehausan akan pengetahuan.
(2) Kemampuan anak untuk menyerap infromasi
pada usia dua atau tiga tahun berada pada puncaknya.
(3) Jauh lebih mudah mengajar anak membaca
pada usia dini.
(4) Anak-anak yang diajari membaca pada usia
dini dapat menyerap lebih banyak informasi daripada anak-anak yang lebih tua.
(5) Anak-anak yang belajar membaca pada usia
dini akan lebih mudah mengerti daripada anak-anak yang lebih tua.
(6) Anak-anak senang belajar pada usia yang
sangat muda.
Jadi, kesimpulannya
adalah tidak boleh ada pemaksaan dalam pembejaran membaca, menulis dan
berhitung. Tidak boleh ada target yang harus dicapai dalam mencapai kemampuan
literasi yang ditentukan oleh orang dewasa sehingga berdampak terjadinya
pemaksaan dalam proses belajar. Membaca, menulis dan berhitung boleh diajarkan
pada anak-anak usia dini sepanjang tidak ada tindakan pemaksaan dalam
prosesnya.
Daftar Pustaka
Doman, Glenn. 1998. Mengajar Bayi Anda
Membaca. Gaya Favorite Press.
Nagy,
Nora. 2014. 6 Strategies for Reading with Young Learners. http://blog.helblingreaders.com
No comments:
Post a Comment