Sekarang kita paham mengapa menulis itu
menjadi kegiatan yang sulit bagi kebanyakan orang, baik menulis dalam bahasa
ibu maupun bahasa asing. Kita akan meilihat masalah yang disebabkan oleh
menulis ke dalam tiga hal – psikologis, linguistik dan kognitif – meskipun ini
pasti tumpang tindih sampai batas tertentu.
Masalah psikologis
Berbicara adala media komunikasi yang
natural dan normal dalam kebanyakan keadaan dan membiasakan kita baik untuk mendapati
seseorang hadir ketika kita menggunakan bahasa maupun untuk mendapatkan umpan
balik. Sebaliknya, menulis pada dasarnya adalah kegiatan menyendiri dan
faktanya kita dituntut untuk menulis sendiri, tanpa kemungkinan untuk
berinteraksi dan mendapatkan keuntungan dari umpan balik, hal ini lah yang
membuat menulis itu menjadi kegiatan yang sulit.
Masalah linguistik
Komunikasi lisan dilanjutkan melalui proses
dan, kecuali keadaan yang khusus, seperti perkuliahan, partisipannya membantu
agar komunikasi tetap berlangsung. Karena berbicara itu kegiatan yang spontan,
kita hanya memiliki sedikit waktu untuk memperhatikan baik susunan kalimat
ataupun koneksi antar kalimat yang kita buat. Terkadang kita mengulang apa yang
kita bicarakan, backtrack, expand dan banyak lagi, tergantung bagaimana
orang-orang bereaksi atas apa yang kita bicarakan. Kalimat yang tidak lengkap
bahkan yang tidak sesuai dengan tata bahasa terkadang tidak terperhatikan. Hal
ini seperti yang dijelaskan dalam contoh perbincangan berikut ini.
DF: Pete, anda menyusun ini di piano,
apakah itu yang normalnya anda kerjakan?
PW: Selalu. Sampai saat ini selalu.
Mungkin akan berubah di masa mendatang, ketika saya mulai tertarik, anda
tahu, bekerja dari awal sampai mensintesis, tapi saat ini saya menulis di
piano. Sebenarnya saya tidak … sulit untuk menyadari bahwa saya sudah menulis
sampai saya selesai mengerjakannya. (tertawa). Salah satu dari berbagai hal
itu seperti terjatuh saja dari langit.
DF: Lalu, bagaimana anda memulainya?
PW: Err, well, kita memutuskan, jenis
musik yang seharusnya kita pakai, untuk sesuatu yang khusus, erm, lalu saya
hanya mengikuti kemana jari saya menekan tuts piano, tentu saja, anda tahu,…
saya mendapatkan untuk intro nya…saya hanya menangguk-angguk dan
mencorat-coret seperti ini … (suara piano).
|
Seperti yang kita lihat,
kita memiliki berbagai alat bantu/ perangkat untuk membantu mendapatkan atau
menyampaikan pesan. Dalam menulis, kita harus mengkompensasi ketidakhadiran
alat bantu seperti dalam lisan. Dalam penulisan, kita harus yakin dengan pilihan
struktur kalimat yang kita buat dan juga cara kita mengaitkan kalimat dan
menyusunnya sehingga teks yang dihasilkan dapat diartikan sendiri.
Masalah kognitif
Kita tumbuh untuk belajar berbicara dan
dalam keadaan normal kita menghabiskan waktu kita untuk hal itu. Kita berbicara
tanpa usaha yang disadari, dan pada umumnya kita berbicara karena kita
menginginkannya, tentang apa yang kita sukai, apa yang relevan dengan kita
secara sosial maupun profesional. Sebaliknya, menulis dipalajari melalui proses
instruksi. Kita harus menguasai bentuk penulisan dari suatu bahasa dan
mempelajari struktur-struktur bahasa tertentu yang jarang digunakan dalan lisan
atau bahkan sama sekali tidak digunakan dalam bahasa lisan, tetapi penting
dalam bahasa tulisan dalam rangka menghasilkan komunikasi yang efektif. Kita
juga harus belajar cara menyusun ide-ide yang kita tuangkan dalam tulisan
sehingga bisa dipahami oleh pembaca yang tidak bertatap dengan kita atau
pembaca yang bahkan tidak kita kenal.
Akhirnya, menulis adalah
tugas yang sering dipaksakan untuk dikerjakan. Hal ini tidak saja memiliki efek
psikologis; hal ini juga dapat menyebabkan masalah dalam hal konten. Kehabisan
ide adalah masalah yang sering muncul ketika kita terpaksa harus menulis.
Sumber: The Nature and Purpose of Writing
No comments:
Post a Comment