Al-Israa:36

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful"



Thursday 8 September 2022

Mindset Tetap atau Mindset Tumbuh?


Apakah kita termasuk orang-orang yang memiliki mindset tumbuh?

Apa itu mindset tumbuh?

Atau kita malah termasuk orang-orang bermindset tetap?

Apapula itu mindset tetap?


Di dalam kehidupan ini, banyak orang yang terbiasa dan memang dibiasakan untuk memiliki mindset tetap. Sejak anak-anak, kita sudah dibiasakan untuk memiliki mindset tetap. Ketika kita masih duduk di bangku sekolah, kita sudah dijejali berbagai tes untuk mengukur intelegensia kita. Anak-anak sudah memiliki label hasil dari tes tersebut sebagai anak yang tidak cerdas atau di bawah rata-rata, anak yang memiliki kecerdasan rata-rata, di atas rata-rata, jenius, dan bahkan gifted.

Anak-anak yang telah diberi label sebagai anak yang kurang cerdas atau di bawah rata-rata menganggap dirinya memang hanya memiliki intelegensia yang di bawah rata-rata dan ia akan menerimanya dengan lapang dada. Begitupun orang tua mereka akan menerima label yang diberikan kepada anak-anak mereka. Orang tua yang memiliki mindset tetap akan memperlakukan anak-anak mereka seyogyanya mereka memperlakukan anak-anak yang kurang cerdas. Mereka berkeyakinan bahwa mereka harus menerima kondisi anak-anak mereka yang kurang cerdas.

Bagi anak-anak yang diberi label sebagai anak yang cerdas, tentu saja mereka menerimanya dengan senang hati. Mereka menikmati hasil dari tes mereka dan jumawa akan hal itu. Anak-anak berlabel cerdas dengan mindset tetap akan bersuka cita dengan statusnya sebagai anak yang cerdas dan akan merasa sedih jika di masa mendatang mereka gagal melakukan sesuatu. Anak-anak bermindset tetap tidak suka melakukan hal-hal yang tidak mereka kuasai karena mereka takut gagal  dalam menyelesaikan tugas atau masalah yang harus mereka kerjakan dan selesaikan. Mereka akan menghindari soal-soal yang tidak mereka kuasai karena mereka khawatir tidak bisa menyelesaikannya dengan kecerdasan yang mereka miliki.

Orang tua bermindset tetap yang memiliki anak dengan label anak cerdas sudah pasti akan bahagia dan berbangga hati. Mereka bangga dengan hasil tes yang menunjukkan bahwa anak mereka termasuk anak-anak yang cerdas atau di atas rata-rata dan bahkan akan merasa lebih bangga dengan anak yang berlabel jenius. Tetapi sikap orang tua seperti ini berhenti pada tahap berbangga hati saja. Mereka akan merasa kecewa jika anak-anak mereka gagal dalam suatu tes atau mendapatkan peringkat kelas yang tidak sesuai dengan harapan. Jenis orang tua seperti ini adalah orang tua yang akan merasa sedih jika anak mereka mendapatkan nilai di bawah 100.

Apakah anak-anak yang mendapatkan label sebagai anak dengan kecerdasan di bawah rata-rata dan hanya rata-rata itu cukup menerimanya dengan lapang dada dan keikhlasan saja?

Tentu saja tidak jika anak-anak itu memiliki mindset tumbuh, pola pikir yang berkembang akan menjadikan mereka tidak terima begitu saja label yang sudah melekat pada diri mereka. Anak-anak dengan mindset tumbuh akan menjadikan pelabelan ini sebagai tantangan yang harus mereka taklukkan. Mereka tidak berdiam diri sebagai reaksi dari hasil tes tersebut. Ada banyak usaha mereka untuk berkembang lebih baik. Mereka yakin bahwa mereka akan mampu untuk menjadi anak yang cerdas di kemudian hari.

Begitu pun orang tua bermindset tumbuh akan mendorong anak-anak mereka untuk dapat berkembang dengan lebih baik. Orang tua bermindset tumbuh percaya bahwa anak-anak mereka adalah anak yang istimewa dengan caranya masing-masing. Alih-alih  bersedih dengan label yang didapatkan oleh anak-anak mereka, orang tua bermindset tumbuh akan lebih senang mendapatkan anak mereka yang menikmati proses untuk berkembang menjadi anak yang lebih baik dan lebih cerdas.

Orang tua bermindset tumbuh tidak akan marah ataupun sedih ketika mendapatkan nilai anak-anak mereka jelek atau tidak sesuai dengan harapan. Alih-alih marah dengan nilai jelek tersebut, mereka akan memberikan semangat kepada anak mereka untuk belajar dan menikmati proses belajarnya. Bagi mereka proses untuk mendapatkan nilai itu lebih penting daripada hasilnya. 

No comments:

Post a Comment