Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Monday, 13 July 2015

Mengapa Menulis Itu Sulit

Sekarang kita paham mengapa menulis itu menjadi kegiatan yang sulit bagi kebanyakan orang, baik menulis dalam bahasa ibu maupun bahasa asing. Kita akan meilihat masalah yang disebabkan oleh menulis ke dalam tiga hal – psikologis, linguistik dan kognitif – meskipun ini pasti tumpang tindih sampai batas tertentu.

 Masalah psikologis
Berbicara adala media komunikasi yang natural dan normal dalam kebanyakan keadaan dan membiasakan kita baik untuk mendapati seseorang hadir ketika kita menggunakan bahasa maupun untuk mendapatkan umpan balik. Sebaliknya, menulis pada dasarnya adalah kegiatan menyendiri dan faktanya kita dituntut untuk menulis sendiri, tanpa kemungkinan untuk berinteraksi dan mendapatkan keuntungan dari umpan balik, hal ini lah yang membuat menulis itu menjadi kegiatan yang sulit.

Masalah linguistik
Komunikasi lisan dilanjutkan melalui proses dan, kecuali keadaan yang khusus, seperti perkuliahan, partisipannya membantu agar komunikasi tetap berlangsung. Karena berbicara itu kegiatan yang spontan, kita hanya memiliki sedikit waktu untuk memperhatikan baik susunan kalimat ataupun koneksi antar kalimat yang kita buat. Terkadang kita mengulang apa yang kita bicarakan, backtrack, expand dan banyak lagi, tergantung bagaimana orang-orang bereaksi atas apa yang kita bicarakan. Kalimat yang tidak lengkap bahkan yang tidak sesuai dengan tata bahasa terkadang tidak terperhatikan. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam contoh perbincangan berikut ini.

DF: Pete, anda menyusun ini di piano, apakah itu yang normalnya anda kerjakan?
PW: Selalu. Sampai saat ini selalu. Mungkin akan berubah di masa mendatang, ketika saya mulai tertarik, anda tahu, bekerja dari awal sampai mensintesis, tapi saat ini saya menulis di piano. Sebenarnya saya tidak … sulit untuk menyadari bahwa saya sudah menulis sampai saya selesai mengerjakannya. (tertawa). Salah satu dari berbagai hal itu seperti terjatuh saja dari langit.
DF: Lalu, bagaimana anda memulainya?
PW: Err, well, kita memutuskan, jenis musik yang seharusnya kita pakai, untuk sesuatu yang khusus, erm, lalu saya hanya mengikuti kemana jari saya menekan tuts piano, tentu saja, anda tahu,… saya mendapatkan untuk intro nya…saya hanya menangguk-angguk dan mencorat-coret seperti ini … (suara piano).

Seperti yang kita lihat, kita memiliki berbagai alat bantu/ perangkat untuk membantu mendapatkan atau menyampaikan pesan. Dalam menulis, kita harus mengkompensasi ketidakhadiran alat bantu seperti dalam lisan. Dalam penulisan, kita harus yakin dengan pilihan struktur kalimat yang kita buat dan juga cara kita mengaitkan kalimat dan menyusunnya sehingga teks yang dihasilkan dapat diartikan sendiri.

Masalah kognitif
Kita tumbuh untuk belajar berbicara dan dalam keadaan normal kita menghabiskan waktu kita untuk hal itu. Kita berbicara tanpa usaha yang disadari, dan pada umumnya kita berbicara karena kita menginginkannya, tentang apa yang kita sukai, apa yang relevan dengan kita secara sosial maupun profesional. Sebaliknya, menulis dipalajari melalui proses instruksi. Kita harus menguasai bentuk penulisan dari suatu bahasa dan mempelajari struktur-struktur bahasa tertentu yang jarang digunakan dalan lisan atau bahkan sama sekali tidak digunakan dalam bahasa lisan, tetapi penting dalam bahasa tulisan dalam rangka menghasilkan komunikasi yang efektif. Kita juga harus belajar cara menyusun ide-ide yang kita tuangkan dalam tulisan sehingga bisa dipahami oleh pembaca yang tidak bertatap dengan kita atau pembaca yang bahkan tidak kita kenal.
Akhirnya, menulis adalah tugas yang sering dipaksakan untuk dikerjakan. Hal ini tidak saja memiliki efek psikologis; hal ini juga dapat menyebabkan masalah dalam hal konten. Kehabisan ide adalah masalah yang sering muncul ketika kita terpaksa harus menulis.


Sumber: The Nature and Purpose of Writing

No comments:

Post a Comment